Masjid Agung Jawa Tengah

Masjid Agung Jawa Tengah
الجامع الكبير جاوة الوسطى
ꦩꦱ꧀ꦗꦶꦢ꧀ꦄꦒꦼꦁꦗꦮꦶꦩꦢꦾ
Masjid Agêng Jawi Madya
Pemandangan masjid dari udara dari Menara Al Husna
PetaKoordinat: 6°59′13″S 110°27′0″E / 6.98694°S 110.45000°E / -6.98694; 110.45000
Agama
AfiliasiIslamSunni
Lokasi
LokasiSemarang, Jawa Tengah, Indonesia
Arsitektur
ArsitekIr. H. Ahmad Fanani
TipeMasjid
Gaya arsitekturPerpaduan Jawa, Arab, dan Romawi
Peletakan batu pertama6 September 2002
Rampung14 November 2006
Biaya konstruksiRp. 198.692.340.000
Spesifikasi
Kapasitas15.000
Kubah1
Diameter luar kubah20 m
Menara4
Tinggi menara62 m
Situs web
www.majt.or.id

Masjid Agung Jawa Tengah (bahasa Jawa: ꦩꦱ꧀ꦗꦶꦢ꧀ꦄꦒꦼꦁꦗꦮꦶꦩꦢꦾ, translit. Masjid Agêng Jawi Madya) adalah masjid yang terletak di Semarang, Jawa Tengah, Indonesia.

Masjid ini mulai dibangun sejak tahun 2001 hingga selesai secara keseluruhan pada tahun 2006. Masjid ini berdiri di atas lahan 10 hektare. Masjid Agung diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 14 November 2006. Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) merupakan masjid provinsi bagi provinsi Jawa Tengah.

Keberadaan bangunan masjid ini tak lepas dari Masjid Kauman Semarang. Pembangunan MAJT berawal dari kembalinya tanah banda (harta) wakaf milik Masjid Kauman Semarang yang telah sekian lama tak tentu jejak keberadaannya. Raibnya banda wakaf Masjid Kauman Semarang berawal dari proses tukar guling tanah wakaf Masjid Kauman seluas 119.127 ha yang dikelola oleh Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) bentukan Bidang Urusan Agama Depag Jawa Tengah. Dengan alasan tanah itu tidak produktif, oleh BKM tanah itu di tukar guling dengan tanah seluas 250 ha di Demak lewat PT Sambirejo. Kemudian berpindah tangan ke PT Tensindo milik Tjipto Siswoyo.

Hasil perjuangan banyak pihak untuk mengembalikan banda wakaf Masjid Kauman Semarang itu akhirnya berbuah manis setelah melalui perjuangan panjang. MAJT sendiri dibangun di atas salah satu petak tanah banda wakaf Masjid Kauman Semarang yang telah kembali.

Pada tanggal 6 Juni 2001, Gubernur Jawa Tengah membentuk Tim Koordinasi Pembangunan Masjid Agung Jawa Tengah untuk menangani masalah-masalah baik yang mendasar maupun teknis. Berkat niat yang luhur dan silaturahmi yang erat, dalam waktu kerja yang amat singkat keputusan-keputusan pokok sudah dapat ditentukan: status tanah, persetujuan pembiayaan dari APBD oleh DPRD Jawa Tengah, serta pemiilhan lahan tapak dan program ruang.

Kemudian pembangunan masjid tersebut dimulai pada hari Jumat, 6 September 2002 yang ditandai dengan pemasangan tiang pancang perdana yang dilakukan Menteri Agama Said Agil Husen al-Munawar, Sahal Mahfudz dan Gubernur Jawa Tengah, Mardiyanto. Pemasangan tiang pancang pertama tersebut juga dihadiri oleh tujuh duta besar dari negara-negara sahabat, yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Kuwait, Mesir, dan Palestina. Dengan demikian mata dan perhatian Dunia Internasional pun mendukung dibangunnya Masjid Agung Jawa Tengah tersebut.

MAJT diresmikan pada tanggal 14 November 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Masjid dengan luas area tanah 10 ha dan luas bangunan induk untuk salat 7.669 meter² secara keseluruhan pembangunan Masjid ini menelan biaya sebesar Rp. 198.692.340.000.

Meskipun baru diresmikan pada tanggal 14 November 2006, tetapi masjid ini telah difungsikan untuk ibadah jauh sebelum tanggal tersebut. Masjid megah ini telah digunakan ibadah Salat Jumat untuk pertama kalinya pada tanggal 19 Maret 2004 dengan Khatib Drs. H. M. Chabib Thoha, M.A. (Kakanwil Depag Jawa Tengah).

