Profesor Elizabeth Nneka Anionwu | |
---|---|
Lahir | Elizabeth Mary Furlong 02 Juli 1947 Birmingham, Inggris |
Dikenal atas | perawat, dosen, administrator |
Karya terkenal | Mixed Blessings from a Cambridge Union (2016) |
Anak | Azuka Oforka (anak perempuan) |
Orang tua |
|
Penghargaan | Pride of Britain Awards Lifetime Achievement Award, 2019 |
Situs web | http://www.elizabethanionwu.co.uk/ |
Penghargaan
|
Elizabeth Anionwu adalah seorang perawat asal Inggris dan juga dosen serta Profesor Keperawatan Emeritus di University of West London.[1] Ia lahir pada tanggal 2 Juli 1947 di Birmingham, Inggris.[2] Ia mengakui dirinya sebagai keturunan Irlandia/Nigeria dan mulai bekerja untuk NHS sebagai asisten perawat sekolah di Wolverhampton pada usia 16 tahun.[2] Elizabeth Anionwu telah mendedikasikan dirinya dalam meningkatkan perawatan bagi masyarakat di negaranya dan berkampanye untuk mendapatkan pengakuan sebagai pelopor keperawatan Perang Krimea Mary Seacole.[1]
Pada tahun 1979, Elizabeth Anionwu menjadi seorang perawat spesialis sel sabit dan talasemia pertama di Inggris, membantu mendirikan pusat konseling sel sabit Thalassemia Brent dengan konsultan hematologi Milica Brozovic.[3] Anionwu telah mendapatkan banyak penghargaan dari banyak universitas terkemuka di kota kelahirannya.[1] Pada saat usianya masih sangat muda, Anionwu menderita penyakit eksim yang cukup parah, ia dirawat oleh para biarawati di biara Nazareth House di Birmingham sampai berusia sembilan tahun.[4] Anionwu terinspirasi untuk menjadi seorang perawat pada usia empat tahun karena ketika dalam perawatan eksim dimasa kecilnya, seorang perawat dan juga biarawati merawat eksim dengan cara yang ahli dan sangat luar biasa.[2]
Elizabeth Nneka Anionwu memiliki nama lahir Elizabeth Mary Furlong di Birmingham, Inggris.[5] Ayahnya bernama Lawrence Odiatu Victor Anionwu kelahiran Nigeria, yang ketika ia lahir, sedang menempuh studi hukum di Universitas Cambridge,[6] sedangkan ibunya bernama Mary Maureen Furlong kelahiran Irlandia berada di tahun kedua pembelajaran klasik di Newnham College, Universitas Cambridge.[7] Ayahnya meninggal pada 1980 di usia 59 tahun.[4]
Anionwu menghabiskan lebih dari dua tahun tinggal bersama ibunya yang berasal dari keluarga Katolik Irlandia yang taat dan memiliki stigma untuk tidak menikah sehingga ia mengalami dan merasakan rasisme di keluarganya.[4] Ketika Anionwu tinggal bersama ibu dan ayah tirinya ia mengalami kekerasan fisik, ayahnya pulang dalam keadaan mabuk berat dan tidak menerima kehadirannya dan kemudian melecehkannya secara fisik.[7] Setelah hal itu terjadi, ibunya mengirimkannya ke panti asuhan Katolik di biara Nazareth House Birmingham, Inggris. Di sana ia dirawat dan dibesarkan oleh biarawati.[7][8]
Anionwu memiliki warna kulit yang berbeda dengan anak-anak lain di panti asuhan, para biarawatipun tidak mengetahui bagaimana cara menyisir dan menata rambutnya, hal ini membuatnya menjadi orang asing di tempat tersebut. Ia sangat merindukan kehidupan keluarga yang hangat seperti Janet dan John di dalam buku yang dibacanya. Suatu hari, salah satu biarawati bercerita tentang kemiskinan yang terjadi di Afrika, beberapa anak di panti asuhan melihat kearahnya sambil tertawa sehingga ia merasa malu.[4] Anionwu merasa sedih dan berniat untuk mengakhiri berbagai macam ejekan dari teman-temannya dengan cara menggosok wajah dan lengannya berulang kali dengan sabun karbol agar kulitnya tampak terang dan sama dengan teman-temannya, tanpa ia sadari tindakannya tersebut makin memperparah penyakit eksim yang dideritanya.[4][7]
Selama tinggal di biara ataupun di panti asuhan ia sering mendapatkan hukuman dan perlakuan kejam dari para biarawati. Ia dipermalukan karena mengompol dan dihukum harus berdiri di kursi dengan sprei basah menutupinya sambil melentangkan tangannya, apabila sprei tersebut jatuh maka biarawati akan datang menghampiri dan memukulnya.[4] Setelah kejadian tersebut, ia sadar bahwa kekejaman yang dilakukan oleh para biarawati kepadanya tidak akan mendapatkan hasil yang diinginkan. Ia mendapat pelajaran bahwa orang-orang yang memiliki masalah seringkali membutuhkan kenyamanan psikologis dan juga fisik.[4][7]
