Sebuah kelas perjalanan adalah pembedaan kualitas akomodasi pada transportasi umum. Akomodasi dapat berupa kursi atau kabin. Kelas perjalanan yang lebih tinggi biasanya dirancang agar lebih nyaman, sehingga biasanya lebih mahal.
Secara tradisional, sebuah pesawat terbang biasanya dibagi menjadi, dari depan ke belakang, kabin kelas satu, bisnis, dan ekonomi. Baru-baru ini, kelas ekonomi premium juga mulai ditawarkan oleh sejumlah maskapai penerbangan sebagai pengisi celah antara kelas ekonomi dan bisnis.
Tiap kelas kabin kemudian dibagi menjadi sejumlah kelas pemesanan, yang walaupun dipesan pada kabin yang sama, memiliki sejumlah perbedaan, seperti perbedaan poin penumpang setia, perbedaan batasan bagasi, maupun perbedaan kebijakan pembatalan atau perubahan, dsb.
Di Indonesia, bus kerap dibagi menjadi dua kelas, yaitu ekonomi dan non-ekonomi.
Di Meksiko, bus kerap dibagi menjadi beberapa kelas, dengan kelas paling tinggi disebut de lujo atau clase lujo, dan kemudian diikuti oleh plus clase, primera clase, dan segunda clase.[1]
Sebelum kapal pesiar mendominasi pengangkutan penumpang via laut, kapal samudera memiliki beberapa kelas layanan, yang kerap disebut Kelas Satu, Kelas Dua, dan Geladak. Perusahaan seperti Cunard Line meneruskan tradisi tersebut dengan menawarkan kabin Queen's Grill, Princess Grill, dan Britannia, yang mana tiap kabin memiliki ruang bersama dan restoran tersendiri di atas kapal.
Kereta api kerap hanya terdiri dari kelas satu dan kelas dua. Sejumlah kereta api juga memiliki kelas yang menawarkan tempat tidur.
Kereta api tradisional biasanya menawarkan beberapa kelas, yakni tempat tidur empuk, tempat tidur keras, kursi empuk, dan kursi keras, tergantung rutenya.
Sementara KRL CRH menawarkan kelas tempat tidur empuk (hanya di beberapa kereta api malam), kursi bisnis, kursi kelas satu, dan kursi kelas dua.
Sebelum tahun 1949, sebagian besar biro perkeretaapian (di bawah arahan Kementerian Perhubungan) memiliki tiga kelas berbeda. Hanya beberapa orang yang mampu membeli tiket kelas satu ataupun kelas dua, sehingga terkadang sejumlah kereta api tidak menyediakan kelas satu maupun dua sama sekali.
Pada tahun 1949, 特快對號車 (kereta ekspres terbatas dengan sistem pemesanan kursi) mulai dioperasikan oleh Biro Perkeretaapian Taiwan, dan menawarkan tiga kelas, yang diturunkan dari peraturan kolonial Jepang. Sistem tiga kelas pun umum dijumpai di semua kereta api, baik kereta reguler maupun kereta ekspres, hingga tahun 1953.
Pada tahun 1953, Equality Express diperkenalkan dengan kelas dua saja. Pada akhirnya, semua kereta ekspres hanya menawarkan kelas dua, sementara semua kereta reguler hanya menawarkan kelas tiga. Hal inipun membuat kelas diasosiasikan dengan kecepatan kereta api. Diesel Limited Express lalu diperkenalkan pada tahun 1956 dengan hanya satu kelas.
Pada tahun 1960, melalui reformasi kereta ekspres terbatas (kereta ekspres terbatas dengan sistem pemesanan kursi dan Diesel Limited Express digabung menjadi satu), semua kereta api penumpang resmi hanya menawarkan satu kelas saja. Sehingga semua kereta ekspres hanya menawarkan kelas dua, sementara kereta reguler menawarkan kelas tiga. Seiring berjalannya waktu, banyak tipe kereta baru yang diperkenalkan, tetapi hal ini disebut sebagai tipe, bukan sebagai kelas.
Pada awal berkembangnya perkeretaapian di Eropa, hampir semua operator perkeretaapian menawarkan tiga kelas, yakni "kelas satu" yang merupakan kelas paling mewah dan jarang diminati, yang dilengkapi dengan kursi berbalut kain, sementara kursi "kelas dua" juga dilapisi kain, namun kain yang tidak terlalu mahal dan dengan jarak antar kursi yang lebih sempit. Sedangkan "kelas tiga" hanya menyediakan bangku kayu. Sebagian besar kereta api hanya membawa satu atau dua kereta "kelas satu" dan "kelas dua", sementara sisanya adalah "kelas tiga".
