Makiyakinabe

Seorang koki berbaju putih yang sedang menggoreng telur dalam wajan kotak di atas kompor
Makiyakinabe yang digunakan untuk membuat tamagoyaki, biasanya digunakan bersama papan cetakan.

Makiyakinabe adalah wajan berbentuk segi empat yang digunakan untuk membuat telur dadar gulung bergaya Jepang (tamagoyaki). Wajan ini umumnya dibuat dari logam seperti tembaga dan timah yang dapat dilapisi lagi menggunakan lapisan antilengket. Meskipun ukuran dan proporsi wajan ini bervariasi, tetapi bentuknya selalu segi empat. Telur dadar gulung yang dibuat menggunakan makiyakinabe umumnya digunakan sebagai lauk dalam susyi dan bento.

Etimologi

[sunting | sunting sumber]

Beberapa nama digunakan untuk menyebut wajan ini, antara lain makiyakinabe (巻き焼き鍋),[1] tamagoyaki-ki (玉子焼き器),[2] dan tamagoyakinabe (玉子焼き鍋).[3] Terkadang, wajan ini hanya disebut sebagai wajan telur dadar Jepang.[4][5] Istilah makiyakinabe berasal dari kata-kata dalam bahasa Jepang, yakni maki (巻き) yang berarti "gulungan", yaki (焼き) yang kurang lebih berarti "memanggang", dan nabe () yang berarti "wajan". Terdapat pula istilah tamagoyaki-ki dan tamagoyakinabe untuk merujuk pada telur dadar gulung yang biasanya dibuat menggunakan wajan ini.

Desain dan penggunaan

[sunting | sunting sumber]
rectangular and square pans displayed for sale
Dua tipe makiyakinabe, yakni tipe Kansai (kiri) dan tipe Kantō (kanan)

Bentuk segi empat wajan ini dimaksudkan untuk membentuk gulungan telur dadar dengan diameter yang konstan.[6] Wajan untuk keperluan profesional menggunakan bahan tembaga yang dilapisi dengan timah karena kedua bahan tersebut dapat menghantarkan panas dengan baik.[6][7] Wajan ini terkadang juga menggunakan bahan pelapis lain yang lebih murah.[8] Terdapat tiga tipe makiyakinabe, yakni tipe Kantō, tipe Kansai, dan tipe Nagoya. Wajan tipe Kantō memiliki bentuk bujur sangkar,[9] wajan tipe Kansai memiliki bentuk persegi panjang yang tinggi dan tipis, sedangkan wajan tipe Nagoya memiliki bentuk persegi panjang yang pendek dan tebal. Makiyakinabe di wilayah Kantō biasanya juga disertai dengan papan kayu yang digunakan untuk membalik telur dadar.[9]

Dalam kebudayaan Jepang, wajan makiyakinabe digunakan untuk membuat hidangan tamagoyaki manis dan asin.[10] Hidangan ini juga disebut sebagai dashimaki tamago apabila diberi taburan dashi di atasnya.[11][a] Selain itu, hidangan tersebut juga disebut usuyaki tamago (telur dadar tipis).[14]

Pembuatan hidangan tamagoyaki dimulai dengan memasak satu lapis telur dadar berbentuk segi empat.[b] Sebelum tamagoyaki benar-benar matang, hidangan tersebut dilipat hingga menjadi berukuran sepertiganya menggunakan sumpit Jepang. Adonan telur kemudian ditambahkan ke wajan dan proses melipat tersebut diulangi kembali.[16][17] Produk jadi tamagoyaki berupa balok telur dadar yang terdiri atas beberapa lapisan.[17][c]

Sebelum digunakan, wajan makiyakinabe harus dioles menggunakan minyak goreng dengan jumlah sesedikit mungkin.[17] Untuk melakukan hal ini, wajan diusap menggunakan kertas atau kain yang sebelumnya telah dicelup ke dalam minyak goreng.[16] Bulatan kapas penyerap cairan juga seringkali digunakan untuk keperluan ini.[18]

Beberapa resep menyarankan penggunanya untuk tidak memasak telur hingga warnanya kecoklatan,[16][17] Namun, hal ini sebenarnya tergantung pada jenis telur dadar yang ingin dimasak.[19] Sebagai contoh, beberapa penjual tamagoyaki yang pernah berjualan di Pasar Tsukiji menawarkan tamagoyaki yang sedikit gosong yaki-me (焼き目) atau berwarna kecoklatan.[20]

Tamagoyaki

[sunting | sunting sumber]
plate with two pieces of tamagoyaki, sliced crosswise to show spiral form
Tamagoyaki yang dibuat menggunakan wajan makiyakinabe.

