October 1 | |
---|---|
Sutradara | Kunle Afolayan |
Produser | Kunle Afolayan |
Ditulis oleh | Tunde Babalola |
Pemeran |
|
Penata musik | Kulanen Ikyo |
Sinematografer | Yinka Edward |
Penyunting | Mike-Steve Adeleye |
Perusahaan produksi | Golden Effects |
Distributor |
|
Tanggal rilis |
|
Durasi | 145 menit |
Negara | Nigeria |
Bahasa |
|
Anggaran | US$2 juta |
Pendapatan kotor | ₦100 juta |
October 1 adalah sebuah film cerita seru Nigeria tahun 2014 yang ditulis oleh Tunde Babalola, diproduseri dan disutradarai oleh Kunle Afolayan, serta dibintangi oleh Sadiq Daba, Kayode Olaiya, dan Demola Adedoyin. Film ini berlatarkan bulan-bulan terakhir dari Nigeria Kolonial pada tahun 1960. Film ini menceritakan kisah fiksi dari Danladi Waziri (Daba), seorang polisi dari Nigeria Utara, yang menyelidiki serangkaian pembunuhan terhadap perempuan-perempuan muda di desa Akote yang terpencil di Nigeria Barat tepat sebelum tanggal 1 Oktober 1960, saat Nigeria merdeka dari pendudukan Inggris.
October 1 diproduksi dengan biaya sebesar US$2 juta (₦315 juta pada tahun 2013) di Lagos, Ilara-Mokin, Akure, dan di desa-desa di sekitar Akure, dengan menggunakan pakaian dan barang dari masa itu, mulai bulan Agustus hingga September 2013. Film ini tayang perdana pada tanggal 28 September 2014 dan dibuka untuk penonton internasional pada tanggal 3 Oktober. Film ini hanya meraih sekitar ₦100 juta (US$63,000,000 pada tahun 2014) dalam waktu enam bulan setelah dirilis. Afolayan pun menuduh pembajakan film membuat pendapatan film ini menjadi rendah.
October 1 mengangkat sejumlah tema, termasuk pelecehan seksual terhadap anak oleh tokoh agama, konflik agama dan etnis, politik di Nigeria Kolonial, serta penyatuan dan kemerdekaan Nigeria. Para kritikus mengulas film ini secara positif, dengan memuji sinematografi, rancangan produksi dan pakaian, penulisan, dan aktingnya. Film ini juga berhasil memenangkan sejumlah penghargaan, termasuk Film Fitur Terbaik, Skenario Terbaik, dan Pemeran Pria Terbaik pada Festival Film Internasional Afrika tahun 2014.
Inspektur polisi Danladi Waziri diperintahkan oleh otoritas kolonial Inggris untuk menyelidiki serangkaian pemerkosaan dan pembunuhan terhadap perempuan-perempuan muda di Akote, sebuah desa terpencil di Nigeria Barat. Setibanya di Akote, ia disambut oleh Sersan Afonja, yang lalu menceritakan bahwa seorang pria berkuda yang dikagumi oleh sejumlah warga desa adalah Pangeran Aderopo, orang pertama dari komunitasnya yang lulus dari universitas. Setelah memulai penyelidikan, Waziri menyadari adanya pola pada pembunuhan serta menyimpulkan bahwa pemerkosaan dan pembunuhan tersebut adalah tindakan dari seorang pembunuh berantai. Pada malam hari, saat Aderopo bertemu dengan teman masa kecilnya, Tawa dan Agbekoya, di bar desa, salah satu pengawalnya meninggalkan tugasnya untuk menghabiskan waktu bersama kekasihnya. Di bar tersebut, Baba Ifa, kepala pendeta dari kota tersebut, kemudian memperingatkan Waziri dan Afonja bahwa pembunuhan akan berlanjut hingga pembunuhnya puas. Keesokan harinya, kekasih dari pengawal Aderopo ditemukan tewas.
