Li Jiancheng (Hanzi: 李建成, 589-2 Juli 626) adalah putra mahkota pertama Dinasti Tang namun tak pernah berkesempatan menduduki tahtanya.
Li Jiancheng | |
---|---|
Lahir | 589 |
Meninggal | 2 Juli 629 | (umur 39–40)
Dikenal atas | Anggota keluarga wangsa Li |
Ia adalah putra sulung dan calon penerus Li Yuan, sang pendiri Dinasti Tang. Walaupun telah membuktikan dirinya sebagai jenderal yang mampu di medan perang dan memberi kontribusi yang tidak sedikit bagi berdirinya Dinasti Tang, prestasi dan popularitasnya tidak mampu menyaingi adiknya sendiri, Li Shimin. Kedua saudara itu pun terpecah dalam faksi yang saling berlawanan, Li Jiancheng mendapat dukungan dari adiknya yang lain, Li Yuanji, Pangeran Qi. Perselisihan mereka mencapai klimaksnya pada tahun 626, ia dibunuh oleh Li Shimin dalam Kudeta di Gerbang Xuanwu, sementara Li Yuanji juga terbunuh oleh Jenderal Yuchi Jingde, salah seorang bawahan Li Shimin.
Li Jiancheng lahir di Longxi (sekarang Kabupaten Qin'an, Gansu) tahun 589 pada masa pemerintahan Kaisar Wen dari Sui. Ia juga dikenal dengan nama julukan Pishamen (毗沙门). Terlahir sebagai putra sulung Li Yuan, seorang pejabat dan bangsawan Sui, dan istrinya Nyonya Dou, putri dari Dou Yi, seorang bangsawan pada masa Dinasti Zhou Utara. Dari Nyonya Dou, Li Yuan juga mendapatkan tiga putra lainnya yaitu Li Shimin, Li Xuanba (mati muda tahun 614), dan Li Yuanji, serta seorang putri (yang kemudian dikenal dengan gelar Putri Pingyang, tidak diketahui mana yang lebih tua antara Li Jiancheng dengan putri ini).
Pada tahun 616, Tiongkok mulai dilanda huru-hara sebagai dampak dari kegagalan perang di Korea. Kaum tani banyak yang mengangkat senjata melawan pemerintah pusat yang semakin sewenang-wenang, sementara di perbatasan utara, suku Tujue Timur (suku Turki pengembara) semakin sering melanggar perbatasan dan mengacau. Kaisar Yang dari Sui menugaskan Li Yuan mengomandani pasukan Sui di Taiyuan untuk menumpas pemberontakan petani dan menangkal serbuan suku Tujue. Li Yuan bersama putra keduanya, Li Shimin, menuju ke Taiyuan untuk menerima tugas itu. Sementara itu Li Jiancheng, Li Yuanji, Li Zhiyun (putra Li Yuan dari selir), dan keluarganya yang lain tinggal di Hedong (sekarang Yuncheng, Shanxi). Tahun 617, menyusul kegagalan Li Yuan menumpas pemberontak di bawah pimpinan Liu Wuzhou (Dingyang Khan), Li Shimin membujuknya agar memberontak guna menghindari hukuman berat dari kaisar. Li Yuan setuju, ia lalu mengirim utusan secara rahasia ke Hedong untuk memanggil putra-putranya yang lain dan ke ibu kota Chang’an untuk memanggil putri dan menantunya, Chai Shao. Li Jiancheng bersama Li Yuanji diam-diam berangkat ke Taiyuan namun Li Zhiyun, yang saat itu baru berusia 13 tahun, tetap ditinggal di Hedong.
Sebelum Li Jiancheng, Li Yuanji, dan Chai Shao tiba di Taiyuan, Li Yuan telah lebih dulu menyatakan pemberontakannya. Ia mendukung Yang You, Pangeran Dai, cucu Kaisar Yang, sebagai kaisar yang baru dan menyatakan Kaisar Yang telah menjadi Taishang Huang (mantan kaisar). Para pejabat Sui meresponnya dengan menangkap Li Zhiyun, membawanya ke Chang’an dan menjatuhinya hukuman mati.
