Kuala Pembuang
كوالا فمبواڠ | |
---|---|
Ibukota kabupaten | |
Koordinat: 3°23′14″S 112°32′36″E / 3.3871°S 112.5434°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Kalimantan Tengah |
Kabupaten | Kabupaten Seruyan |
Kecamatan | Seruyan Hilir |
Kelurahan | 2 |
Peresmian ibukota | 1905 |
Luas | |
• Total | 123,10 km2 (4,750 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 19.805[1] |
• Kepadatan | 161/km2 (420/sq mi) |
Zona waktu | UTC+7 (WIB) |
Kode area telepon | +62-538 |
Kuala Pembuang (disingkat: KLP;[3] Banjar: Kuala Pambuang) adalah ibu kota, pusat pemerintahan dan pusat perekonomian dari Kabupaten Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah.[4] Pada awalnya, Kuala Pembuang merupakan kelurahan (dalam pembagian administratif kecamatan Seruyan Hilir) sebelum dimekarkan menjadi dua kelurahan, yaitu Kuala Pembuang I dan Kuala Pembuang II.
Kuala Pembuang dikenal memiliki banyak sumber daya dan pemandangan alam yang indah. Sehingga, kota ini memiliki banyak tempat yang dijadikan objek wisata.[5][6] Meskipun begitu, pengembangan kota ini masih terkendala oleh keterbatasan dana.[7]
Kuala Pembuang terletak di dataran rendah pesisir barat bagian selatan Sungai Seruyan. Koordinat kota ini berada di -3,3° LU dan 112°,5434 BT. Secara administrasi, kota ini terletak di Kecamatan Seruyan Hilir. Menurut DPRD Kabupaten Seruyan, kondisi geografis Kuala Pembuang menjadikannya cocok sebagai tempat wisata, meskipun hal ini masih belum direalisasikan.[8]
Beberapa tradisi lisan masyarakat setempat menyebut "Datuk Samudin" sebagai orang pertama yang menempati wilayah sekitar Sungai Perlu dan membuka akses menuju Kuala Pembuang serta mendirikan perkampungan di sana. Samudin kemudian mendirikan sebuah kampung di sana. Bagi masyarakat Seruyan Hilir dan sekitarnya, Samudin adalah orang yang terhormat dan mereka menganggapnya sebagai leluhur.[9][10]
"Pembuang" merupakan salah satu permukiman tertua di Kabupaten Seruyan. Nama daerah ini sudah ada disebut di dalam Hikayat Banjar yang bagian terakhirnya ditulis pada tahun 1663.[11] Nama Pembuang diberi oleh Pangeran Dipati Anta-Kasuma yang merupakan putera Sultan Banjar IV Mustainbillah. Tempat ini pada awalnya akan dijadikan ibukota kerajaan yang akan didirikan olehnya, tetapi kemudian dibatalkan.[11]
Pada tahun 1787, Sunan Nata Alam menyerahkan Pembuang dan sekitarnya kepada VOC Belanda. Wilayah ini kemudian dijadikan sebuah onderdistrict dengan nama Distrik Pambuang.[11]
Pada tahun 1905, pemerintahan Distrik Pembuang yang pada awalnya beribu kota di Pembuang Hulu kemudian dipindahkan ke Kampung Beratih di Kuala Pembuang yang terletak di pesisir. Pemindahan ibu kota ini terjadi dikarenakan posisi Kuala Pembuang yang dianggap strategis terutama bagi kegiatan pemerintahan, perhubungan dan perekonomian pada saat itu.[12]
Setelah Revolusi Nasional, pada tahun 1946, pemerintahan Distrik Pambuang diubah menjadi kecamatan dengan nama Kecamatan Seruyan, dengan pemerintahannya yang tetap berada di Kuala Pembuang.[13] Pada tahun 2002, setelah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002 Tentang Pemekaran provinsi Kalimantan Tengah diresmikan, pemerintahan Kecamatan Seruyan diubah menjadi Kabupaten Seruyan. Ibu kotanya terletak di Kuala Pembuang dengan pejabat sementara, Loper Anggus.[14]
Pada tahun 2003, Darwan Ali terpilih sebagai bupati pertama Kabupaten Seruyan. Ia memulai pemerataan pembangunan di seluruh daerah Kabupaten Seruyan, terutama di Kuala Pembuang.[15] Pembangunan ini dilanjutkan oleh bupati-bupati setelahnya, termasuk Sudarsono dan Yulhaidir, yang merenovasi kota ini pada tahun 2022.[16]
Kuala pembuang secara administrasi terbagi menjadi dua kelurahan, yaitu Kuala Pembuang I dan Kuala Pembuang II. Pemerintahan Kuala Pembuang bertumpu pada lurah yang ditunjuk langsung oleh Bupati Kabupaten Seruyan. Pemerintahan di Kuala Pembuang sangat unik karena tidak diatur oleh satu pemerintahan tunggal melainkan setiap lurah mengatur kelurahannya masing-masing. Kuala pembuang, selain menjadi ibukota kabupaten, juga menjadi ibukota dari Kecamatan Seruyan Hilir.[butuh rujukan]
Dilihat dari ekonominya, masyarakat Kuala Pembuang banyak yang bekerja sebagai petani. Hal itu dikarenakan lahan di Kuala Pembuang sangat luas sedangkan wilayah kependudukannya yang sangat kecil. Selain sebagai petani, masyarakat Kuala Pembuang juga mengandalkan hasil dari laut dan Sungai Seruyan, membuat kerupuk ikan pipih (makanan khas kabupaten seruyan),[17] dan menjadi pekerja. Pasca Independen Sudarsono, ekonomi Kuala Pembuang mulai beralih ke bidang industri minyak kelapa sawit.[18] Masyarakat Kuala Pembuang kebanyakan mengandalkan Bandar Udara Kapten Mulyono, Jembatan Seruyan dan Pelabuhan Segintung sebagai sarana distribusi.[19][20]
(002.) Kuala Pembuang 2: 74 km² (005.) Kuala Pembuang 1: 49 km²
Sungai Perlu dihuni sejak 1916. Samudin, adalah nama leluhur Sungai Perlu dan tokoh sejarah di Kuala Pembuang yang membuka perkampungan itu. Samudin diabadikan jadi nama jalan di kota Kuala Pembuang. “Datuk saya, Samudin membuka Sungai Perlu untuk kebun kelapa dan mencari ikan,” kata Hasanudin.
Selain Kapten Mulyono, tokoh lain yang namanya akan digunakan untuk RSUD adalah Datuk Samudin yang merupakan tokoh sejarah dibalik berdirinya Kuala Pembuang yang kini menjadi Ibu Kota Seruyan.