Waziri lalu memerintahkan penahanan terhadap Baba Ifa, tetapi Afonja menolak. Waziri kemudian memberhentikan Afonja dan menggantikannya dengan wakilnya, Kopral Omolodun. Jasad dari seorang gadis Igbo lalu ditemukan dan Omolodun pun melacak jejak dari pembunuh tersebut di semak-semak. Pembunuh tersebut kemudian juga membunuh Omolodun. Okafor, ayah dari gadis tersebut, bersama teman sesukunya lalu menangkap seorang pria Hausa yang sedang melintas, dan mengklaim bahwa pria tersebut adalah pembunuhnya. Pria tersebut kemudian ditahan, tetapi pria tersebut menyatakan bahwa ia tidak bersalah dan memberitahu Waziri bahwa pembunuh sebenarnya senang bersiul. Waziri lalu memberitahu atasannya bahwa ia telah menemukan pembunuhnya dan akan menutup kasus tersebut. Okafor kemudian melemparkan parang ke arah pria tersebut, sehingga parang menghunus jantung dari pria tersebut. Saat sedang sekarat, pria tersebut pun tetap menyatakan bahwa ia tidak membunuh gadis tersebut.
Setelah merayakan penutupan dari penyelidikan tersebut, Waziri mendengar siulan dan diserang oleh pembunuh. Walaupun ia terlalu mabuk untuk mengidentifikasi pembunuh tersebut, ia perlahan mengingat kembali wajah dari pembunuh tersebut saat siuman di rumah Afonja. Keesokan paginya, ia pergi ke pasar untuk mengamati bahasa tubuh dari Aderopo. Waziri lalu mengunjungi Tawa dan mendapati bahwa Aderopo dan Agbekoya sama-sama mendapat beasiswa dari Padri Dowling, seorang pendeta desa. Waziri kemudian mengunjungi Agbekoya, yang mengungkapkan bahwa Dowling telah melecehkannya dan Aderopo.
Pada perayaan kemerdekaan, Aderopo mengundang Tawa ke tempat persembunyian masa kecil mereka, yang telah direnovasi. Waziri dan Afonja pun berniat untuk membuntuti mereka, tetapi gagal. Agbekoya, satu-satunya orang lain yang mengetahui tempat persembunyian tersebut, kemudian memandu Waziri dan Afonja ke sana. Setibanya di sana, Aderopo hampir menjadikan Tawa sebagai korban keenamnya, melambangkan enam tahun ia dilecehkan oleh Dowling. Waziri dan Afonja lalu menyelamatkan Tawa. Waziri kemudian menyampaikan hasil penyelidikannya kepada Inggris, yang lalu memerintahkannya untuk merahasiakan identitas Aderopo. Dengan berat hati, Waziri pun setuju untuk melakukannya demi mewujudkan kemerdekaan yang damai.
