Historiografi Skotlandia mengacu pada sumber dan metode kritis yang digunakan para cendekiawan dalam memahami sejarah Skotlandia.
Historiografi Skotlandia dimulai dengan Chronicles of the Picts dan Scots, yang banyak ditulis oleh para biarawan menggunakan bahasa Latin. Orang pertama yang mengadopsi pendekatan kritis yang bertujuan mengatur materi ini juga seorang biarawan, yaitu Andrew dari Wyntoun pada abad ke-14. Koneksi dengan biarawan yang lain memberinya akses ke sumber-sumber biara di seluruh Skotlandia, Inggris, dan sekitarnya dan juga latar belakang pendidikannya mungkin dianggap sebagai pemicu akan semangat kritisnya. Namun demikian, dia, Andrew, menulis kroniknya dalam format puitis atas perintah para penyokongnya. Dia mulai menulis kisah tentang penciptaan malaikat. Walaupun begitu, jilid-jilidnya yang lebih belakangan (bertepatan dengan waktu dia hidup) masih menjadi sumber utama bagi sejarawan modern. Semangat kritis, yang dikemukakan oleh filsuf ataupun sejarawan yang berbasis di Paris, John Mair, menyingkirkan banyak aspek cerita yang dianggap menakjubkan. Mengikuti John Mair, rektor pertama Universitas Aberdeen, Hector Boece mengembangkan lebih lanjut mengenai evidence-based dan pendekatan kritis. Uskup John Lesley, seorang cendikiawan dan pendeta Kerajaan Skotlandia yang dianggap mempunyai kemudahan dalam mengakses sumber-sumber sejarah, juga menjadi dasar untuk historiografi modern.
Perselisihan di era reformasi mempertajam pendekatan kritis di segala bidang, sementara itu perhatian humanistik terhadap sumber-sumber kuno yang selanjutnya diberikan pada pengumpulan, pelestarian, dan pengorganisasian bukti sejarah. George Buchanan mungkin merupakan seorang humanis yang dianggap terhebat di Skotlandia. Pentingnya sejarah kepada semua pihak dalam perselisihan agama menyebabkan perbedaan pandangan, tetapi juga mengembangkan teknik analisis selama abad ke-17. Tahun tersebut juga merupakan tahun ketika pemerintah meningkatkan permintaan akan data-statistik administrasi dan hukum di wilayah mereka. Hal tersebut juga menjadi penggerak lain dalam pengumpulan dan analisis bukti sistematis. Banyak ahli hukum Skotlandia -Lord Stair- berkontribusi pada pengembangan historiografi Skotlandia modern.
Abad ke-18 dianggap sebagai zaman nalar serta zaman pencerahan. Sejarawan pada zaman ini cenderung bereaksi secara kecewa terhadap sejarah Skotlandia, khususnya feodalisme pada abad pertengahan dan intoleransi agama pada era reformasi.[1] Pendekatan yang dinilai secara baik oleh mereka yang mempertahankan pendekatan yang religius seperti William Robertson yang menulis “Sejarah Skotlandia pada masa pemerintahan Ratu Mary dan Raja James VI”. (London : 1759). Dan juga orang-orang yang mencoba menghindar dari perspektif tersebut, Diantara orang-orang tersebut, adalah David Hume, yang karyanya dapat dilihat di permulaan historiografi modern. Walaupun dibatasi oleh perspektifnya sendiri serta kesediaan bukti yang terbatas, David Hume tetap memberikan gambaran tentang perkembangan sejarah Skotlandia yang masih dianggap meyakinkan bagi sebagian orang saat ini. Pada abad ke-18 ini juga merupakan abad awal dari permulaan arkeologi lokal, meskipun hal tersebut masih dianggap sebagai eksentrisitas pribadi. Fakta bahwa Hume mengubah nama “History of Great Britain” menjadi “History of England” menunjukkan perubahan fokus yang terjadi setelah Perjanjian Persatuan (1707) dengan Inggris. Setelah itu, historiografi Skotlandia dianggap suram mulai dari nostalgia romantis akibat hilang identitas serta perdebatan agama yang berkelanjutan. Sejarah Skotlandia di masa ini hanya menjadi sub-sub dalam sejarah Inggris. Bahkan sejarawan yang dianggap besar seperti Lord McAuley hanya menulis “Sejarah Inggris”.[2]