Telur dadar gulung tamagoyaki yang dibuat menggunakan makiyakinabe dapat digunakan sebagai pelengkap hidangan nigirizushi.[21][11] Beberapa koki susyi seringkali membuat sebuah versi tamagoyaki dengan campuran telur, pasta udang, dan yamatoimo [ja] parut (sebuah kultivar dari tumbuhan Dioscorea polystachya asal Tiongkok).[15][22] Campuran telur tersebut tidak dimasak per lapis, melainkan seluruh adonannya langsung dituang ke wajan dan dimasak selama 30 menit. Telur tersebut kemudian dibalik supaya kedua sisinya berwarna kecoklatan dan bagian dalamnya tetap berwarna kuning.[23]

Terdapat beberapa variasi tamagoyaki yang dibedakan berdasarkan ketebalannya. Variasi tamagoyaki yang tipis umumnya digunakan sebagai taburan atau pembungkus nasi susyi. Sementara itu, variasi telur yang lebih tebal umumnya lebih gampang ditemukan dan digunakan untuk nigirizushi dan chirashizushi.[24] Tamagoyaki yang dipotong-potong untuk dijadikan taburan disebut sebagai kinshi tamago yang berarti "utas telur emas".[6]

Tamagoyaki dapat dimakan sebagai makanan ringan, lauk,[16] atau sarapan.[25] Hidangan telur ini sering ditemui dalam kotak bentō.[21]