Arsitektur

[sunting | sunting sumber]

Masjid Agung Jawa Tengah dirancang dalam gaya arsitektural campuran Jawa, Arab, dan Romawi. Diarsiteki oleh Ir. H. Ahmad Fanani dari PT Atelier Enam Jakarta yang memenangkan sayembara desain MAJT tahun 2001. Bangunan utama masjid beratap limas khas bangunan Jawa namun dibagian ujungnya dilengkapi dengan kubah besar berdiameter 20 meter ditambah lagi dengan 4 menara masing masing setinggi 62 meter ditiap penjuru atapnya sebagai bentuk bangunan masjid universal Islam lengkap dengan satu menara terpisah dari bangunan masjid setinggi 99 meter.

Gaya Romawi terlihat dari bangunan 25 pilar dipelataran masjid. Pilar-pilar bergaya Koloseum di Roma dihiasi kaligrafi kaligrafi yang indah, menyimbolkan 25 Nabi dan Rasul, di gerbang ditulis dua kalimat syahadat, pada bidang datar tertulis abjad Jawi “Sucining Guno Gapuraning Gusti“.

Masjid Agung Jawa Tengah ini, selain disiapkan sebagai tempat ibadah, juga dipersiapkan sebagai objek wisata religius. Untuk menunjang tujuan tersebut, Masjid Agung ini dilengkapi dengan wisma penginapan dengan kapasitas 23 kamar berbagai kelas, sehingga para peziarah yang ingin bermalam bisa memanfaatkan fasilitas.

Daya tarik lain dari masjid ini adalah Menara Al Husna (Al Husna Tower) yang tingginya 99 meter. Bagian dasar dari menara ini terdapat Studio Radio Dais (Dakwah Islam) dan pemancar TVKU. Sedangkan di lantai 2 dan lantai 3 digunakan sebagai Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah, dan di lantai 18 terdapat Kafe Muslim yang dapat berputar 360 derajat. Lantai 19 untuk menara pandang, dilengkapi 5 teleskop yang bisa melihat Kota Semarang. Pada awal Ramadan 1427 H lalu, teropong di masjid ini untuk pertama kalinya digunakan untuk melihat Rukyatul Hilal oleh Tim Rukyat Jawa Tengah dengan menggunakan teleskop canggih dari Observatorium Bosscha.

Fasilitas

[sunting | sunting sumber]

Di dalam area MAJT terdapat Menara Asma Al-Husna setinggi 99 meter terdiri dari: lantai 1 untuk studio Radio DAIS MAJT dan pemancar TVKU, lantai 2 untuk Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah, Lantai 18 rumah makan berputar, lantai 19 gardu pandang kota Semarang dan lantai 19 tempat rukyat al-hilal. Sejak Juni 2017, masjid ini telah memiliki sebuah stasiun televisi yakni MAJT TV yang siarannya bekerjasama dengan TVKU.[1]

Area serambi Masjid Agung Jawa Tengah dilengkapi 6 payung raksasa otomatis seperti yang ada di Masjid Nabawi, Tinggi masing masing payung elektrik adalah 20 meter dengan diameter 14 meter. Payung elektrik dibuka setiap Salat Jumat, Idulfitri dan Iduladha dengan catatan kondisi angin tidak melebihi 200 knot, tetapi jika pengunjung ada yang ingin melihat proses mengembangnya payung tersebut bisa menghubungi pengurus masjid.

MAJT memiliki koleksi Al-Qur'an raksasa berukuran 145 x 95 cm². Ditulis tangan oleh Drs. Khyatudin, dari Pondok Pesantren Al-Asyariyyah, Kalibeber, Mojotengah, Wonosobo. Lokasi berada di dalam ruang utama tempat salat. Beduk raksasa berukuran panjang 310 cm, diameter 220 cm. Merupakan replika beduk Pendowo Purworejo. Dibuat oleh para santri pondok pesantren Alfalah, Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, asuhan K.H. Ahmad Sobri, menggunakan kulit lembu Australia.

Tongkat khatib MAJT merupakan tongkat pemberian Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei Darussalam.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Gandeng TVKU, MAJT-TV Segera Ujicoba Siaran". Suara Merdeka. 8 Januari 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-25. Diakses tanggal 2017-06-29. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]