Shanshan (Hanzi: 鄯善; Pinyin: Shànshàn; bahasa Uighur: پىچان, ULY: Pichan, UYY: Piqan?) adalah sebuah kerajaan yang berada di perbatasan timur Gurun Taklamakan dahulu, di dekat danau asin yang sekarang telah kering yaitu Lop Nur. Sebelumnya Shanshan diketahui sebagai Kerajaan Loulan atau Kroran, tetapi namanya diubah menjadi Shansan setelah Raja Kroran dibunuh oleh seorang utusan China pada tahun 77 SM. Semenjak itu, wilayah Loulan berada di bawah kendali tidak langsung China.
Daerah Kerajaan Shanshan mencakup kota strategis Kroran (Loulan) yang berada di sebelah barat laut dari Lop Nur, yang pada saat itu juga berada di dekat muara dari Sungai Tarim di Lop Nur. Situs Kroran mencakup area seluas 108 hektare (270 ekar) dan memiliki sebuah pagoda Buddha setinggi kira-kira 10 meter (33 kaki), beberapa rumah, dan saluran irigasi.[1] Di sebelah barat daya Lop Nur, daerah Shanshan juga mencakup Charklik yang berada di dekat daerah kota Ruoqiang kini, Cherchen, dan Niya.[2] Ada beberapa anggapan bahwa nama "Cherchen" tersebut berasal dari nama Shanshan.[3][4]
Pada tahun 126 SM, seorang utusan China bernama Zhang Qian menggambarkan Loulan sebagai sebuah kota berbenteng di dekat Lop Nur.[5]
Shanshan berada di jalur utama yang menghubungkan China dan Barat dan mengendalikan jalur selatan antara Dunhuang dan Khotan sebagai bagian dari Jalur Sutra dari Dunhuang menuju Korla, Kucha, dan Kashgar pada masa Han Awal dan Han Akhir. Kekuasaan dari kerajaan ini diperebutkan antara China dan Xiongnu. Xiongnu beberapa kali menyerbu wilayah Shanshan untuk melawan kekuasaan China Han hingga abad ke-2 M.[6]
Pada tahun 77 SM, utusan Han bernama Fu Jiezi dikirim untuk membunuh Raja Loulan bernama Chang Gui atau An Gui (嘗歸 atua 安歸), setelah beberapa utusan Han sebelumnya diculik dan dibunuh.[7] Ia datang dengan dalih membawa emas dan barang berharga sebagai hadiah untuk negara-negaa luar namun ia kemudian membunuh sang raja dengan menusuknya ketika ia mabuk, hingga meninggal. Adik laki-laki raja bernama Wei-tu-qi (尉屠耆) kemudian dilantik sebagai Raja Loulan oleh Han dan nama kerajaan pun diganti menjadi Shanshan.[8]
Raja baru kini meminta keberadaan pasukan Han di Yixun (伊循), untuk menghindari kekhawatirannya terhadap adanya pembalasan dari anak Chang Gui. Perwira tentara China kemudian dikirim untuk menetap di wilayah tersebut dan sebuah markas militer didirikan di Yixun.[9]
Pada tahun 25, tercatat bahwa Shanshan berada dalam persekutuan dengan Xiongnu. Pada tahun 73, perwira Han Ban Chao bergerak ke Shanshan bersama sekelompok kecil pengikutnya ketika seorang utusan dari Xiongnu sedang berkunjung ke Shanshan. Ban Chao membunuh utusan Xiongnu tersebut dan membawa kepalanya ke depaan Raja Guang dari Shanshan, yang kemudian menyatakan kesetiaannya kepada Han.[10]
Loulan di dalam Weilüe dicatat sebagai kerajaan di bawah Shanshan pada abad ke-3.[2]
Sebuah pahatan dalam aksara Kharoṣṭhī ditemukan di Endere yang berasal dari pertengahan abad ke-3 M. Pahatan tersebut menuliskan Raja Shanshan sebagai seorang penganut Buddha Mahāyāna.[11] Raja yang kemungkinan disebut di dalam pahatan tersebut adalah Aṃgoka yang merupakan raja terkuat dari sejarah Shanshan. Menurut Richard Salomon, terdapat alasan kuat untuk meyakini bahwa agama Buddha Mahāyāna mendominasi Shanshan pada masa itu dan mendapatkan dukungan raja.[11]
Sebuah koloni militer berisi 1.000 laki-laki didirikan di Loulan pada tahun 260 oleh Jenderal China bernama So Man. Koloni tersebut namun ditinggalkan pada tahun 330 akibat sulitnya air ketika Sungai Tarim sebagai sumber air utama berpindah alirannya dan garnisun tentara pun dipindahkan sejauh 50 km ke arah Haitou di selatan. Benteng di Yingpan di sebelah barat laut tetap dikendalikan China hingga masa Dinasti Tang.[12]
Kekuasaan China berlanjut hingga masa Dinasti Jin Barat dan bersifa tidak langsung pada abad-abad selanjutnya. Tercatat pada tahun 283, anak dari raja Shanshan dikirim sebagai tahanan di China pada masa Kaisar Wu dari Dinasti Jin.[13] Pada abad ke-5, Wei Utara melantik seorang raja China di Loulan dan menyebut kota tersebut Benteng Shanshan. Kemudaian pada akhir abad ke-6, Dinasti Sui mendirikan negara kota Shanshan di Loulan.[14]
Mulai abad ke-5, wilayah Shanshan menerima serbuan kaum nomaden beberapa kali seperti dari Tuyuhun, Rouran, dan Dingling dan penduduk lama-kelamaan meninggalkan Loulan. Pada musim semi tahun 442, Loulan diserbu oleh Juqu Anzhou dan raja melarikan diri ke Jumo (Cherchen).[15] Shanshan pada saat itu diperintah dari Qiemo.[16]
Sekitar tahun 630 pada masa awal Dinasti Tang, sisa dari penduduk Shanshan, dipimpin oleh Shan Fu Tuo (鄯伏陁), bermigrasi ke Hami di wilayah utara.[14] Peziarah Buddha Xuanzang melewati wilayah ini pada tahun 644 di perjalanan kembalinya dari India ke China. Ia mengunjungi sebuah kota bernama Nafubo (納縛波, kemungkinan Charklik) di negeri Loulan. Ia juga menceritakan mengenai Qiemo dengan menulis, "Ada sebuah benteng, tetapi tidak ada jejak manusia".[17]