Pada usia sembilan tahun, ibunya membawa pulang Anionwu. Tetapi ayah tirinya diejek oleh teman-temannya karena memiliki anak tiri ras campuran dan memiliki fisik yang kasar.[4] Anionwu dikirim untuk tinggal di Wallasey, Merseyside, bersama kakek dan neneknya, di mana ia tinggal sampai berusia 16 tahun.[4][2]
Anionwu mengawali karirnya dengan menjadi perawat terinspirasi dari seorang biarawati yang merawat eksimnya.[9] Pada usia 16 tahun, ia mulai bekerja sebagai asisten perawat sekolah di Wolverhampton.[10]
Anionwu mencurahkan sebagian besar hidupnya ke dalam pekerjaannya sebagai seorang perawat, pengunjung kesehatan, dan konselor yang bekerja dengan komunitas etnis kulit hitam dan minoritas di London. 'Orang-orang dari budaya yang beragam tidak selalu dihargai dan terkadang masih hanya dilihat sebagai masalah,' katanya.[2]
Pada 1979, ia membantu mendirikan Pusat Penyaringan dan Konseling Sabit & Talasemia Inggris pertama di Brent yang dipimpin oleh perawat. Pada 1988, ia dianugerahi gelar PhD dari Institute of Education, University College London (UCL).[2]
Pada tahun 1990-1997 ia bekerja di Institut Kesehatan Anak, UCL sebagai Dosen kemudian Dosen Senior dalam Konseling Genetika Komunitas. Dia telah banyak menulis dan merupakan rekan penulis Profesor Karl Atkin pada buku 'The Politics of Sickle Cell & Thalassaemia' yang diterbitkan pada tahun 2001 oleh Open University Press, dan pada tahun 2005 ia juga menulis buku 'A Short History of Mary Seacole'.[2][10][11]
Anionwu diangkat sebagai dekan Sekolah Studi Keperawatan dan Profesor Keperawatan di University of West London. Di sini ia mendirikan Mary Seacole Center for Nursing Practice di University of West London, ia pensiun pada tahun 2007.
Pada tahun 2003 ia menjadi Wali Amanat dan kemudian Wakil Ketua Banding Patung Memorial Mary Seacole. Setelah pembukaan patung di Rumah Sakit St Thomas pada Juni 2016 ia diangkat sebagai Pelindung Kehidupan Mary Seacole Trust.[10]
Anionwu diangkat sebagai Commander of the Order of the British Empire (CBE) yaitu komando ordo kerajaan Inggris pada perayaan ulang tahun di tahun 2001 atas jasanya sebagai perawat.[12] Pada tahun 2004 ia dianugerahi Fellowship dari Royal College of Nursing (FRCN) untuk mengembangkan sel sabit dan pusat konseling talasemia.[13] Setelah Anionwu pensiun di tahun 2007, ia diangkat sebagai Profesor Emeritus untuk Keperawatan di University of West London.[13]
Pada tahun 2010 ia dilantik ke dalam Nursing Times Nursing Hall of Fame atas dedikasinya pada pengembangan layanan yang dipimpin perawat.[14] Dia juga menerima penghargaan prestasi seumur hidup pada tahun 2015 di Divas of Color.[14]
Anionwu diangkat sebagai Dame Commander of the Order of the British Empire (DBE) dalam dalam ajang penghargaan di tahun 2017 untuk layanan keperawatan dan banding patung Mary Seacole.[15] Anionwu dianugerahi Fellowship of the Queen's Nursing Institute pada Oktober 2017.[16]
Universitas St Andrews di tahun 2019 menganugerahkan gelar Doctor of Science, honoris causa kepada Anionwu sebagai pengakuan atas kontribusi besar Anionwu dibidang keperawatan, penelitian, dan kampanye.[17] Pada tahun ini ia juga di anugerahi gelar doktor kehormatan dari Birmingham City University sebagai pengakuian atas kontribusi utamanya pada profesi keperawatan.[18]
Anionwu menerima Penghargaan Pencapaian Seumur Hidup, "sebagai pengakuan atas semangatnya untuk keperawatan dan dedikasinya untuk mengurangi ketidaksetaraan kesehatan" pada penghargaan Pride of Britain pada Oktober 2019.[19][20]
Pada tanggal 31 Mei 2020 Anionwu menjadi subjek episode Desert Island Discs di BBC Radio 4.[10] Dia berada di daftar 100 Wanita BBC (BBC) yang diumumkan akhir tahun itu pada 23 November.[21]