उर्वशी | |
---|---|
Tokoh dalam mitologi Hindu | |
Nama | Urwasi |
Ejaan Dewanagari | उर्वशी |
Ejaan IAST | Urvashī |
Asal | Indraloka (swarga) |
Golongan | Bidadari |
Urwasi (Sanskerta: उर्वशी; Urvashī) adalah seorang bidadari dalam mitologi Hindu. Ia tinggal di kediaman Dewa Indra. Konon di antara para bidadari, dialah yang paling cantik. Dia menjadi permaisuri Raja Pururawa, leluhur Dinasti Candra atau Candrawangsa.
Rashtrakavi Ramdhari Singh 'Dinkar' pernah menulis puisi dengan judul Urwasi dan memperoleh Jnanpith Award pada tahun 1972.
Ada banyak versi berbeda pada legenda mengenai kelahiran Urwasi, tetapi versi Nara-Narayana lebih terkenal dan banyak dituturkan.
Diceritakan bahwa pada suatu hari, petapa Nara-Narayana bermeditasi di kuil suci Badrinath, letaknya di pegunungan Himalaya. Indra, raja para dewa, tidak mau petapa tersebut memperoleh kekuatan sakti. Maka ia mengirim dua bidadari untuk mengganggu meditasi sang petapa. Sang petapa memukul pahanya, dan terciptalah seorang wanita yang kecantikannya melebihi bidadari yang dikirim Indra. Akhirnya bidadari Indra pulang karena kalah. Setelah sang petapa menyelesaikan meditasinya, ia mempersembahkan Urwasi kepada Indra.
Dalam mitologi Hindu terdapat cerita klasik mengenai Urwasi dan Pururawa. Diceritakan bahwa Urwasi beserta bidadari lainnya sering kali turun ke bumi pada malam hari untuk memetik bunga, lalu menaruhnya di surga. Suatu ketika, pada saat Urwasi kembali ke surga, ia ditangkap oleh raksasa. Di saat yang bersamaan, Pururawa dengan kereta kencananya sedang dalam perjalanan melintasi langit. Ketika ia melihat Urwasi sedang dalam bahaya, Pururawa datang menyelamatkan. Raksasa berhasil dikalahkan, dan Urwasi jatuh ke dalam pelukan Pururawa. Untuk yang pertama kalinya, Urwasi merasakan kehangatan, desahan napas dan detak jantung manusia saat ia bersentuhan dengan Pururawa. Karena merasa berbeda dunia, Pururawa melepaskan Urwasi ke kahyangan. Ia sendiri kembali ke bumi. Semenjak kejadian itu, mereka saling jatuh cinta.
Ketika Urwasi menampilkan pertunjukannya di hadapan Dewa Wisnu dan Dewi Laksmi, pikirannya dipenuhi oleh Pururawa. Oleh karena demikian, ia menyebut nama "Pururawa" saat menyanyikan lagu pujian ke hadapan Wisnu, padahal seharusnya ia menyebut nama "Wisnu". Melihat tingkah Urwasi yang aneh, Resi Bharata menjadi marah. Lalu ia mengutuk Urwasi agar kelak Urwasi menikah dengan orang yang terus ia pikirkan. Namun apabila Urwasi sudah memiliki anak, ia harus memilih untuk tinggal berdua dengan suami atau dengan anak. Ia tidak boleh tinggal dengan suami sekaligus dengan anak, sebab apabila suami dan anaknya saling bertemu, maka Urwasi harus berpisah dengan mereka.
Pururawa telah menikah dengan Ausiniri, tetapi tidak memiliki keturunan. Sesuai dengan adat pada masa itu, yang disalahkan adalah si istri. Ketika Pururawa tahu bahwa Urwasi turun ke dunia, ia sangat senang dan siap untuk berpisah dengan istri lamanya. Pururawa menemui Urwasi yang sudah menunggu di hutan Gandamadana. Mereka berencana untuk tinggal di sana.
