Migdol, atau migdal, adalah sebuah kata Ibrani (מגדּלה מגדּל, מגדּל מגדּול) yang berarti "menara" (menurut ukuran atau tingginya), "panggung tinggi" ("mimbar"; "rostrum" atau "pulpit"), atau dasar yang tinggi pada sungai. Secara fisik, dapat berarti "tanah yang diperkuat", yaitu kota bertembok atau benteng; atau juga dataran tinggi, yang dapat digunakan untuk penjagaan. Istilah untuk benteng perbatasan juga mirip, mekter, dalam bahasa Mesir kuno. Secara kiasan, "menara" mempunyai konotasi kekuasaan agung.
Kitab Keluaran dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen mencatat bahwa bangsa Israel berkemah di Pi-Hahirot antara Migdol dan Laut Merah, sebelum menyeberangi laut yang terbelah secara ajaib itu.[1]
Kitab Yosua menyebut Migdal-Gad, "menara Gad", sebagai salah satu kota berkubu di wilayah suku Yehuda,[2] dan juga Migdal-El, "menara Allah", sebagai salah satu kota berkubu di wilayah suku Naftali[3] yang kemudian disebut sebagai Magdala, kota asal Maria Magdalena ("Maria, perempuan Magdala") sebagaimana dicatat pada kitab-kitab Injil.[4]
Kitab Yeremia menyebutkan tempat bernama "Migdol" di Mesir,[5] sebuah pulau di dekat ujung utara sungai Nil, yang juga disebut dalam Kitab Yehezkiel, dalam frasa "dari Migdol sampai Siene"[6] (wilayah Mesir dari utara sampai selatan, dekat perbatasan dengan Nubia atau "Etiopia" kuno), di mana Migdol dalam konteks tempat pemerintahan. Surat-surat Suta merujuk kepada sebuah tempat "Magdalu di Mesir" yang oleh William F. Albright diidentifikasikan dengan "Migdol" dalam Kitab Yeremia.[7]
Migdal Ha'emek adalah sebuah bukit besar yang dikelilingi oleh sungai Kishon, di sebelah barat Nazaret.