Ahmed al-Senussi | |
---|---|
Lahir | Ahmad Mindas bin Sayyid al-Zubayr al-Sanussi 1934 (umur 89–90) Marsa Matrouh, Mesir |
Kebangsaan | Libya |
Pekerjaan | Politikus |
Dikenal atas | Anggota Dewan Transisional Nasional |
Orang tua | Sayyid al-Zubayr bin Sayyid Ahmad as-Sharif al-Sanussi Sayyida Fatima binti Sayyid Muhammad al-Rida al-Sanussi |
|
Ahmed Al-Zubair al-Senussi, yang juga dikenal sebagai Zubeir Ahmed El-Sharif, (bahasa Arab: أحمد الزبير الشريف) (kelahiran 1934)[1] adalah seorang anggota Libya dari wangsa Senussi dan anggota Dewan Transisional Nasional mewakili para tahanan perang.[2][3]
Ia adalah anak dari keponakan Idris dari Libya, raja tunggal dari Libya, dan mengambil nama dari kakeknya Ahmed Sharif as-Senussi.[3][4] Ahmed al-Senussi lulus dari Akademi Militer Irak pada 1958.[5] Pada 1961, ia menikahi istrinya, Fatilah.[3]
Pada 1970, ia mulai berencana untuk melengserkan Muammar Gaddafi setahun setelah Gaddafi melancarkan kekuatan dalam sebuah kudeta militer. Bersama dengan saudaranya dan konspirator lainnya, ia berupaya untuk melengserkan pemerintahan Gaddafi dan meminta masyarakat untuk memiliki antara monarki atau republik konstitusional.[4] Ia ditahan dan dihukum mati; namun, pada 1988 hukumannya diganti menjadi hukuman kurungan 13 tahun, dan keluarganya diijinkan untuk mengunjunginya. Ia tinggal sendirian selama sembilan tahun pertama masa hukumannya dan menyatakan bahwa ia mengalami penyiksaan.[3] Ia mengklaim bahwa penyiksaan tersebut meliputi dipukul dengan tongkat, tangan dan kakinya digantung, hampir ditenggelamkan, dan kakinya dipatahkan.[4] Setelah dikurung sendiri, ia berbagi sebuah sel dengan sejumlah tahanan lainnya, termasuk Omar El-Hariri. Setelah dipindahkan ke penjara Abu Salim pada 1984, ia menyadari bahwa istrinya telah meninggal saat ia ditahan.[3] Ia meraih pengampunan pada hari peringatan ke-32 Gaddafi berkuasa, dan meraih US$ 107,300 (131,000 dinar Libya) dan dana pensiun bulanan sejumlah US$ 314.62 (400 dinar Libya).[4] Ia menjadi tahanan politik selama 31 tahun sampai ia dibebaskan pada 2001, menjadikannya tahanan hukuman kurungan terlama dalam sejarah Libya modern.[6]
Pada 27 Oktober 2011, Parlemen Eropa memilihnya dengan empat orang Arab lainnya untuk memenangkan Penghargaan Sakharov untuk Kebebasan Berpikir pada 2011.[7]
Pada 6 Maret 2012, Ahmed al-Senussi diumumkan sebagai pemimpin Dewan Transisional Cyrenaica yang mendeklarasikan sendiri.[8]