Pangeran Adam Stefan Kardinal Sapieha | |
---|---|
Kardinal-Imam S. Maria Nuova | |
Penunjukan | 18 Februari 1946 |
Awal masa jabatan | 18 Februari 1946 |
Masa jabatan berakhir | 21 Juli 1951 |
Pendahulu | Enrico Sibilia |
Penerus | Joseph Wendel |
Jabatan lain | Uskup agung Kraków (1925 - 1946); Uskup Kraków (1911 - 1925) |
Imamat | |
Tahbisan imam | 1 Oktober 1893 oleh Jan Maurycy Pawel Puzyna de Kosielsko |
Tahbisan uskup | 17 Desember 1911 oleh Paus Pius X |
Pelantikan kardinal | 18 Februari 1946 |
Informasi pribadi | |
Nama lahir | Pangeran Adam Stefan Stanisław Bonfatiusz Józef Sapieha |
Lahir | Krasiczyn, Polandia | 14 Mei 1867
Meninggal | 21 Juli 1951 Kraków, Polandia | (umur 84)
Kewarganegaraan | Polandia |
Denominasi | Katolik Roma |
Orang tua | Adam Stanisław Sapieha-Kodenski & Jadwiga Klementyna Sanguszko-Lubartowicza |
Lambang |
Kardinal Pangeran Adam Stefan Stanisław Bonfatiusz Józef Sapieha (pengucapan bahasa Polandia: [ˈadam ˈstɛfan saˈpjɛxa]; 14 Mei 1867 – 23 Juli 1951) adalah seorang kardinal gereja Katolik Roma dari Polandia yang menjadi Uskup Agung Kraków. Antara tahun 1922-1923 ia adalah seorang senator dari Republik Polandia. Tahun 1946, Paus Pius XII mengangkatnya sebagai Kardinal.
Sapieha dilahirkan tahun 1867 di Istana Krasiczyn. Keluarganya adalah anggota kaum bangsawan. Ia paling muda dari tujuh bersaudara anak-anak dari Pangeran Adam Stanisław Sapieha-Kodenski dan Putri Jadwiga Klementyna Sanguszko-Lubartowicza.
Setelah lulus dari sekolah gymnasium di Lwow tahun 1886, ia bekerja di Departemen Hukum di Universitas Wina, dan secara bersamaan memulai kuliah hukum di Institut Katolik di Lille. Tahun 1887 dengan menggunakan sertifikat dari Universitas Wina, Sapieha melanjutkan kuliah ke Universitas Jagiellonian di Kraków. Setelah dua tahun ia lulus ujian dan kembali ke Wina untuk belajar lebih lanjut, dia tinggal sampai tahun 1890, untuk memperoleh sertifikat kelulusan. Pada tahun yang sama ia mulai belajar teologi di Universitas Innsbruck, dan tahun 1892 mengikuti seminari tiga tahun di Keuskupan Agung Lviv.
Setelah kembali ke negara asalnya tahun 1897, ia ditugaskan sebagai wakil rektor dari seminari diosis di Lwow, disitu ia bertugas sampai tahun 1901. Ia mengundurkan diri karena putus asa dengan aturan yang dikenakan pada imam muda. Setelah melakukan perjalanan setengah tahun di seluruh Amerika Serikat, ia ditunjuk sebagai vikaris konggregasi Santo Nikolas di Lwow pada bulan Oktober 1902. Tahun 1905 Sapieha diangkat sebagai bendahara paus dan diberangkatkan ke Roma di mana ia menjadi konsultan mengenai segela hal tentang Gereja Katolik Roma di Polandia, di wilayah yang dikuasai. Yang merupakan realisasi dari ide Uskup Agung Józef Teodorowicz seorang Katolik Armenia dari Lwow (yang merupakan teman lama Sapieha)[1] untuk memiliki perwakilan Gereja Katolik Roma di Polandia pada Kuria Romawi.
Ia kemudian dididik di Universitas Kepausan Gregoriana di Roma, di mana ia juga menjadi ditahbiskan sebagai imam pada 1 Oktober 1893 oleh Uskup Jan Puzyna de Kosielsko (kemudian menjadi Uskup Kraków dan Kardinal). Pastor Sapieha melakukan karya pastoral di Keuskupan Lemberg, di mana seminari yang ia layani sebagai dosen selama empat tahun sampai menjadi rektor. Pada Oktober 1895 ia mulai belajar lebih jauh di Roma, di mana ia memperoleh gelar doktorat untuk hukum perdata dan kanonik di Akademi Gerejawi Kepausan (Pontifical Ecclesiastical Academy). Pada waktu yang sama ia belajar diplomasi di Akademi Kepausan untuk Kemuliaan Gerejawi (Pontifical Academy of Ecclesiastical Nobles).
Sapieha diangkat sebagai Uskup Kraków pada 24 November 1911 dan dikonsekrasi oleh Paus Pius X di Kapel Sistina pada 7 Desember tahun yang sama. Tahun 1915 membentuk komite bantuan bagi para korbang Perang Dunia I.
