François Vincent Henri Antoine de Stuers | |
---|---|
Lahir | Roermond, Belanda | 29 November 1792
Meninggal | 29 Desember 1881 Den Haag, Belanda | (umur 89)
Pengabdian | Belanda |
Dinas/cabang | KNIL |
Lama dinas | 1815-1858 |
Pangkat | Letnan jenderal |
Komandan | Infanteri |
Perang/pertempuran | Pertempuran Quatre-Bras Pertempuran Waterloo Pertempuran Palembang Perang Diponegoro Revolusi Belgia Ekspedisi Monterado |
Penghargaan | antara lain ksatria Militaire Willems-Orde dan salib besar Orde van de Eikenkroon |
François Vincent Henri Antoine, ridder de Stuers (29 November 1792 – 29 Desember 1881) adalah jenderal Belanda yang menjadi komandan Koninklijk Nederlands-Indische Leger. Ia telah menerima sejumlah tanda jasa. seperti Militaire Willems-Orde, salib besar Orde Singa Belanda, salib besar Orde Mahkota Ek, salib besar Orde Elang Merah, salib besar Verdienstorden der Bayerischen Krone dan komandan Légion d'honneur.
François Vincent Henri Antoine de Stuers adalah putera ke-4 dari Pierre Jean Bernard de Stuers, baron de l'Empire (1744-1811) dan Petronille Jeanne Aloyse de la Court (1758-1848). Kakaknya Hubert Joseph Jean Lambert de Stuers juga seorang jenderal. Kakak tertua yang bernama Pierre Adrien Joseph Louis de Stuers adalah seorang diplomat.
Pada tahun 1828, de Stuers menikah dengan Jkvr. Adriane Jacqueline de Kock (1809-1882), putri Gubernur Jenderal Hendrik Merkus de Kock; dari pernikahan tersebut, lahir 7 anak, 4 di antaranya adalah:
De Stuers besar di 's-Heerenberg, Montferland, karena kedua orang tuanya meninggalkan Limburg setelah Revolusi Prancis. Pada tanggal 29 Maret 1815, setelah pendaratan militer Napoleon Bonaparte di Cannes, ia mendaftar sebagai pasukan pemburu berkuda, namun kemudian ia menjadi sukarelawan di Resimen Dragon IV. Dengan resimennya, ia turut serta dalam pertempuran Quatre-Bras dan Waterloo lalu bekerja sebagai opperwachtmeester (sersan mayor kavaleri) di bawah Letnan Jenderal Ralph Dundas Tindal. Setelah dua kali diusulkan berpangkat perwira (pertama oleh Jend. Gigny, kedua oleh Kolonel Daijwaille), akhirnya ia diangkat sebagai letnan dua di Batalyon Infanteri VI atas usulan Jend. Tindal pada tanggal 2 April 1816.
Atas permintaannya sendiri, ia dipindahkan ke Hindia Belanda pada tahun 1820, dan diangkat sebagai staf jenderal. Pada tahun yang sama, ia turut serta dalam Ekspedisi Palembang II, yang dipimpin oleh ayah mertuanya sendiri, Jenderal De Kock, dan terlibat dalam pertempuran di Pulau Kemaro, dekat Plaju, Palembang (pada tanggal 20 dan 23 Juni). Atas usaha kerasnya itu, ia mendapat gelar ksatria Militaire Willems-Orde. Awalnya, De Stuers menjadi letnan satu, lalu menjadi kapten, setelah naik pangkat dengan pemilihan pada tanggal 1 Januari 1824, ia menjadi panglima tertinggi; setelah Jend. De Kock menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda, De Stuers menjadi sekretaris pribadi. Saat Perang Jawa pecah, ia menemani Jenderal De Kock ke Vorstenlanden, tempat awal pecahnya perlawanan, dan mengakhiri perjalanannya di Surakarta, tempat De Kock berusaha mengembalikan pengaruh Belanda yang sudah jauh melemah di sana, dan Semarang, yang di sana ada ancaman serangan, namun segera teramankan berkat Jenderal Josephus Jacobus van Geen yang baru datang dari Bone. De Stuers juga diingat akan pengepungan dan penyerbuan ke Pleret, Bantul, pada tanggal 16 April dan 9 Juni 1826.
