Marty Natalegawa | |
---|---|
![]() | |
Menteri Luar Negeri Indonesia ke-15 | |
Masa jabatan 22 Oktober 2009 – 20 Oktober 2014 | |
Presiden | Susilo Bambang Yudhoyono |
Wakil | Daftar
|
Utusan Tetap Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-16 | |
Masa jabatan 5 September 2007 – 22 Oktober 2009 | |
Presiden | Susilo Bambang Yudhoyono |
Duta Besar Indonesia untuk Britania Raya ke-17 | |
Masa jabatan 11 November 2005 – 5 September 2007 | |
Presiden | Susilo Bambang Yudhoyono |
Informasi pribadi | |
Lahir | 22 Maret 1963 Bandung, Jawa Barat, Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
Suami/istri | Sranya Bamrungphong |
Anak | 3 |
Almamater | Universitas Nasional Australia Corpus Christi College, Cambridge London School of Economics Ellesmere College Concord College |
Pekerjaan | Diplomat |
![]() ![]() |
Dr. (H.C.) Rd. Mohammad Marty Muliana Natalegawa, B.Sc., M.Phil., Ph.D. (lahir 22 Maret 1963)[1] adalah seorang diplomat asal Indonesia yang pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia di Kabinet Indonesia Bersatu II pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono sejak 20 Oktober 2009 hingga 20 Oktober 2014. Sebelumnya, ia merupakan Duta Besar Indonesia untuk Britania dan Irlandia dari 2005 sampai 2007.[2]
Marty telah mengenal dunia internasional sejak umur 9 tahun.[3] Keluarganya menyekolahkan dia ke Singapura setelah lulus dari SD Kris di Jakarta pada 1974.[4] Di Singapura, Marty bersekolah di Singapore International School (1974).[butuh rujukan] Namun, kemudian pindah ke sekolah asrama setingkat SMP Ellesmere College dan Concord College, Inggris pada tahun 1981.[3][4]
Marty meneruskan sekolahnya pada tingkat SMP hingga master di Inggris.[3] Ia menyelesaikan kuliah dan meraih gelar BSc, Honours, di bidang hubungan internasional di London School of Economics and Political Science, University of London tahun 1984.[butuh rujukan] Kemudian Ia meraih Master of Philosophy in International Relations, Corpus Christi College, Cambridge University tahun 1985.[3]
Gelar doktor ia dapatkan di luar Inggris.[5] Marty meraih gelar Doctor on Philosophy in International Relations dari Australian National University, Australia pada 1993.[3] Pada Juli 2013, Marty bersama Menteri Luar Negeri Australia, Bob Carr, dianugerahi gelar doktor honoris causa dalam bidang hubungan internasional oleh Universitas Macquarie, Sydney, Australia.[6]
Marty mengawali kariernya di departemen luar negeri (Kementrian Luar Negeri) pada 1986.[7] Marty menjadi Staf Badan Litbang Departemen Luar Negeri pada 1986–1990.[8] Karier Marty terus menanjak sejak awal 2000, tepatnya ketika ia ditunjuk sebagai juru bicara Departemen Luar Negeri periode 2002–2005.[9] Pada periode selanjutnya (11 November 2005–5 September 2007), Marty dilantik menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia untuk Inggris Raya dan Republik Irlandia, menggantikan Juwono Sudarsono yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan.[9]
Selanjutnya, Marty menjabat sebagai Duta Besar RI untuk PBB (5 September 2007–22 Oktober 2009).[10] Pada November, Marty sukses berkiprah di dunia internasional dengan menjadi salah satu orang Indonesia yang pernah menjadi Presiden Dewan Keamanan PBB.[3]
Pada 22 Oktober 2009, Marty dilantik menjadi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu II.[9] Ia merupakan Menteri Luar negeri RI yang ke-17, menggantikan Dr. Nur Hassan Wirajuda.[9]
Marty pernah menjabat sebagai kepala delegasi negara untuk sejumlah konferensi internasional, internaliansi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Gerakan Non-Blok, Organisasi Konferensi Islam (OKI), dan ASEAN.[11] Ia pun pernah menjadi delegasi Indonesia untuk Dewan Keamanan PBB dan dialog trilateral di Timor Timur serta Direktur Jenderal untuk Kerja sama ASEAN (2003–2005).[1]
Pada April 2015, ia dipilih menjadi anggota panel tingkat tinggi PBB dalam 'Respons Global Terhadap Krisis Kesehatan'. Tim panel itu terdiri dari enam orang dan diketuai oleh Presiden Republik Tanzania Jakaya Mrisho Kikwete.[12]
Marty dilahirkan di Bandung, Jawa barat, ia adalah anak termuda dari pasangan Sonson Natalegawa dan Siti Komariyah Natalegawa.[13] Meskipun ia dilahirkan di Bandung, tetapi ia tidak menghabiskan masa kecil di Bandung, Ayahnya saat itu bekerja sebagai karyawan Bank Indonesia, mendapat tugas ke Tokyo, Jepang. Ia pun ikut ke sana hingga tiga tahun dan setelah bertugas di Jepang, ia menetap di Jakarta.[14]
Dari pernikahannya dengan Sranya Bamrungphong (dari Thailand), dia dikaruniai tiga orang anak, yakni Raden Siti Annisa Nadia Natalegawa, Raden Mohammad Anantha Prasetya Natalegawa, dan Raden Mohammad Andreyka Ariif Natalegawa.[4]
Negara | Tanggal | Tanda Kehormatan | Pita Harian | Post Nominal |
---|---|---|---|---|
![]() |
2014 | Bintang Mahaputera Adipradana[15] | ![]() |
|
Satyalancana Wira Karya | ![]() |
|||
![]() |
2012 | Honorary Knight Commander of the Most Distinguished Order of St Michael and St George[16] | ![]() |
KCMG |
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Hassan Wirajuda |
Menteri Luar Negeri Indonesia 2009–2014 |
Diteruskan oleh: Retno Marsudi |
Jabatan diplomatik | ||
Didahului oleh: Rezlan Ishar Jenie |
Duta Besar Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa 2007–2009 |
Diteruskan oleh: Hasan Kleib |
Didahului oleh: Juwono Sudarsono |
Duta Besar Indonesia untuk Britania Raya 2005–2007 |
Diteruskan oleh: Yuri Octavian Thamrin |