Saat ini, umumnya kereta api menawarkan dua kelas, yang dikenal sebagai "kelas satu" dan "kelas dua atau kelas ekonomi". Sistem tiga kelas telah ditinggalkan oleh sebagian besar perussahaan perkeretaapian di Eropa pada akhir dekade 1950-an untuk mendukung sistem dua kelas yang dirancang oleh UIC. Bahkan, "kelas satu" yang telah ada sejak sebelum Perang Dunia II dihapus sepenuhnya, karena tidak terlalu diminati pasca perang berakhir, sehingga "kelas dua" menjadi "kelas satu" yang baru, sementara "kelas tiga" setelah bangku kayunya diganti, resmi disebut sebagai "kelas dua" yang baru.
Kereta api di Britania Raya menyediakan dua kelas, yakni "kelas satu" dan "kelas tiga" yang diubah namanya menjadi "kelas dua" oleh British Rail mulai 3 Juni 1956, dan kemudian kembali diubah menjadi "kelas standar" mulai 11 Mei 1987.
Sebuah konvensi yang diterapkan oleh sebagian besar perusahaan perkeretaapian di Eropa adalah bahwa bagian dari kereta yang merupakan kelas satu ditandai dengan warna kuning, biasanya diletakkan di atas pintu dan/atau jendela. Bagian kelas satu dapat menempati keseluruhan kereta atau hanya separuhnya. Kompartemen kelas dua biasanya memiliki konfigurasi kursi "2+2", sementara kompartemen kelas satu biasanya memiliki konfigurasi kursi "2+1". Di Britania Raya dan Prancis, sejumlah kereta api suburban jarak pendek menggunakan konfigurasi kursi "2+3" pada kelas dua dan konfigurasi kursi "2+2" pada kelas satu.
Kereta metro, suburban, dan lokal terkadang hanya menyediakan kelas dua. Kereta api kelas satu dapat dengan mudah dijumpai hingga dekade 1980-an, tetapi kini sulit dijumpai. Kereta api berkecepatan tinggi biasanya memiliki tarif lebih mahal daripada kereta api reguler di rute yang sama, tetapi tetap menyediakan kursi kelas satu dan kelas dua.
Kereta api di Irlandia biasanya hanya menyediakan kelas standar, dengan hanya beberapa kereta api jarak jauh yang menyediakan kelas satu, yang disebut Premier di IE 22000 Class, CityGold di Mark 4, dan First Plus di Enterprise. Tidak ada kereta api komuter yang menawarkan kelas premium. Kelas premium tidak hanya menyediakan fasilitas tambahan berupa lampu baca dan pramusaji, tetapi juga konfigurasi kursi 2+1 yang dapat direbahkan dan pilihan menu makanan yang lebih beragam.
Di Jerman, juga terdapat "kelas empat" pada hampir semua kereta api lokal dari paruh kedua abad ke-19 hingga tahun 1928. Kelas ini menyediakan fasilitas yang sangat terbatas, dengan hanya kursi berbahan kayu dengan sandaran seadanya. Sebagian besar ruang di kereta kelas ini dibiarkan kosong, sehingga penumpang dapat membawa barang dan ternaknya ke dalam kereta.
Secara umum, Indian Railways menawarkan enam kelas.
Sejumlah kereta juga menawarkan kereta api berikut:
Kereta api di Indonesia, yang dioperasikan oleh PT Kereta Api Indonesia kini menyediakan empat kelas pada perjalanan jarak jauh. Semua kelas hanya menawarkan kursi (tidak bisa direbahkan 180°) kecuali Kelas Luxury dan Suite Compartment.
Semua kelas tidak memperbolehkan merokok dan dilengkapi pendingin udara. Semua penumpang wajib memesan kursi, kecuali untuk kereta api komuter. Semua kursi dapat dipesan mulai dari 30–90 hari sebelum keberangkatan hingga 30 menit sebelum keberangkatan. Tiap kereta api jarak jauh dan menengah juga menyediakan fasilitas kantin, kloset siram (kereta yang lebih tua menyediakan kloset jongkok), pelayanan pelanggan (kondektur), petugas pengamanan (Polsuska), dan petugas kebersihan.[2]
Kereta api kelas eksekutif merupakan yang paling cepat dan hanya berhenti di beberapa stasiun besar. Sementara kereta api kelas bisnis berhenti di lebih banyak stasiun daripada kereta api kelas eksekutif. Sementara kereta api kelas ekonomi memerlukan waktu tempuh yang paling lama, karena berhenti di sejumlah stasiun kecil dan harus mengalah pada semua kereta api kelas eksekutif dan bisnis yang berjalan ke arah yang sama di waktu yang sama. Sejumlah rute yang tidak terlalu ramai, tidak dilayani banyak kereta api kelas eksekutif atau bisnis, ataupun keduanya. Sejumlah kereta api juga menyediakan dua atau tiga kelas sekaligus (eksekutif-bisnis, eksekutif-ekonomi, eksekutif-ekonomi premium, atau eksekutif-bisnis-ekonomi).
