Pewarnaan Romanowsky merupakan teknik pewarnaan yang memelopori ditemukannya teknik pewarnaan lain yang dikenal saat ini seperti pewarnaan Giemsa, pewarnaan Jenner, pewarnaan Wright, dan pewarnaan Leishman, yang semuanya digunakan untuk membedakan sel dalam preparat patologi.
Ehrlich telah menggunakan larutan campuran asam dan basa untuk pewarnaan pada 1879. Pada tahun 1891, Romanowsky dan Malakowsky mengembangkan sendiri teknik yang menggunakan campuran Eosin Y dan Biru Metilen yang teroksidasi. Karena larutan ini tidak stabil, maka digunakan metanol sebagai pelarut. Kelak, Leishman (pada 1901) dan Wright (pada 1902) menggunakan metabol sebagai cairan fiksasi pewarnaan. Giemsa pada 1902 mengembangkan teknik ini dengan menstandarkan larutan dan menambah gliserol untuk meningkatan kelarutan dan stabilitas.
Oksidasi Biru Metilen dalam larutan cair menggunakan panas dan alkali, menghasilkan campiran Azure A, Azure B, Ungu Metilen, dan Biru Metilen. Eosin Y ditambahkan untuk menghasilkan larutan yang "netral". Campuran ini akhirnya ditambahkan metanol dan gliserol.