Catatan penjelas

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Ketika hidangan ini disebut dashimaki tamago, maka hidangan tersebut seringkali memiliki rasa gurih/asin atau kurang manis.[12] Meskipun beberapa literatur menyebutkan bahwa hidangan ini secara otomatis bernama dashimaki ketika diberi taburan dashi, tetapi pada kenyataannya hidangan ini tetap dapat disebut tamagoyaki tanpa memerdulikan adanya tambahan dashi atau tidak.[13]
  2. ^ Lapisan pertama bisa jadi hanya terbuat dari sepertiga telur,[15] atau bahkan 10%.[16]
  3. ^ Beberapa resep juga menyarankan tamagoyaki matang untuk dicetak terlebih dahulu menggunakan makisu (anyaman bambu untuk membentuk susyi) sebelum dikonsumsi.[16][17]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Khong, Rachel (1985). Lucky peach all about eggs : everything we know about the world's most important food. hlm. 62. ISBN 978-0-8041-8776-3. OCLC 961457729. 
  2. ^ Shimbo, Hiroko. (2012). Hiroko's American Kitchen : Cooking with Japanese Flavors. Andrews McMeel Publishing, LLC. hlm. 73. ISBN 978-1-4494-2576-0. OCLC 841339613. 
  3. ^ Sheraton, Mimi (2015-01-13). 1,000 foods to eat before you die : a food lover's life list. Alexander, Kelly. New York. hlm. 819. ISBN 978-0-7611-8306-8. OCLC 899209096. 
  4. ^ Imatani, Aya. (2009). Sushi : the beginner's guide. Penn/Imagine. hlm. 62. ISBN 978-1-60734-362-2. OCLC 805858293. 
  5. ^ Corby Kummer (2007). 1001 foods to die for. Kansas City, Mo.: Andrews McMeel. hlm. 640. ISBN 978-0-7407-7043-2. OCLC 154800158. 
  6. ^ a b c Feldner, Sarah Marx (2012). A cook's journey to Japan : fish tales and rice paddies : 100 homestyle recipes from Japanese kitchens. New York: Tuttle Pub. hlm. 32. ISBN 9781462905560. OCLC 792687332. 
  7. ^ Andoh, Elizabeth (2012-02-28). Washoku : recipes from the Japanese home kitchen. hlm. 81. ISBN 978-1580085199. OCLC 60373773. 
  8. ^ Barber, Kimiko (2017-07-11). Sushi: Taste and technique. ISBN 9780241301104. OCLC 993292976. 
  9. ^ a b "Tamagoyaki Japanese rolled egg". Chopstick Chronicles (dalam bahasa Inggris). 29 Mei 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Juni 2019. Diakses tanggal 31 Januari 2022. 
  10. ^ Khong, Rachel (2017-04-04). Lucky Peach All About Eggs: Everything We Know About the World's Most Important Food: A Cookbook (dalam bahasa Inggris). Clarkson Potter/Ten Speed. hlm. 64. ISBN 978-0-8041-8776-3. 
  11. ^ a b Imatani, Aya (2009). Sushi : the beginner's guide. Imagine. hlm. 62. ISBN 9780982293966. OCLC 318878336. 
  12. ^ Ong, Raina (2017). CultureShock! Japan. Marshall Cavendish International Asia Pte Ltd. hlm. 106. ISBN 9789814771641. 
  13. ^ Hosking, Richard (1986). "tamagoyaki". A Dictionary of Japanese Food: Ingredients & Culture. C.N. Potter. hlm. 139. ISBN 9781462903436. 
  14. ^ 成瀬すみれ (2015-03-05). Delightful SUSHI for Home Cooking 英語で作る すし: 日本料理でおもてなし (dalam bahasa Jepang). PHP研究所. hlm. 37. 
  15. ^ a b Sakai, Sonoko (2019-11-19). Japanese Home Cooking: Simple Meals, Authentic Flavors (dalam bahasa Inggris). Shambhala Publications. hlm. 82. ISBN 978-1-61180-616-8. 
  16. ^ a b c d e f Hara, Luiz (22 Oktober 2015). Nikkei cuisine : Japanese food the South American way. hlm. 54–61. ISBN 9781910254202. OCLC 944314190. 
  17. ^ a b c d e Sheraton, Mimi (2015). 1,000 Foods To Eat Before You Die: A Food Lover's Life List. Workman Publishing. hlm. 819. ISBN 9780761183068. 
  18. ^ Roden, Claudia (2018-03-22). A New Book of Middle Eastern Food: The Essential Guide to Middle Eastern Cooking. As Heard on BBC Radio 4 (dalam bahasa Inggris). Penguin Books Limited. ISBN 978-1-4059-3778-8. 
  19. ^ Khong (2017), hlm. 63.
  20. ^ "Oishī! Nenmatsu no Tsukiji de ninki no tamagoyaki 4ten wo tabekurabe shitemita" おいし~!年末の築地で人気の「玉子焼き」4店を食べ比べしてみた. The Japan Times Online (dalam bahasa Jepang). 28 Desember 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Juni 2019. Diakses tanggal 2 Juni 2019. 
  21. ^ a b Itoh, Makiko (17 April 2015). "The holy trinity of the '60s: sumo, baseball and tamagoyaki". The Japan Times Online (dalam bahasa Inggris). ISSN 0447-5763. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 Juni 2019. Diakses tanggal 31 Januari 2022. 
  22. ^ Satomi, Shinzo (2016). Sushi Chef: Sukiyabashi Jiro. 9781942993285: Kodansha USA. hlm. 9–22. ISBN 9781942993285. 
  23. ^ Tsuji, Shizuo; Hata, Kōichirō (1986). Practical Japanese Cooking: Easy and Elegant (dalam bahasa Inggris). Kodansha International. hlm. 10. ISBN 978-0-87011-762-6. 
  24. ^ Lowry, Dave. VerfasserIn. (2005). The connoisseur's guide to sushi : everything you need to know about sushi varieties and accompaniments, etiquette and dining tips, and more. hlm. 183. ISBN 978-1-55832-307-0. OCLC 962114405. 
  25. ^ Press, Salinas (2014-06-18). Japanese Cooking Made Simple: A Japanese Cookbook with Authentic Recipes for Ramen, Bento, Sushi & More (dalam bahasa Inggris). Callisto Media Inc. ISBN 978-1-62315-393-9. 

Bibliografi

[sunting | sunting sumber]