Li Yuan mengangkat Li Jiancheng dan Li Shimin sebagai jenderal utamanya. Dalam waktu sembilan hari mereka telah berhasil menaklukkan barak militer Xihe (sekarang Luliang, Shanxi) dan membuat ayah mereka terkesan. Setelah itu Li Yuan membagi pasukannya dalam 6 divisi, Li Jiancheng dan Li Shimin masing-masing mengomandani 3 divisi. Ia juga memberikan gelar kebangsawanan Adipati Longxi pada Li Jiancheng dan Adipati Dunhuang pada Li Shimin. Kemudian, Li Yuan bergerak ke Chang’an, tetapi di dekat Hedong gerak laju pasukannya terhenti akibat hujan badai. Saat itu tersebar desas-desus yang mengatakan bahwa Liu Wuzhou bersama suku Tujue Timur akan menyerang Taiyuan. Li Yuan bermaksud mundur ke Taiyuan, tetapi Li Jiancheng dan Li Shimin membujuk ayah mereka agar mengurungkan niatnya karena itu akan menjatuhkan moral pasukan dan berakibat kekalahan. Li Yuan akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal. Li Jiancheng dan Li Shimin berhasil merebut benteng Huoyi (sekarang Linfen, Shanxi), mereka juga meyakinkan Li Yuan untuk melewati Hedong dan langsung menuju ke Chang’an. Setelah menyeberangi Sungai Kuning ke Guanzhong (wilayah pinggiran Chang’an), Li Yuan menugaskan Li Jiancheng dan Liu Wenjing untuk ke timur menjaga Terusan Tong dan Lumbung Yongfeng serta mengatasi segala kemungkinan datangnya bala bantuan Sui dari ibu kota timur Luoyang. Begitu tiba di Chang’an, Li Yuan memanggil Li Jiancheng dan Li Shimin (yang sebelumnya ditugaskan ke utara untuk menduduki wilayah sekitar Sungai Wei) untuk menuju Chang’an membantunya mengepung kota itu. Musim dingin 617, Li Yuan akhirnya berhasil menduduki Chang’an dan mendeklarasikan Yang You sebagai Kaisar Gong dan mengangkat dirinya sebagai Pangeran Tang sekaligus memegang jabatan sebagai wali sang kaisar.
Musim semi 618, Li Yuan mengirim Li Jiancheng dan Li Shimin ke Luoyang yang saat itu sedang diserang oleh Li Mi, Adipati Wei, salah satu pemimpin pemberontak yang berpengaruh untuk membantu pasukan Sui di sana. Namun pasukan Luoyang menolak tawaran mereka sehingga keduanya kembali lagi ke Chang’an. Pada akhir musim semi tahun itu, Kaisar Yang, yang saat itu sedang dalam pengungsian di Jiangdu (sekarang Yangzhou, Jiangsu) terbunuh dalam kudeta militer pimpinan Jenderal Yuwen Huaji. Setelah mendengar berita ini, Li Yuan memaksa Kaisar Gong menyerahkan tahta padanya dan mendeklarasikan berdirinya Dinasti Tang dengan dirinya sebagai kaisar pertama bergelar Kaisar Tang Gaozu. Li Jiancheng sebagai putra sulung otomatis mendapat gelar putra mahkota.
Tahun 619, Kaisar Gaozu menugaskan Li Jiancheng memerangi pemimpin pemberontak Zhu Shanhai, Adipati Huxiang. Li berhasil mengalahkan Zhu dan menyelesaikan misinya. Pada akhir tahun itu, An Xinggui, mata-mata Tang yang berpura-pura menyerah pada pemimpin pemberontak Li Gui, baru saja mengkudeta dan meringkus atasannya itu. Kaisar Gaozu menyuruh Li Jiancheng untuk menyambut kedatangan An dan mengawal Li Gui ke Chang’an di mana akhirnya ia dijatuhi hukuman mati. Li Jiancheng walaupun memiliki reputasi sebagai seorang yang toleran, tetapi ia terlalu sering mabuk-mabukan dan berburu. Kaisar Gaozu sadar benar akan kelemahan calon penerusnya ini, ia khawatir putranya itu akan lebih memperhatikan hobi dan kesenangannya daripada urusan negara sehingga ia menugaskan dua orang menterinya, Li Gang dan Zheng Shanguo, untuk menjadi staff Li Jiancheng dan membimbingnya.