Berbeda dengan masa pencerahan, sejarawan dimasa ini banyak melakukan rehabilitasi wilayah luas dari sejarah Skotlandia yang sesuai untuk studi yang mendalam.[2] Pengacara serta kolektor Cosmo Innes, yang menulis karya Scotland in the Middle ages (1860) dan Sketches of Early Scottish History (1861), disandingkan dengan sejarah perintis Georg Heinrich Pertz, salah satu penulis pertama yang menyusun catatan utama sejarah-sejarah Jerman.[3] Karya sejarah sembilan jilid Patrick Fraser Tytler mengenai Skotlandia (1828-1843) yang mempunyai ciri khas pandangan simpatik kepada Maria, Ratu Skotlandia, menyebabkan munculnya perbandingan dengan Leopold Von Ranke, yang dianggap sebagai bapak penulisan sejarah ilmiah modern. Tyler bersama Scott merupakan pendiri Bannatyne Society pada tahun 1823, yang juga membantu melanjutkan penelitian sejarah di Skotlandia. [4] Tomas M’Crie (1797-1875) dalam biografi John Knox dan Andrew Melville, tokoh yang umumnya dianggap kejam di masa pencerahan, membantu memperbaiki reputasi mereka. [5] Tiga bagian studi mengenai Celtic Skotlandia (1886-1891) oleh F. Skene (1809-1892) merupakan penelitian pertama di wilayah tersebut dan membantu memunculkan Kebangkitan Celtic Skotlandia. Masalah Ras dianggap menjadi hal utama, Pinkerton, James Sibbald (1745-1803) dan John Jamieson (1758-1839) yang menganut teori Picto-Gothicism, mengendalikan hal-hal tersebut dengan mengendalikan hal-hal yang berasal dari Jerman khususnya untuk bahasa Picts dan Scots.[6]
Diantara tokoh intelektual paling dianggap penting yang terkait dengan Romantisisme adalah Thomas Carlyle (1795-1881), lahir di Skotlandia dan kemudian menjadi penduduk London. Dia secara besar memiliki tanggung jawab dalam membawa karya Romantisme Jerman seperti Schiller dan Goethe kepada para penduduk Inggris.[7] Sebagai seorang penulis esai dan sejarawan, dia menciptakan frasa “hero-worship” serta melontarkan pujian yang sebagian besar tak kritis kepada para pemimpin yang dianggap kuat seperti Oliver Cromwell, Frederick Agung dan Napoleon.[8] Karyanya The French Revolution: A History (1837) dianggap mendramatisasi penderitaan aristokrasi Prancis, tetapi dia juga menekankan keniscayaan sejarah sebagai kekuatan.[9] Bersama sejarawan Prancis, Jules Michelet, dia dikaitkan dengan penggunaan “imajinasi sejarah”.[10] Dalam histroriografi Romantis, hal tersebut mengarah pada kecenderungan untuk menekankan sentimen serta identifikasi yang membuat pembaca bersimpati dengan tokoh sejarah ataupun menciptakan khayal interaksi dengan mereka.[11] Berbeda dengan banyak sejarawan Romantis kontinental, Thomas Carlyle tetap pesimis mengenai sifat dan peristiwa manusia. Dia meyakini bahwa sejarah adalah salah satu bentuk nubuat yang dapat membantu mengungkapkan pola masa depan. Pada akhir abad ke-19, dia menjadi salah satu dari penulis bijak zaman Victoria dan juga pembicara sosial.[12]
Para penulis romantik biasanya bereaksi terhadap empirisme penulisan sejarah di masa pencerahan, dengan mengedepankan tokoh “penyair-sejarawan” yang akan menjadi perantara antara sumber sejarah dan pembaca, dan juga menggunakan pengetahuan yang mendalam untuk menciptakan lebih dari sekedar kronik fakta. Karena alasan tersebut, sejarawan seperti Thieery menganggap Walter Scott, yang menghabiskan banyak upaya untuk menemukan dokumen dan sumber yang baru untuk novelnya, memiliki wewenang dalam penulisan sejarah.[13] Saat ini, Scoot dianggap sebagai seorang novelis tetapi juga pembuat karya biografi sembilan jilid mengenai Napoleon. [14] Dia juga dianggap sebagai “tokoh yang besar dalam historiografi Romantis dalam Translantik dan Eropa konteks” yang juga berpengaruh dalam bagaimana memahami dan menulis sejarah, khususnya sejarah Skotlandia.[15] Sejarawan yang mengakui pengaruhnya tersebut termasuk Chateaubriand, Macaulay, dan Ranke.[16]
Pada tahun 1960an, dengan perluasan Pendidikan Tinggi, Universitas-universitas serta jurusan-jurusan sejarah baru didirikan. Beberapa jurusan sejarah baru tersebut, memfokuskan pada sejarah Skotlandia. Hal tersebut memungkinkan fokus baru pada aspek struktur geografis, demografis, pemerintahan, hukum dan budaya tertentu di Skotlandia yang bertujuan menghubungkan hal tersebut ke Eropa secara luas, termasuk Inggris Raya dan imperiumnya. Ciri khas historiografi Skotlandia di masa ini terletak pada objek studinya daripada pendekatan yang digunakan – walaupun sejarawan sebelumnya sudah ada menulis sekilas mengenai peristiwa-peristiwa di Inggris.[16]