Bandar Udara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto Aji Pangeran Tumenggung Pranoto Airport | |||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Informasi | |||||||||||
Jenis | Publik | ||||||||||
Pemilik/Pengelola | UPBU Samarinda (APT Pranoto) | ||||||||||
Melayani | Samarinda | ||||||||||
Lokasi | Sungai Siring, Samarinda Utara, Samarinda | ||||||||||
Dibuka | 24 Mei 2018 | ||||||||||
Maskapai penghubung | Penumpang
| ||||||||||
Zona waktu | Waktu Indonesia Tengah (+08:00) | ||||||||||
Ketinggian dpl | 25 mdpl | ||||||||||
Koordinat | 0°22′25″S 117°15′20″E / 0.37361°S 117.25556°E | ||||||||||
Situs web | aptpranotoairport.id | ||||||||||
Peta | |||||||||||
Landasan pacu | |||||||||||
| |||||||||||
Statistik (2023) | |||||||||||
| |||||||||||
Sumber: Bandar Udara Internasional Samarinda[2] |
Bandar Udara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto[3] (IATA: AAP, ICAO: WALS), juga dikenal sebagai Bandar Udara APT Pranoto atau Bandar Udara Samarinda, adalah bandara yang melayani Samarinda, dan Kalimantan Timur. Nama lain dari bandara ini adalah Bandara Sungai Siring, beroperasi pada 24 Mei 2018 dan diresmikan oleh Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak[4] menggantikan bandara sebelumnya, yakni Bandara Temindung yang sudah tidak dapat dikembangkan.[5] Nama bandara ini diambil dari Gubernur Kalimantan Timur yang pertama, APT Pranoto.
Bandara ini terletak di Sungai Siring dan baru setahun sejak dibuka pada tahun 2018, traffic penumpang telah tembus 1 juta penumpang. Bandara Samarinda menjadi hub yang penting di Kalimantan Timur serta pintu gerbang tujuan umrah warga Samarinda dan wilayah sekitarnya,[6][7] karena posisinya yang strategis.[8] Bandara berkapasitas sebesar 1,5 juta penumpang dan setelah proyek pengembangan rampung, kapasitas meningkat menjadi 20 juta penumpang.[9]
Bandara yang menjadi pusat operasi Smart Aviation ini mendapatkan penghargaan sebagai bandara Kemenhub terbaik ketiga se-Indonesia dari majalah Bandara tahun 2019.[10] Di tahun 2022, pemerintah Indonesia memilih Bandara Internasional Samarinda beserta 3 bandara lainnya di Indonesia untuk dilibatkan kepemilikan (partial stake) dan pengoperasiannya kepada perusahaan mancanegara dan Astra Infra.[11]
Pada tahun 1987, survei untuk mencari lokasi bandara pengganti Temindung mulai dilakukan. Ada empat pilihan lokasi, yakni Makroman, Loa Bakung, Pulau Atas, dan Sungai Siring. Pemprov Kaltim yang kala itu dipimpin Gubernur Muhammad Ardans akhirnya menjatuhkan pilihan pada Sungai Siring. Sejumlah persiapan pun mulai dilakukan, mulai dari melengkapi perizinan sampai mengurus pematangan lahan.[12] Pemprov Kaltim bersama Pemerintah Kota Samarinda pada tahun 1992 menyiapkan 300 hektare lahan di Sungai Siring.[13] Pada tahun anggaran 1995/1996 Pemprov Kaltim mengalokasikan dana senilai Rp1,5 miliar untuk pembebasan lahan seluas 300 hektare. Kemudian pada 1996 dilakukan studi analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal), RKL, dan RPL. Dilanjutkan dengan pembuatan rencana induk Bandara Sungai Siring oleh Ditjen Perhubungan Udara.[14]
Proyek ini sempat tersendat akibat sengketa antara Pemkot Samarinda dan kontraktor bandara waktu itu, PT NCR. Kemudian proyek bandara diambil alih oleh Pemprov Kaltim.[15][16][17]
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) secara resmi menerbitkan Sertifikat Bandar Udara (SBU) pada 15 Mei 2018. SBU nomor 145/SBU-DBU/V/2018 itu ditandatangani langsung oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Agus Santoso. Dengan ditandatanganinya SBU itu, maka Bandara APT Pranoto resmi dapat melayani penerbangan publik secara domestik.
Bandara ini dibuka pada 24 Mei 2018 dengan desain arsitektur yang dirancang oleh Arkonin.[18] Arsitektur bandara ini juga dipamerkan pada IAWS ( Indonesian Architects Week Seoul ) 2017 di Seoul, Korea Selatan; serta Travelling Exhibition 2017 di Muscat, Oman dan 4 kota besar di Indonesia.[18][19]
Pada awal diresmikan dan beroperasinya, bandara ini masih menggunakan rute yang ada di Bandar Udara Temindung. Setelah bandara ini diresmikan pada 25 Oktober 2018 oleh Presiden Indonesia Joko Widodo[20] bersama dengan Bandara Maratua di Kabupaten Berau, hampir sebulan berikutnya penerbangan perdana ke luar pulau Kalimantan dan kota-kota lainnya di Indonesia pun dimulai pada 20 November 2018 hingga sekarang.[21]
Meskipun belum ada bukti dan pengakuan tertulis bahwa bandara ini internasional, namun secara lisan sudah ada kesepakatan antara Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak dengan Kementerian Perhubungan tentang status bandara ini sebagai bandara internasional.[22] Setelah 14 bulan beroperasi, Bandara APT Pranoto dinaikkan statusnya dari Kelas II menjadi Kelas I, sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan No. 56 Tahun 2019.[23]
Bandara ini meliputi area seluas 470 hektar (1,8 sq mi). Bandara ini memiliki 4 gerbang naik, dengan empat gerbang jembatan jet. Semua jembatan jet mampu menangani Airbus A320. Bandara ini memiliki satu buah landas pacu dengan panjang 2.250 meter dan lebar 45 meter dengan nama landasan 04/22. Landas pacu akan diperpanjang menjadi 3.000 m di masa depan untuk mengakomodasi pesawat berbadan lebar seperti Airbus A330, Boeing 747, Boeing 767, dan Boeing 777. Bandara ini memiliki total kapasitas 1,5 juta penumpang per tahun dan terminal memiliki area 16.468 m2 (177.260 sq ft). Bandara ini memiliki ukuran landasan pacu 2.250 m x 45 m, taxiway berukuran 173 m x 23 m, apron 300 m x 123 m [24]
Maskapai penerbangan menurut tujuannya disusun sebagai berikut:[25]
Maskapai | Tujuan |
---|---|
Batik Air | Jakarta–Soekarno–Hatta |
Citilink | Jakarta–Soekarno–Hatta, Surabaya |
Smart Aviation | Kongbeng, Long Pahangai, Long Apung, Kepulauan Derawan–Maratua[1] |
Super Air Jet | Jakarta–Soekarno–Hatta (mulai 10 Januari 2025),[26] Denpasar/Bali,[27] Makassar,[28] Surabaya,[29][30] Yogyakarta–Internasional[31] |
Wings Air | Berau |
Lihat kueri mentah dan sumber di Wikidata.
Bus DAMRI terkoneksi Samarinda ke bandara.