Musim gugur 620, Kaisar Gaozu mencurigai Li Zhongwen, jenderal yang saat itu bertanggung jawab atas Taiyuan, terlibat persekongkolan dengan suku Tujue dan berencana melakukan pemberontakan. Kaisar mengirim Li Jiancheng ke Pufan (masih dalam wilayah Hedong) untuk berjaga-jaga dari kemungkinan Li Zhongwen menyerang daerah itu, pada saat yang sama ia juga memanggil Li Zhongwen ke Chang’an. Li memenuhi panggilan itu dan akhirnya dihukum mati. Musim semi 621, kepala suku Xiongnu, Liu Xiancheng, menyerang perbatasan Tang. Li Jiancheng dipercaya ayahnya untuk menghalau mereka. Mula-mula Li menangkap sejumlah orang Xiongnu dan membebaskan para pemimpinnya sehingga lebih banyak dari mereka yang menyerah padanya. Namun setelah mereka menyerah, Li malah memerintahkan semuanya dibantai. Hanya Liu yang berhasil lolos dari pembantaian massal itu dan meminta perlindungan dari Liang Shidu, Kaisar Liang, salah satu pemimpin pemberontak. Tahun 622, Li Jiancheng kembali mendapat tugas untuk menghalau serbuan suku Tujue bersama dengan adiknya, Li Shimin, Li Zihe, dan Duan Decao.
Sejak Dinasti Tang berdiri, perselisihan Li Jiancheng dengan adiknya, Li Shimin, semakin menajam. Jasa Li Shimin dalam mempersatukan negara lebih besar darinya, para pesaing Dinasti Tang kelas kakap seperti Xue Rengao (Kaisar Qin), Wang Shichong (Kaisar Zheng), dan Dou Jiande (Pangeran Xia) semua dikalahkan olehnya sehingga reputasinya di mata pasukannya dan rakyat pun semakin melambung. Hal ini menimbulkan perasaan iri dan dengki dalam hati Li Jiancheng. Li Yuanji, Pangeran Qi, juga mendukungnya, ia sering memprovokasi kakak sulungnya agar berani bersikap lebih keras pada Li Shimin yang dituduhnya mengincar gelar putra mahkota dan ayah mereka telah mempertimbangkan hal itu. Kedua pangeran ini dekat dengan para selir muda kesayangan ayah mereka (Nyonya Dou telah meninggal sebelum berdirinya Dinasti Tang) sehingga mereka sering menyanjung-nyanjung Li Jiancheng di depan kaisar. Kaisar pun mengurungkan niatnya mengalihkan gelar putra mahkota pada Li Shimin karena bujukan mereka.
Musim dingin 622, Liu Heita, Pangeran Handong, mantan pengikut Dou Jiande, yang telah dihukum mati setahun sebelumnya, melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Tang. Dua bawahan Li Jiancheng, Wei Zheng dan Wang Gui, menyarankan bahwa ia membutuhkan kemenangan untuk membangun reputasinya. Maka sesuai saran kedua penasehatnya itu, Li mengajukan diri untuk memimpin pasukan melawan pemberontak Liu Heita. Kaisar pun memberi tanggung jawab itu padanya dan mengangkat Li Yuanji sebagai asistennya. Sekitar awal tahun 623, pasukan Liu tertahan ketika mereka menyerang Weizhou (sekarang Handan, Hebei). Li Jiancheng dan Li Yuanji bertempur dengan para pemberontak di Guantao (juga di wilayah Handan) dan berhasil mengalahkan mereka. Liu kabur ke utara ke wilayah suku Tujue, tetapi di tengah jalan dikhianati oleh bawahannya sendiri, Zhuge Dewei. Zhuge menangkap dan membawanya ke hadapan Li Jiancheng yang lalu menjatuhinya hukuman mati. Dengan kemenangan ini Tiongkok hampir seluruhnya kembali dipersatukan.