Setelah 5 tahun pertempuran berdarah, Pangeran Diponegoro berhasil diundang ke meja perundingan di Magelang pada bulan Maret 1830. Akan tetapi, undangan tersebut hanya bersifat jebakan saja, dan oleh Jend. De Kock, ia ditangkap dan dikirim ke Batavia (kini Jakarta) untuk ditentukan nasibnya oleh Gubernur Jenderal. De Stuers yang diangkat sebagai mayor pada tanggal 14 Agustus menemani Kapten Johan Jacob Roeps dan detasemen hussar untuk menumpas pembangkangan di Semarang dan kemudian bertolak ke Batavia dengan kapal uap. Atas peran sertanya antara tahun 1825-1830, De Stuers mendapat gelar perwira Militaire Willems-Orde.
Selama mengambil cuti di Belanda pada tahun 1830, Revolusi Belgia meletus dan antara bulan Maret 1831-1834, De Stuers turut serta sebagai kepala staf pasukan di Zeeland, sekali lagi di bawah pimpinan Jenderal De Kock. Ia mendapatkan Sebutan Kehormatan atas operasinya di Kapitalendam, Terneuzen dan selama gerakan mundur ke Assenede. De Stuers kembali ke Hindia Belanda pada tahun 1837 dan langsung diangkat sebagai gubernur sementara di Maluku, lalu juga menjadi panglima militer di sana.
Dalam perjalanan ke Hindia, kapalnya kandas di terumbu karang Lucipara, dan karena tindakannya yang begitu heroik, semua awak kapal nahas itu mendapatkan sebutan kehormatan berdasarkan surat keputusan khusus dari gubernemen. De Stuers kemudian bekerja sama dengan Kementerian Jajahan dan segera menerima gelar tituler mayor jenderal dan diangkat sebagai ajudan Raja Willem III dalam dinas luar biasa.
Pada tahun 1853, ia menuntaskan penugasan militer istimewa ke Prancis sebagai perwira tinggi dan di bulan Februari tahun berikutnya, ia menjadi komandan KNIL di Batavia saat berpangkat letnan jenderal. Di bawah kepemimpinannya, ia berhasil menang dalam ekspedisi di Kalimantan Barat (1854), Tomori (1856), Timor (1858), Lampung, dan Jambi. Lebih lanjut, ia harus menata kembali angkatan militer dan pertahanan Hindia sesuai dengan surat keputusan pemerintah pada bulan Agustus 1853 dan pengusulan Mayor Jenderal Friedrich Balduin von Gagern. De Stuers meminta Letnan Satu August Willem Philip Weitzel untuk menemaninya sebagai ajudan. Pada tahun 1858, De Stuers digantikan oleh Letnan Jenderal Jan van Swieten.
Tak lama sekembalinya di Belanda, De Stuers diangkat sebagai ajudan jenderal berpangkat perwira besar dan mendapatkan salib besar Orde van de Nederlandse Leeuw. Di samping itu, ia juga mendapatkan salib besar Orde Mahkota Ek, salib besar Orde Elang Merah, salib besar Verdienstorden der Bayerischen Krone, komandan Legion d'honneur, Orde Santo Mauritius dan Santo Lazarus. Ia adalah ketua Perhimpunan Palang Merah. De Stuers menerbitkan sejumlah tulisan, antara lain Memoires sur la guerre de l'île de Java (diterjemahkan dengan judul Gedenkschrift van de oorlog op Java van 1825 tot 1830 pada tahun 1847 oleh Hendrik Merkus Lange).
Didahului oleh: Gerhardus Bakker |
Komandan KNIL 1854-1858 |
Diteruskan oleh: Jan van Swieten |