Untuk kereta api lokal dan komuter, biasanya hanya tersedia satu kelas. Namun di beberapa wilayah terdapat dua kelas, dengan perbedaan pada konfigurasi kursi dan waktu tempuh. Contohnya, di rute Yogyakarta–Solo ada kereta api Sriwedari yang dilengkapi dengan pendingin udara dan kursi melintang, sedangkan kereta api Prambanan Ekspres tidak dilengkapi dengan pendingin udara, kursi membujur, dan berhenti di lebih banyak stasiun. Sementara itu, di Jakarta Raya, hanya ada satu kelas mulai pertengahan tahun 2013, yang dilengkapi dengan pendingin udara dan kursi membujur;[3] Kereta api komuter di Jakarta dioperasikan oleh Kereta Commuter Indonesia (KAI Commuter).
Mulai tahun 1872, Jepang menggunakan sistem tiga kelas. Pada tahun 1960, dengan makin baiknya fasilitas di kereta api kelas dua dan tiga, penumpang kelas satu menjadi makin sedikit, sehingga kereta kelas satu lalu diubah namanya menjadi kereta "khusus" yang hanya dijalankan apabila disewa, dan Jepang pun resmi hanya menyediakan dua kelas perjalanan, dengan kelas dua yang lama menjadi kelas satu, sementara kelas tiga yang lama menjadi kelas dua.
Pada tahun 1969, sistem dua kelas dihapuskan. Kereta kelas satu diubah namanya menjadi kereta "Hijau", sementara kereta kelas dua diubah namanya menjadi kereta "Standar".
Semua anggota Japan Railways Group (JR) menawarkan kelas perjalanan berbeda.
Kyushu Railway Company (JR Kyūshū), Hokkaido Railway Company (JR Hokkaido), dan East Japan Railway Company (JR East) menawarkan Kereta Hijau di hampir semua kereta api antarkotanya. Selain itu, Central Japan Railway Company (JR Central) dan Shikoku Railway Company (JR Shikoku) menawarkan Kereta Hijau pada sejumlah kereta api, dan beberapa kereta api West Japan Railway Company (JR West) juga menawarkan Kereta Hijau. Selain Kelas Hijau juga terdapat Kelas Biasa. Tiket Kelas Biasa tidak harus dipesan terlebih dahulu, sementara tiket Kelas Hijau harus dipesan terlebih dahulu.[4]
Sebagian besar kursi pada Kereta Hijau JR Group memiliki lebar dan jarak antar kursi yang lebih besar. Pada sejumlah stasiun, Kelas Hijau diposisikan dekat dengan tangga dan eskalator yang mengarah dari/ke peron. Kereta Hijau juga kerap menawarkan alas kaki dan bahan bacaan dalam bahasa Jepang.[5]
Selain itu, JR East menawarkan kelas ketiga, yakni GranClass yang tersedia di rute Hayabusa. Fasilitas GranClass meliputi kursi berbahan kulit yang dapat direbahkan hingga 45 derajat,[6] sandaran kaki yang dapat dinaikkan, meja makan yang dapat diatur dan nampan koktail, serta lampu baca pribadi. Menu makanan, baik makanan khas Jepang atau Eropa, disediakan oleh pramugari khusus kelas GranClass, yang juga menyajikan minuman ringan dan minuman beralkohol. Karena Hayabusa adalah kereta api jarak jauh ke Wilayah Tōhoku, fasilitas bermalam seperti alas kaki, selimut, dan penutup mata juga tersedia.[7]
Selama Era Victoria, sebagian besar kereta api di Britania Raya memiliki tiga kelas, yakni kelas satu, kelas dua, dan kelas tiga. Mulai tahun 1875, saat Midland Railway mengubah nama kelas duanya menjadi kelas tiga, kelas dua (setara dengan ekonomi premium atau kelas bisnis) dihapus secara bertahap, sementara kelas satu dan kelas tiga tetap dipertahankan. Hal ini karena Undang-Undang Perkeretaapian Britania Raya 1844 mewajibkan tiap operator perkeretaapian menawarkan kelas tiga. Selain itu, kelas tiga di Britania Raya awalnya setara dengan kelas tiga di Eropa dan kelas satu di Britania Raya setara dengan kelas satu di Eropa. Hal ini berarti bahwa kereta api kapal di Britania Raya masih kerap dioperasikan dengan tiga kelas setelah penghapusan kelas dua. Mulai tanggal 3 Juni 1956, British Railways mengubah nama kelas tiga menjadi "kelas dua", dan kemudian namanya kembali diubah menjadi "kelas standar" pada tanggal 11 Mei 1987, karena nada merendahkan dari "kelas dua".
Sebuah kereta yang menyediakan lebih dari satu kelas disebut sebagai "kereta komposit".