Pada tahun 623, ketika Tujue Timur kembali mengacau di perbatasan, kaisar kembali mengirim Li Jiancheng dan Li Shimin untuk menghalau serbuan mereka. Li Yuanji mendesak kakak sulungnya agar segera membunuh Li Shimin ketika ia berkunjung ke kediamannya. Namun Li Jiancheng merasa ragu dan tidak tega membunuh saudara sendiri sehingga ia menghentikan Li Yuanji bertindak gegabah. Tahun 624, Li Jiancheng melanggar peraturan yang dibuat ayahnya dengan meminta sejumlah prajurit dari pasukan jenderal Li Yi, Pangeran Yan, untuk memperkuat pasukan pengawal pribadinya. Ketika hal ini diketahui Kaisar Gaozu, ia memarahi Li Jiancheng dan mengasingkan komandan pengawal putra mahkota, Keda Zhi. Tidak lama setelahnya, Li Jiancheng meminta kepada komandan Qingzhou (sekarang Qingyang, Gansu), Yang Wen’gan, untuk merekrut tentara, tujuannya kemungkinan untuk berjaga-jaga dari Li Shimin. Dua orang perwira, Erzhu Huan dan Qiao Gongshan, melapor pada kaisar bahwa Li Jiancheng sedang membujuk Yang untuk memberontak sehingga mereka dapat bersama-sama merebut tahta. Mendengar laporan itu, kaisar yang saat itu berada di Istana Renzhi (di Tongchuan, Shaanxi), sangat marah, ia memanggil Li Jiancheng yang saat itu di Chang’an untuk menghadapnya di istana Renzhi. Li Jiancheng setelah menerima perintah semula berniat menduduki Chang’an dan tidak mematuhi perintah ayahnya, tetapi akhirnya ia memutuskan untuk melapor ke Istana Renzhi dan meminta maaf. Kaisar Gaozu menjadikannya tahanan rumah. Ketika berita ini terdengar oleh Yang, ia menyatakan berontak. Kaisar Gaozu menjanjikan status putra mahkota pada Li Shimin (sementara Li Jiancheng akan dikirim ke Sichuan dan gelarnya menjadi Pangeran Shu) bila ia berhasil menumpas pemberontakan Yang. Setelah Li Shimin berangkat untuk menunaikan misinya, Li Yuanji, perdana menteri Feng Deyi, dan beberapa selir kesayangan kaisar menghadap kaisar untuk menyampaikan pembelaan bagi sang putra mahkota. Permohonan mereka menyebabkan Kaisar Gaozu berubah pikiran, ia membebaskan Li Jiancheng, membiarkannya kembali ke Chang’an dan statusnya tetap sebagai putra mahkota. Ia mengkambinghitamkan Wang Gui, Wei Ting (keduanya adalah staff Li Jiancheng, dan Du Yan (salah satu staff Li Shimin) atas pertikaian antara putra-putranya, ketiganya dijatuhi hukuman pengasingan. Sementara Yang Wen’gan pada akhirnya dibunuh oleh bawahannya sendiri.
Pada akhir tahun 624, karena ancaman dari Tujue Timur makin serius, kaisar berniat membumihanguskan kota Chang’an dan memindahkan ibu kota ke Fancheng. Li Jiancheng, Li Yuanji, dan perdana menteri Pei Ji mendukung rencana ini, tetapi Li Shimin menentang keras hingga akhirnya rencana tersebut urung terlaksana. Li Shimin juga mengutus orang-orang kepercayaannya ke Luoyang untuk membangun kekuatan militer di sana. Setelah terjadi sebuah insiden dimana Li Shimin mengalami keracunan makanan hingga muntah darah ketika menghadiri jamuan di kediaman Li Jiancheng, kaisar berencana untuk mengirim Li Shimin ke Luoyang dengan tujuan menghindari konflik lebih lanjut dengan saudaranya. Namun Li Jiancheng dan Li Yuanji khawatir Li Shimin malah akan memakai kesempatan ini untuk membangun pengaruhnya di Luoyang sehingga mereka menentang rencana ini. Kaisar Gaozu pun akhirnya membatalkannya.