Ide untuk October 1 datang dari keinginan Kunle Afolayan untuk menyutradarai cerita yang berlatar di komunitas kecil. Sejumlah penulis kemudian menyerahkan naskah ke Afolayan, sebelum Afolayan bertemu dengan Tunde Babalola, yang akhirnya dipekerjakan untuk menulis skenario dari film ini, yang awalnya diberi judul Dust.[1][2] Afolayan juga berkontribusi pada naskah dari film ini.[3] Meskipun awalnya tidak ingin memproduksi film ini dengan biaya yang besar, Afolayan akhirnya menyimpulkan bahwa skenario dari film ini membutuhkan biaya yang besar, karena ia ingin memproduksi sebuah "film nasional"[1] yang dapat memikat penonton muda dan tua: "Bagi generasi tua, terutama yang menjadi bagian dari kemerdekaan, mereka akan dapat melihat diri mereka sendiri di dalam film ini. Bagi generasi muda, film ini menjadi sebuah platform bagi sebagian besar dari mereka yang tidak mengetahui sejarah dari Nigeria."[4]
Anggaran produksi October 1 sejumlah US$2 juta (₦315 juta pada tahun 2013)[5] didapat dari sejumlah lembaga pemerintah dan perusahaan, termasuk Pemerintah Negara Bagian Lagos, Toyota Nigeria, Elizade Motors, Guinness, dan Sovereign Trust Insurance.[6][7] Lebih dari seribu aktor pun diaudisi untuk film ini.[8] Afolayan menyatakan bahwa ia akhirnya memilih Sadiq Daba untuk memerankan Waziri, karena ia memang menginginkan orang dari Nigeria bagian utara yang dapat menuturkan bahasa Hausa dan memiliki "penampilan" yang sesuai dengan estetika khas dekade 1960-an dari film ini.[9][10] Afolayan juga memilih Deola Sagoe, perancang busana dari film ini, untuk memerankan Funmilayo Ransome-Kuti – seorang aktivis kemerdekaan Nigeria – karena penampilannya mirip dengan anggota dari keluarga Ransome-Kuti. Afolayan sendiri juga berperan di film ini sebagai Agbekoya.[4]
Pemfilman dimulai pada bulan Agustus 2013 di Lagos, dengan pemfilman tambahan di Ilara-Mokin, Akure, dan di desa-desa di sekitar Akure.[6][8][11] Tim produksi terdiri dari sekitar seratus orang dan film ini direkam dengan menggunakan kamera Red. Benda-benda modern yang terekam selama proses produksi dihapus secara digital pada tahap pasca-produksi.[12] Pemfilman akhirnya selesai 42 hari kemudian pada bulan September 2013.[1]
Hampir separuh dari properti yang digunakan di October 1 dibuat oleh pengarah seni Pat Nebo.[10] Sementara properti lainnya berasal dari Amerika Serikat dan Britania Raya, termasuk televisi dan senapan gentel dari dekade 1950-an, karena Kepolisian Nigeria tidak menyimpan senapan lama mereka dan senapan tersebut tidak tersedia lagi di Nigeria.[4][13] Sejumlah kendaraan antik yang digunakan di film ini dapat diperoleh di Nigeria, tetapi kebanyakan harus direstorasi.[10] Sagoe merancang busana untuk film ini sesuai dengan latar dari film ini.[6][8] Para perancang busana dari film ini pun menonton sejumlah dokumenter dan meneliti bahan-bahan lama untuk menangkap gaya Nigeria pada dekade 1960-an. Sinematografer Yinka Edward menyatakan bahwa ia menggunakan pencahayaan alami untuk menangkap tampilan yang realistis, karena ia ingin mengaitkan sinematografi film ini dengan keadaan emosi Aderopo.[14]
October 1 juga dilengkapi dengan musik karya Kulanen Ikyo, serta lagu "Mama E" dan "Bo Ko Daya" karya Victor Olaiya, dan "Sunny Sunny Day", yang ditulis oleh Yvonne Denobis dan diproduksi oleh Ikyo.[15][16]
