Kerokan

Kerokan (Gua sha)

Punggung orang yang sudah dikerok.
Hanzi: 刮痧

Kerokan (Hanzi: 刮痧; Pinyin: guā shā) adalah sebuah terapi pengobatan alternatif untuk gejala masuk angin dengan metode menggaruk sambil menekan bagian permukaan kulit menggunakan minyak dan benda tumpul seperti uang logam sebagai alat pengerok, yang selanjutnya menyebabkan guratan merah atau lecet pada kulit. Pengobatan tradisional ini menggunakan semacam benda tumpul seperti koin, batu giok, kelereng, potongan jahe, potongan bawang, atau benda tumpul lainnya yang digunakan untuk menggosok bagian punggung. Selain benda tumpul tadi, pengobatan kerokan ini juga menggunakan cairan licin seperti balsem, minyak telon, minyak zaitun, minyak kelapa, atau losion. Cairan licin ini digunakan agar tidak terjadi iritasi pada kulit yang dikerok. Tindakan ini akan "mengeluarkaan angin" dari dalam tubuh dengan menghangatkan permukaan kulit sehingga peredaran darah meningkat dan menjadi lancar.

Meski dunia medis sudah canggih, tetapi kebiasaan kerokan ternyata masih bisa dinikmati dari berbagai golongan dan strata sosial. Pengobatan ini masih sering diterapkan oleh orang Indonesia hingga sekarang, baik anak kecil maupun orang dewasa.[1]

Budaya kerokan ternyata sudah ada sejak zaman kerajaan dahulu. Bahkan raja-raja dan petinggi kerajaan Nusantara banyak yang melakukan terapi ini untuk kesehatan. Terapi ini digemari, karena rasanya yang manjur dan murah tentunya untuk sebuah penyembuhan penyakit. Ada kepercayaan bahwa koin juga berfungsi untuk menarik roh jahat yang membuat penderita sakit keluar dari badannya, karena roh jahat sering kali dianggap tertarik dengan uang. Semakin merah dan gelap tanda guratannya, semakin parah masuk anginnya.

Cara untuk mengatasi gejala masuk angin yang serupa dengan "Kerokan" tidak hanya populer di Indonesia, tetapi juga banyak disukai oleh orang-orang di negara-negara asia lainnya. Vietnam menyebut teknik serupa sebagai cao giodi, sedangkan di Kamboja menyebutnya goh kyol, di Tiongkok yang terkenal dengan akupunturnya menyebut teknik serupa untuk melancarkan peredaran darah dengan gua sua, [2] orang Tionghoa memakai batu giok[3] ada pula yang memakai kepingan uang logam atau benda kecil berbentuk bulat lain.[4]

Cara kerja

[sunting | sunting sumber]

Proses terapi kerokan cukup sederhana, yakni membuat suatu reaksi inflamasi atau radang yang mengakibatkan melebarnya pembuluh darah. Dengan dikerok, terjadilah pelebaran pembuluh darah yang akan melancarkan aliran darah. Jika aliran darah lancar maka lebih banyak oksigen dan nutrisi masuk untuk jaringan otot. Zat-zat yang menyebabkan rasa pegal dapat segera dibawa aliran darah untuk dibuang atau dinetralkan. Selain itu, juga terjadi rangsangan pada keratinosit dan endotel (lapisan paling dalam pembuluh darah) yang akan bereaksi dengan munculnya propiomelanokortin (POMC). Zat ini merupakan polipeptida yang kemudian akan dipecah dengan hasil akhir salah satunya adalah beta endorfin.

Pasca kerokan didapatkan peningkatan IL-1 beta, Clq, dan beta endorfin, sementara kadar C3 dan PGE2 justru turun. Penyebab rasa nyeri adalah PGE2 sehingga jika kadar PGE2 diturunkan maka nyeri akan berkurang. Hasil ini menyebabkan berkurangnya nyeri otot, badan terasa segar dan nyaman. kadar endorfin orang-orang yang dikerok naik signifikan. Peningkatan endorfin membuat mereka nyaman, rasa sakit hilang, lebih segar, dan bersemangat. Inflamasi yang ditimbulkan selain meredakan nyeri otot juga akan memicu reaksi kardiovaskuler. Tandanya adalah peningkatan temperatur tubuh secara ringan, antara 0,5–1 °C. Interleukin menggambarkan adanya reaksi peradangan tidak signifikan. Maka setelah dikerok, badan kita terasa lebih hangat. Kadar prostaglandin turun. Di sisi lain, zat ini menyebabkan nyeri otot. Penurunan kadar prostaglandin membuat nyeri otot berkurang.[5]

Prinsip kerokan tak beda jauh dengan akupunktur yang menancapkan jarum dalam tubuh. Prinsip kerokan adalah meningkatkan temperatur dan energi pada tubuh yang dikerok. Peningkatan energi ini dilakukan melalui perangsang kulit tubuh bagian luar. Dengan cara ini, saraf penerima rangsang di otak akan menyampaikan rangsangan yang menimbulkan efek memperbaiki organ pada titik-titik meridian tubuh. Nah, pada gilirannya, arus darah di tubuh yang lancar akan menyebabkan pertahanan tubuh juga meningkat.[6]

Langkah melakukan

[sunting | sunting sumber]
  1. Siapkan benda yang dapat dipegang dengan dua jari dan tidak tajam.
  2. Sediakan minyak sebagai dasar untuk dioleskan sebelum pengerokan di tubuh.
  3. Mulai dengan meraba bagian di samping tulang, karena kerokan dilakukan di sendi-sendi dekat tulang, tidak di atas tulang.
  4. Mulai kerokan dengan arah kerokan dilakukan dari atas ke bawah.
  5. Jangan pernah mengerok bagian tulang punggung karena bisa membahayakan kesehatan.
  6. Boleh juga menggosok bagian selain punggung, antara lain, leher, lengan, dada, perut, dan sekitar kaki.
  7. Setelah selesai, usap bagian punggung menggunakan minyak angin agar badan terasa hangat.
  8. Jangan langsung mandi setelah kerokan, tetapi keesokkan hari atau setelah suhu badan kembali normal, karena tubuh masih dalam keadaan "panas".

Efek samping

[sunting | sunting sumber]

"Kerokan" tidak berbahaya asalkan tidak dilakukan terlalu sering. Namun, jika terus-terusan kerokan, itu bisa mengakibatkan banyak pembuluh darah kecil dan halus pecah. Kerokan juga dapat menimbulkan kecanduan karena efek hormon endorfin yang dikeluarkan karena kerokan.[3]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Ini Lho Langkah Benar untuk Kerokan, KOMPAS Health, diakses 3 September 2013.
  2. ^ Ardiansyah (2022-07-31). "Mengenal Manfaat Teknik Gua Sha". Kemenkes. Diakses tanggal 2023-01-15. 
  3. ^ a b "Kerokan, Berbahaya Enggak Sih?". Kompas.com. 2 September 2013. 
  4. ^ 掠痧, twblg.dict.edu.tw. 29-03-2016
  5. ^ Manfaat Kerokan
  6. ^ "Plus Minus Kerokan". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-07-14. Diakses tanggal 2014-06-13. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]