Setelah Perang Dunia I, Sapieha menjadi lawan vokal dari konkordat baru untuk negosiasi antara Tahta Suci dan pemerintahan baru Polandia. Ia berargumentasi bahwa Gereja Polandia harus benar-benar independen dari negara dan tingkat tertinggi haruslah Uskup Agung Warsawa. Sikap ini mengarah pada konflik dengan Kardinal Achille Ratti, duta dari Paus Benediktus XV yang kemudian menjadi Paus, selama kongres paska perang pertama uskup-uskup Polandia di Gniezno yang diadakan pada 26-30 Agustus 1919. Sapieha berpikir bahwa Polandia harus memutuskan hubungannya tanpa pengaruh dari luar dan meminta Ratti untuk keluar dari ruang konferensi. Sapieha tidak diangkat menjadi kardinal oleh Ratti ketika ia menjadi Paus Pius XI tahun 1922.
Tahun 1922, Sapieha diangkat sebagai senator dari partai Persatuan Nasional Kristen Bersatu atau dalam bahasa Polandia Chrześcijański Związek Jedności Narodowej (atau disingkat Chjena). Ia memerintahkan upacara peringatan dan mengangkat masalah proklamasi atas pembunuhan Gabriel Narutowicz. Itu adalah pidato satu-satunya yang ia lakukan sebagai senator karena perintah kepausan pada masa itu melarang klerus sebagai pejabat publik. Ia mengundurkan diri pada 9 Maret 1923
Sapieha dilantik sebagai Uskup Agung Metropolit tahun 1925 ketika Keuskupan Kraków ditingkatkan menjadi Keuskupan Agung. Ia menerima gelar honoris causa dari Universitas Jagiellonian tahun 1926. Pada September 1930, setelah pemimpin oposisi ditangkap dan ditahan di Benteng Brest, Uskup Agung Sapieha dan Teodorowicz mengkritik pedas pemerintah. Karena hal ini dan kadang-kadang ketidakcocokan dengan pemerintah, Sapieha diberi penghargaan Orde Elang Putih (Order Orła Białego) tahun 1936.
Selama Perang Dunia II, ketika pimpinan tertinggi gereja August Hlond di Prancis, Sapieha secara de facto memimpin gereja Polandia dan menjadi salah satu pimpinan negara. Salah satu organisasi penting di mana ia ambil bagian adalah Dewan Kesejahteraan Nasional ('National Council of Welfare), yang dibentuk dengan model Caritas. Sejak awal pendudukan Nazi, ia adalah aktivis independen, bekerjasama dengan Pemerintahan Polandia dalam pengasingan.
Agustus 1944, Sapieha terpaksa menjalankan seminari Polandia secara rahasia karena pendudukan Nazi. Ia memindahkan seminaris (termasuk calon Paus Yohanes Paulus II, Karol Wojtyła) ke wisma keuskupan untuk menyelesaikan pelatihan mereka.
Penulis biografi Sapieha, Jacek Czajkowski menggambarkan situasi ketika kardinal diundang Gubernur Hans Frank ke pesta ulang tahun Adolf Hitler bulan April 1942. Ia mengatakan pada perwira Jerman: Tidak! Mereka tidak akan mengubah apapun, mereka akan mengambil foto saya dan menulis uskup Polandia datang di pesta ulang tahun Hitler dengan ucapan selamat. Katakan padanya saya tidak akan datang. Anekdot lainya menceritakan ketika gubernur Hans Frank memerintahkan kardinal untuk menyerahkan kunci-kunci Istana Wawel. Sapieha membalas: Jangan lupa untuk mengembalikan pada saya ketika Anda meninggalkan Wawel.
Józef Dużyk, di artikelnya "Pangeran Gereja" menceritakan hal yang mungkin paling penting dalam masa penjajahan ketika Kardinal Sapieha melayani tamunya, Gubernur Frank, dengan roti coklat dengan selai wortel di piring perak. Mengatakan bahwa uskup-uskup di Kraków selalu punya piring perak, namun untuk apa yang mereka makan di piring-piring itu, mereka berterima kasih pada penjajah. Versi lain dari cerita in kata Frank, bahwa uskup-uskup makan apa yang juga dimakan umatnya.
Maret 1945, ia mengawali publikasi koran Tygodnik Powszechny. Ia membuat rubrik untuk Imam Kardinal, dengan judul Santa Maria Nuova pada 18 Februari 1946. Tanggal 1 November 1946 ia melakukan penahbisan imam pada Karol Wojtyła di kapel wisma keuskupan.
Setelah Kielce pogrom (kerusuhan di Kielce) ia memberikan bantuan pada kaum Yahudi yang menderita.[2]
Sapieha mengenal Karol Wojtyła (kemudian Paus Yohanes Paulus II) ditakdirkan menjadi pastor ketika Karol muda memberikan pidato sambutan ketika kunjungan uskup agung ke sekolahnya. Beberapa orang menganggapnya sebagai mentor Paus Yohanes Paulus II.[3] Tahun 1950, ia terinspirasi dan ambil bagian menulis surat protes keuskupan Polandia ke presiden Bolesław Bierut, yang mengutuk represi dan penindasan terhadap gereja di Polandia, Tahun 1949, ia mengusulkan Stefan Wyszyński, Uskup Agung Gniezno dan Warsawa sejak 12 November 1948, harus menjadi Uskup Utama di Polandia. Sapieha wafat pada 23 Juli 1951, dan pemakamannya pada 28 Juli berubah menjadi demonstrasi. Ia dimakamkan di Katedral Wawel, di ruang bawah tanah di bawah ruang pengkuan Santo Stanislas.
Tahun 2005 sebuah miniseri CBS berjudul Paus Yohanes Paulus II, Uskup Agung Sapieha diperankan oleh aktor Amerika James Cromwell.