Poster pertama October 1 dirilis pada bulan Juni 2013, dengan menampilkan bendera Nigeria dan Inggris berkibar di sebuah kota berdebu.[17][18] Pada bulan September 2013, para pembuat film ini meluncurkan serangkaian poster karakter.[19][20] Trailer pertama film ini kemudian dirilis pada tanggal 1 Oktober 2013, bertepatan dengan Ulang Tahun Kemerdekaan Nigeria ke-53.[21] Trailer tersebut berhasil memenangkan "Trailer Film Fiksi Terbaik" pada Penghargaan Festival Trailer Film Internasional 2013.[22]
October 1 awalnya dijadwalkan untuk dirilis pada tanggal 1 Oktober 2013.[20] Pada bulan Maret 2014, Afolayan tidak dapat memastikan tanggal perilisan film ini, serta menyatakan bahwa ia menghindari merilis film ini bersamaan dengan perilisan Render to Caesar, Half of a Yellow Sun, '76, dan Dazzling Mirage. Para pembuat film ini juga mengumumkan bahwa sejumlah versi akan dirilis, yakni versi untuk penonton Nigeria, versi untuk penonton Afrika, versi untuk festival film, dan versi untuk perilisan internasional.[23] Terra Kulture, sebuah promotor seni asal Nigeria, juga mengadakan penayangan pribadi sebelum film ini dirilis secara luas.[24]
October 1 akhirnya tayang perdana di Eko Hotels and Suites, Lagos pada tanggal 28 September 2014. Penayangan perdana film ini diadakan dengan tema dekade 1960-an,[25] dengan memamerkan tempat perekaman serta busana dan properti yang digunakan dalam film ini.[4][26] Penayangan pribadi film ini kemudian dimulai pada tanggal 1 Oktober 2014, sedangkan penayangan untuk penonton umum dimulai pada tanggal 3 Oktober 2014.[27] October 1 juga ditayangkan secara pribadi di Cultural Confidence 2014, yang diadakan oleh Nollywood Diaspora Film Series di Universitas New York pada tanggal 11 Oktober 2014.[28][29] Film ini pun terpilih untuk Festival Film Internasional Afrika 2014.[30] Penayangan perdana film ini di Eropa diadakan di London pada tanggal 3 November 2014 di Festival Film Afrika 2014.[31] October 1 juga membuka Pekan Film Afrika ke-4 di Yunani.[32][33] The Nation memperkirakan bahwa October 1 meraih sekitar ₦60 juta (US$38,000,000 pada 2014) hingga Januari 2015[update].[34] Dalam sebuah wawancara dengan The Netng pada bulan Februari 2015, Afolayan mengungkapkan bahwa film ini meraih lebih dari ₦100 juta (US$63,000,000 pada 2014) dalam waktu enam bulan.[35] Pada bulan April 2015, Afolayan baru mengetahui bahwa film ini telah dibajak, sehingga membuatnya mengamuk di Twitter terhadap suku Igbo di Nigeria Timur, yang ia anggap sebagai sumber pembajakan. Afolayan kemudian meminta maaf atas pernyataannya tersebut.[36] Ia juga tidak yakin apakah pembajakan akan mempengaruhi pendapatan dari film ini kedepannya.[37][38]
Pada bulan Desember 2014, October 1 dirilis pada layanan video-on-demand dari DStv Explora.[39] Sebulan kemudian, Afolayan mengumumkan bahwa Netflix telah mengakuisisi hak distribusi daring dari film ini,[40] sehingga menjadikan film ini sebagai salah satu film Nollywood pertama yang ditayangkan di Netflix.[41][42] Sebuah dokumenter mengenai pembuatan film ini juga ditayangkan di kanal Africa Magic dari DStv pada bulan September 2014.[43]
Para kritikus mencatat bahwa October 1 membahas sejumlah tema, termasuk pelecehan seksual terhadap anak-anak oleh tokoh agama, konflik agama dan etnis, politik dan hak asasi manusia di Nigeria Kolonial, serta penyatuan dan kemerdekaan Nigeria.[2][44]