Tahun 626, perseteruan antar saudara itu mencapai titik klimaks, Li Shimin semakin merasa tidak aman karena setiap saat terancam dibunuh oleh kakaknya sendiri, para bawahannya seperti Fang Xuanling, Du Ruhui, dan Zhangsun Wuji berkali-kali mendorongnya agar bertindak sesegera mungkin sebelum terlambat. Sementara di pihak Li Jiancheng, Wei Zheng juga terus menyarankannya melakukan hal yang sama. Li Jiancheng membujuk ayahnya untuk mendepak orang-orang kepercayaan Li Shimin seperti Fang dan Du, juga perwira pengawalnya Yuchi Jingde dan Cheng Zhijie, dari jajaran staff Li Shimin. Zhangsun, yang masih tersisa di samping Li Shimin, terus mendesak atasan sekaligus iparnya itu untuk tidak ragu lagi untuk mengambil tindakan.
Musim panas tahun itu, Tujue Timur kembali menyerang. Kaisar Gaozu semula hendak mengirim Li Shimin untuk menghadapi mereka, tetapi belakangan ia berubah pikiran dan memutuskan untuk mengirim Li Yuanji. Li Yuanji diberikan komando atas pasukan yang termasuk di dalamnya merupakan pasukan Li Shimin yang ditransfer padanya. Li Shimin merasa posisinya makin terpojok karena dengan dialihkannya komando atas pasukannya pada Li Yuanji, ia tidak akan bisa berbuat apapun bila diserang sehingga ia memutuskan saatnya untuk bertindak telah tiba. Secara rahasia ia mengutus Yuchi untuk memanggil kembali Fang dan Du ke kediamannya. Ia juga menyampaikan laporan palsu pada ayahnya yang mengatakan bahwa Li Jiancheng dan Li Yuanji terlibat perzinahan dengan selir-selir ayahnya. Kaisar menanggapinya dengan memerintahkan kedua putranya itu untuk menghadap ke istana keesokan paginya, serta memanggil para pejabat seniornya, Pei Ji, Chen Shuda, dan Xiao Yu untuk mendiskusikan tuduhan Li Shimin. Keesokan paginya, Li Jiancheng dan Li Yuanji datang ke istana untuk memenuhi panggilan ayah mereka. Li Shimin menyiapkan pasukan untuk menyergap mereka di Gerbang Xuanwu, gerbang utama yang menuju ke istana. Ketika keduanya tiba, Li Shimin memerintahkan penyerangan. Li Jiancheng terkena panah yang ditembakkan oleh adiknya dan langsung tewas. Li Yuanji kabur ke hutan dan terlibat pertarungan dengan Li Shimin sebelum akhirnya terbunuh oleh Yuchi Jingde. Setelahnya, Li Shimin memasuki istana dengan dikawal pasukan bersenjata untuk menghadap ayahnya. Di bawah intimidasi, Kaisar Gaozu setuju mengangkat Li Shimin sebagai putra mahkota, dua bulan kemudian ia mengundurkan diri sebagai kaisar dan Li Shimin menggantikannya dengan gelar Kaisar Tang Taizong.
Para bawahan Li Jiancheng mendapat pengampunan, beberapa di antaranya seperti Wei Zheng dan Wang Gui bahkan kelak mendapat jabatan strategis di bawah pemerintahan baru. Namun kelima putranya dihukum mati. Li Jiancheng secara anumerta diturunkan statusnya menjadi rakyat biasa. Tak lama setelah Li Shimin bertahta, ia secara anumerta memberi gelar Pangeran Xi pada Li Jiancheng dan memasukkan salah seorang putranya, Li Fu, ke dalam garis keturunan kakaknya itu. Jenazahnya juga dikuburkan ulang dengan upacara pemakaman untuk pangeran. Tahun 642, secara anumerta gelar putra mahkota Li Jiancheng dipulihkan dan dikenal sebagai Putra Mahkota Yin (隐太子, secara harafiah berarti ‘putra mahkota tersembunyi’)