Hubungan bilateral antara Republik India dan Republik Singapura secara tradisional telah terjalin secara serat dan bersahabat. Keduanya memiliki hubungan kebudayaan dan komersial ekstensif. India dan Singapura telah menandatangani Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Komprehensif (CECA) untuk meningkatkan kerja sama perdagangan, investasi, dan ekonomi, serta mengembangkan kerja sama bilateral di bidang keamanan maritim, pelatihan tentara, latihan gabungan angkatan laut, pengembangan teknologi militer, dan memerangi terorisme.[1][2]
Berdasarkan pengumpulan suara Gallup tahun 2010, 40% orang Singapura setuju India memimpin, 23% tidak setuju, dan 37% tidak yakin.[3]
Lebih dari 300.000 orang asal India tinggal di Singapura. Setelah merdeka tahun 1965, Singapura mulai memperhatikan ancaman komunisme yang didukung Tiongkok dan dominasi dari Malaysia dan Indonesia serta ingin mempererat hubungan strategis dengan India, yang dipandang dapat berperan sebagai penyeimbang pengaruh Tiongkok dan mitra dalam keamanan regional.[1] Singapura telah menjadi tonggak perdagangan yang strategis dan penting bagi India sebagai akses dagang ke Timur Jauh. Meskipun mereka pada posisi berseberangan selama Perang Vietnam dan Perang Dingin, hubungan mereka berkembang secara signifikan dalam era 1990-an;[1] Singapura adalah salah satu negara yang memberikan respons terhadap Kebijakan "Memandang ke Timur" India dalam rangka memperluas hubungan ekonomi, budaya, dan strategis di Asia Tenggara untuk memperkuat posisi mereka sebagai kekuatan regional.[1]
Sejak kemerdekaan Singapura, kedua negara telah membina kontak tingkat tinggi. Antara 1966 dan 1971, Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew telah mengunjungi India tiga kali (1966, 1970 and 1971). Perdana Menteri India Indira Gandhi mengunjungi Singapura pada 1968, begitu pula pemimpin India Morarji Desai.[1] Singapura mendukung permintaan India untuk menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan memperluas peranan dan pengaruhnya di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Perbara). Singapura juga mendukung India dalam perang melawan Pakistan pada tahun 1965 dan konflik Kashmir.[1]
Hubungan militer antara dua negara telah dibatasi akibat perbedaan kebijakan luar negeri pada masa Perang Dingin.[1] Saat itu Singapura adalah sekutu NATO, sementara India menjadi salah satu pendiri Gerakan Non-Blok dan merupakan satu-satunya negara Asia Selatan yang pertama mengakui kemerdekaan Republik Demokratik Afghanistan.[4]
Pada 2003, India dan Singapura menandatangani perjanjian bilateral dalam perluasan kerja sama militer, pelatihan militer gabungan, pengembangan teknologi militer, dan pencapaian keamanan maritim.[1] Angkatan Laut Singapura dan Angkatan Laut India telah melakukan latihan bersama sejak 1993. India dan Singapura juga telah bekerja sama dalam memerangi terorisme.[1]
Selama dua dekade terakhir, Singapura telah memposisikan dirinya sebagai penghubung antara India dan Asia Tenggara dalam bidang ekonomi, politik, dan strategis. Ketika India mengumumkan kebijakannya "Memandang ke Timur" pada 1992, Singapura secara de facto mengambil peran sebagai sponsor regional India.[5]
Singapura adalah negara sumber investasi terbesar ke-8 di India dan terbesar di antara negara-negara anggota Perbara.[1][6] Singapura juga menjadi mitra dagang India terbesar ke-9 selama 2005-06.[1] Akumulasi investasinya di India mencapai USD 3 miliar pada 2006 dan diharapkan meningkat menjadi USD 5 miliar pada 2010 dan USD 10 miliar pada 2015.[1][2][7] Liberalisasi ekonomi India dan kebijakan "Memandang ke Timur"-nya telah mendorong ekspansi besar dalam perdagangan bilateral trade, yang tumbuh dari USD 2.2 miliar pada 2001 menjadi USD 9-10 miliar pada 2006 – tumbuh 400% dalam rentang waktu lima tahun – dan menjadi USD 50 miliar pada 2010.[1][2][7] Singapura berperan dalam 38% perdagangan India dengan negara-negara Perbara atau 3,4% dari total perdagangan luar negerinya.[1] Ekspor utama India ke Singapura pada 2005 mencakup minyak bumi, batu permata, perhiasan, dan mesin. Sementara impornya dari Singapura mencakup barang-barang elektronik, kimia organik, dan logam. Lebih dari setengah ekspor Singapura ke India adalah "reekspor" – barang-barang yang diimpor dari India.[1][6]
Pada 2005, kedua negara menandatangani Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Komprehensif (CECA) dan telah membentuk Forum Parlemen India-Singapura dan yayasan Kemitraan Singapura-India dengan dukungan aktif dari Federasi Kamar Dagang dan Industri India (FICC), Konfederasi Industri India (CII), dan Federasi Bisnis Singapura untuk mempromosikan perdagangan, pengembangan ekonomi, dan kemitraan.[1][2][6] CECA menghapus pembatasan tarif, pajak berganda, proses dan aturan rangkap, serta memberikan akses dan kerja sama tanpa hambatan antara institusi keuangan Singapura dan India.[1][2] CECA juga meningkatkan kerja sama bilateral terkait dengan pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, kekayaan intelektual, penerbangan, dan memberi kelonggaran aturan visa bagi profesional India dalam bidang teknologi informasi, farmasi, teknik, dan keuangan untuk beremigrasi dan bekerja di Singapura.[1][2] Singapura telah menanamkan investasinya dalam proyek-proyek India, antara lain pelabuhan, bandara, dan pengembangan taman-taman teknologi informasi dan Kawasan Ekonomi Khusus.[1] India telah menjadi destinasi turis terbesar ke-4 Singapura dan lebih dari 650.000 orang India mengunjungi Singapura pada 2006. Kedua negara telah bekerja sama dalam bidang penerbangan, teknik kedirgantaraan, program luar angkasa, teknologi informasi, bioteknologi, dan energi.[1]