Sejumlah kritikus mengamati bahwa October 1 mengkritik pemerintahan kolonial di Nigeria melalui berbagai lensa. Pembuat film Onyeka Nwelue mendeskripsikan film ini "mempertajam realita masyarakat yang terpisahkan oleh tribalismenya".[45] Wilfred Okiche dari YNaija mengaitkan studi karakter film ini tentang pelecehan psikologis dengan disfungsi politik negara, yang berakar pada logika kolonial berupa konsolidasi sejumlah kelompok suku yang ada di suatu negara.[46] Dalam The Nation, Victor Akande menyoroti komentar film ini terhadap mentalitas kolonial, dengan menyebut Aderopo dan Agbekoya yang percaya bahwa pendidikan Barat akan memperbaiki mereka, padahal sebenarnya juga menjauhkan mereka dari tradisi.[47] Akande dan Yishau Olukorede mencatat bahwa para penonton akan menyadari kesamaan antara tema-tema tersebut dengan kritikan pemberontakan Boko Haram terhadap pendidikan Barat.[7][47] Selain itu, Jane Agouye, yang menulis di The Punch, menyebut pembunuhan berantai sebagai metafora untuk "pemerkosaan sumber daya alam Nigeria oleh orang berkulit putih".[2] Toni Kan, yang mengulas film ini di This Day, menyimpulkan bahwa film ini menangkap antisipasi "kolektif" mengenai "datangnya kemerdekaan, permulaan dari sebuah era baru".[48]
Para cendekiawan juga membahas October 1 dari sudut pandang trauma kolektif yang ditimbulkan oleh kolonialisme di Nigeria. Ezinne Michaelia Ezepue dan Chidera G. Nwafor berpendapat bahwa Afolayan "mengadvokasi dekolonisasi" dengan menggunakan karakter di film ini sebagai gambaran dari dampak psikososial yang ditimbulkan oleh pemerintahan kolonial Inggris di Nigeria.[49] Azeez Akinwumi Sesan menyoroti "retorika kembali" dari film ini ke "kemandirian dan kebangsaan ... melalui karakterisasi dan representasi katarsis kolektif sebagai produk dari ketidaksadaran kolektif dari suatu bangsa atau ras".[50] Osakue Stevenson Omoera membahas film ini dari sudut pandang hak asasi manusia, dengan mengaitkan eksplorasi film ini terhadap kekerasan seksual dan ketegangan etnis dengan masalah-masalah sosiopolitik kontemporer di Nigeria.[51]
Para pemeran dan kru October 1 juga menemukan tema-tema serupa di film ini. Babalola mengatakan bahwa "film ini menggambarkan bagaimana kemerdekaan mempengaruhi suku-suku di Nigeria" dan bahwa film ini "adalah metafora dari Nigeria dan sejumlah hal diskriminatif yang terjadi di Nigeria".[2] Daba menyatakan bahwa film ini "mewakili seantero Nigeria dan kembali ke zaman kolonial kami. Film ini membicarakan tentang hubungan antar etnis kami dan banyak hal lainnya".[52] Afolayan mendeskripsikan moral dari film ini sebagai "kalimat terakhir dari salah satu kolonialis ... yang mengatakan, 'Baik ataupun buruk, inilah negaramu sekarang'".[2]
October 1 umumnya mendapat ulasan positif. Amarachukwu Iwuala, yang menulis untuk Pulse, memuji sinematografi, rancangan produksi serta busana, penulisan, dan akting dari film ini.[53] Dalam This Day, Toni Kan menyoroti penulisan dan pemilihan pemeran dari film ini, dengan memuji Kehinde Bankole atas perannya sebagai Tawa. Kan juga memuji penyutradaraan dan alur dari film ini, dengan menyatakan bahwa walaupun pembunuh telah dihadirkan sejak awal film, Afolayan membuat penonton ragu apakah mereka telah menginterpretasikan bukti-bukti dengan benar.[48] Nollywood Reinvented memberi rating 72% untuk film ini, dengan memuji penulisan film ini, tetapi mengkritik paruh pertama dari film ini, karena "terlalu mudah" bagi penonton untuk menebak identitas dari pembunuh.