Pada suatu hari, Pururawa dan Urwasi berjalan di sepanjang tepi sungai. Di sana ada gadis perawan yang sedang mencuci pakaian. Kaki gadis tersebut memikat Pururawa sehingga perhatiannya terpusat pada gadis tersebut. Hal itu membuat Urwasi marah dan cemburu. Urwasi berlari sampai ke wilayah hutan keramat milik Kartikeya. Kartikeya adalah dewa perang dan wanita dilarang memasuki hutannya. Apabila seorang wanita melanggar pantangan tersebut, maka wanita itu akan berubah menjadi batu. Urwasi yang dilanda cemburu melupakan pantangan tersebut, maka sudah pasti tubuhnya menjadi batu. Pururawa mencari Urwasi selama berbulan-bulan. Pururawa meminta petunjuk para dewa yang sudah sering ia bantu dalam peperangan. Kartikeya menjadi iba dengan Pururawa. Ia memberi sebuah permata merah dan menyuruh Pururawa agar digosok pada sebuah batu yang ada di dalam kawasan hutannya. Ketika perintah itu dilaksanakan, Urwasi segera terbebas dari kutukan.
Setelah peristiwa di Gandamadana, semua orang termasuk Ausiniri mengakui bahwa Urwasi merupakan istri Pururawa. Pasangan tersebut kembali ke istana setelah bertahun-tahun tinggal di hutan Gandamadana. Di istana, Urwasi dan Pururawa menghabiskan masa indahnya selama enam belas tahun, sampai mereka harus berpisah karena putera Urwasi muncul di hadapan Pururawa. Peristiwa itu diawali dengan direnggutnya permata merah pemberian Kartikeya oleh seekor gagak. Urwasi yang amat menyukai permata tersebut memohon kepada Pururawa untuk merebutnya kembali. Sebelum Pururawa berhasil menembakkan panahnya, ada orang lain yang terlebih dahulu memanah si gagak. Si gagak jatuh ke halaman istana. Ketika anak panah yang menancap di tubuh si gagak diamati, tertulis bahwa anak panah tersebut dimiliki oleh Ayu. Setelah ditelusuri ternyata Ayu adalah putera Pururawa dan Urwasi.
Kelahiran puteranya sendiri tidak diketahui oleh Pururawa. Urwasi yang mencintai Pururawa pernah menginginkan seorang anak, maka tanpa sepengetahuan Pururawa, Urwasi telah memusatkan pikirannya untuk memiliki keturunan. Insiden di hutan Kartikeya telah memberi waktu bagi Urwasi untuk melahirkan puteranya. Saat Pururawa menjumpai puteranya sendiri, Urwasi teringat dengan kutukannya yang terdahulu. Ia harus berpisah dengan suami dan anaknya. Maka, pertemuan antara Pururawa dengan Ayu berarti perpisahan antara Urwasi dengan suami dan anaknya. Setelah Urwasi kembali ke kahyangan, Ayu dinobatkan sebagai raja, sedangkan Pururawa memilih pergi meninggalkan kerajaannya untuk tinggal di Gandamadana.
Dalam kitab Wanaparwa dari seri Mahabharata, dimana para Pandawa menjalani masa pembuangan selama dua belas tahun, Arjuna tinggal selama beberapa waktu di kediaman ayahnya, yaitu istana Dewa Indra. Selama masa itu, ia menolak permohonan Urwasi yang ingin menikahinya. Arjuna menolak karena ia merasa bahwa Urwasi adalah milik Indra, ayahnya. Beberapa versi mengatakan bahwa Arjuna menolak karena Urwasi adalah istri kakek moyangnya, jadi Arjuna enggan untuk menikahinya. Karena marah, Urwasi mengutuk agar kelak Arjuna menjadi seorang banci.
Kutukan tersebut diperkecil oleh Indra agar Arjuna menjadi banci hanya selama masa penyamaran di istana Raja Wirata selama satu tahun. Masa penyamaran Arjuna sebagai banci diceritakan dalam kitab Wirataparwa. Sebagai seorang banci, Arjuna memakai nama samaran "Brehanala".