[54] Onykea Nwelule juga memuji penulisan film ini karena dialognya yang tajam, serta memuji akurasi sejarah yang ditampilkan di film ini, dengan menyebut film ini sebagai "karya seorang jenius", tetapi ia menulis bahwa ia ingin film ini juga menampilkan tokoh-tokoh yang terlibat dalam gerakan kemerdekaan Nigeria.[45] Augustine Ogwo memuji sinematografi, pemilihan pemeran, dan rancangan set dari film ini. Ia menyimpulkan bahwa film ini "akan bertahan" dan memprediksi bahwa film ini akan memunculkan diskusi lanjutan mengenai isu-isu nasional.[44] Wilfred Okiche dari YNaija memuji rancangan produksi film ini, tetapi mencatat adanya "sejumlah masalah kecil terkait dengan adegan peran hidup dan pemeran pengganti".[46] Isabella Akinseye dari Nolly Silver Screen memberi rating 3,4 dari 5 bintang untuk film ini, dengan menyatakan bahwa film ini berupaya untuk melakukan terlalu banyak hal, sehingga mengalihkan perhatian penonton dari sinematografi, busana, rancangan produksi, dan akting dari film ini, yang dipuji olehnya.[55] Babatunde Onikoyi mengatakan bahwa film ini menegaskan status Afolayan sebagai sutradara dari Sinema Nigeria Baru.[56]
October 1 mendapat penghargaan Film Fitur Terbaik dan Skenario Terbaik di Festival Film Internasional Afrika 2014. Sadiq Daba memenangkan penghargaan Pemeran Laki-laki Terbaik.[30] Film ini juga mendapat 12 nominasi di Africa Magic Viewers Choice Awards 2015 dan memenangkan sembilan penghargaan, termasuk Film Terbaik Tahun Ini dan Sutradara Film Terbaik. Kehinde Bankole memenangkan penghargaan Pemeran Perempuan Terbaik.[57]
Penghargaan | Tanggal acara | Kategori | Penerima dan nominee | Hasil | Ref. |
---|---|---|---|---|---|
Festival Film Internasional Afrika 2014 | 16 November 2014 | Film Fitur Terbaik | Kunle Afolayan | Menang | [30] |
Skenario Terbaik | Tunde Babalola | Menang | |||
Pemeran Laki-laki Terbaik | Sadiq Daba | Menang | |||
Festival Film Pan Afrika 2015 | 16 Februari 2015 | Fitur Naratif Terbaik | Kunle Afolayan | Nominasi | [58] |
Penghargaan Programmer – Fitur Naratif | Menang | ||||
Africa Magic Viewers' Choice Awards 2015 | 7 Maret 2015 | Film Terbaik Tahun Ini | Menang | [57][59] | |
Sutradara Film Terbaik | Menang | ||||
Film Terbaik (Drama) | Nominasi | ||||
Pemeran Perempuan Terbaik dalam sebuah Drama | Kehinde Bankole | Menang | |||
Penyunting Suara Terbaik | Kulanen Ikyo | Menang | |||
Penyunting Video Terbaik | Mike Steve Adeleye | Nominasi | |||
Pengarah Gambar Terbaik | Pat Nebo | Menang | |||
Sinematografer Terbaik | Yinka Edward | Nominasi | |||
Perancang Busana Terbaik | Deola Sagoe & Obijie Oru | Menang | |||
Penulis Drama Terbaik | Tunde Babalola | Menang | |||
Perancang Penyinaran terbaik | Lanre Omofaye | Menang | |||
Artis Tata Rias Terbaik | Lola Maja | Menang | |||
Africa Movie Academy Awards ke-11 | 26 September 2015 | Film Terbaik | Kunle Afolayan | Nominasi | [60][61] |
Sutradara Terbaik | Nominasi | ||||
Pemeran Laki-laki Terbaik dalam sebuah Peran Utama | Sadiq Daba | Menang | |||
Pemeran Laki-laki Paling Menjanjikan | Demola Adedoyin | Nominasi | |||
Film Nigeria Terbaik | Kunle Afolayan | Menang | |||
Penyuntingan Terbaik | Mike Steve Adeleye | Nominasi | |||
Rancangan Busana Terbaik | Deola Sagoe & Obijie Oru | Menang | |||
Rancangan Produksi Terbaik | Yinka Edward | Nominasi |