Hayato | |
---|---|
Suku | |
Bahasa | Tidak diketahui, kemungkinan Austronesia, dan juga Jepang |
Agama | Agama etnis |
Marga | Hayato no suke |
Hayato (隼人 ), yang berarti "manusia elang",[1] adalah orang-orang Jepang kuno yang tinggal di Satsuma dan Ōsumi di selatan Kyūshū selama zaman Nara. Mereka dikenal sering menentang kekuasaan Yamato. Setelah ditaklukkan, mereka tunduk pada hukum Ritsuryō, dan Kementerian Militer memiliki jabatan khusus yang dikenal sebagai Hayato-shi (隼人司 ) yang memegang wewenang atas mereka. Nama mereka juga mulai digunakan sebagai gelar samurai, Hayato no suke (隼人助 ). Di masa modern, Hayato adalah nama pemberian laki-laki Jepang.
Istilah Hayato dan Kumaso mungkin merujuk pada satu kelompok yang sama.[2] Namun, Kumaso yang banyak disebutkan dalam hikayat Nihon Shoki dianggap oleh beberapa sejarawan sebagai legenda, sementara suku Hayato tercatat dalam berbagai teks sejarah hingga awal zaman Heian. Meskipun Kumaso digambarkan sebagai orang-orang yang suka memberontak, Hayato termasuk di antara para pelayan istana sejak masa pemerintahan Kaisar Nintoku.[3] Ini dibuktikan dengan cerita orang-orang Hayato yang meratapi kematian Kaisar Yūryaku, menunjukkan bahwa mereka mulai menjadi pelayan sejak akhir abad ke-7. Suku Hayato juga diyakini berkaitan dengan orang-orang Azumi dari utara Kyūshū.[4][5]
Namun, meski telah bersumpah setia kepada keluarga kerajaan, orang-orang Hayato masih kerap mengadakan pemberontakan. Setelah pembentukan Provinsi Ōsumi pada tahun 713, orang-orang Hayato di sana mencoba melawan pada tahun 720 melalui pemberontakan Hayato, tetapi berhasil dikalahkan pada tahun 721 oleh pasukan pimpinan Ōtomo no Tabito. Sistem Handen-Shūju mulai diterapkan di daerah mereka pada tahun 800. Populasi imigran Yamato di Prefektur Kagoshima pada awal abad ke-8 diperkirakan mencapai 9.000 orang atau sepertujuh dari total populasi.[6] Dengan perkiraan ini, populasi Hayato pada waktu itu disimpulkan berjumlah 54.000 orang (tidak termasuk emigran Hayato yang telah hijrah ke Honshū). Karena populasi di zaman Nara kurang dari 6.000.000, populasi Hayato dapat diasumsikan sekitar satu persen dari total populasi Jepang.[7]
Orang Hayato mulai merantau ke wilayah sekitar ibu kota (Kinai), dan bekerja sebagai pengawal istana, seniman, pesumo, dan pengrajin bambu.[8] Banyak dari mereka tinggal di Provinsi Yamashiro, di selatan Kyōto modern. Hingga kini, masih ada daerah yang disebut Ōsumi (大住 ) di Kyōtanabe, di mana wilayah ini dulu banyak dihuni orang-orang Hayato dari Ōsumi. Mereka dipimpin oleh otoritas Hayato-shi.
Bahasa yang digunakan oleh Hayato tidak diketahui, kecuali dua kata dan beberapa nama pribadi yang terekam dalam sumber-sumber kontemporer. Berdasarkan bukti-bukti, orang Hayato termasuk dalam suku bangsa Austronesia.[9] Budaya mereka juga berbeda dengan daerah lain di Jepang. Secara khusus, lagu dan tarian daerah mereka menjadi terkenal di wilayah Kinai sebagai tarian Hayato (隼人舞 ).[10] Penggalian di Istana Heijō menemukan sebuah perisai kayu dengan tanda khas berbentuk huruf S terbalik. Perisai ini cocok dengan penjelasan dalam buku Engishiki, di mana orang Hayato menggunakannya dalam upacara di istana. Orang Hayato dilibatkan dalam berbagai acara kenegaraan, termasuk perayaan tahun baru, penobatan kaisar, dan kunjungan pejabat asing.
Menurut catatan kuno dari Provinsi Hizen, Kepulauan Gotō juga dihuni oleh orang-orang yang budayanya menyerupai Hayato. Kitab Dinasti Tang Baru juga menceritakan Raja Haya (波邪 ) yang diduga merupakan seorang Hayato.[11]
Dalam mitologi Jepang, dewa Umisachihiko atau Hoderi dianggap sebagai nenek moyang penguasa Hayato Ata. Tarian Hayato mungkin dipentaskan untuk menceritakan rasa sakit Umisachihiko yang dikalahkan oleh adiknya, Yamasachihiko.[12]
Kelompok Hayato yang tinggal di Semenanjung Satsuma. Sebelum terbentuknya Provinsi Satsuma, daerah tersebut dikenal dengan nama Ata. Bagian Nihon Shoki bertahun 682 menyebut mereka sebagai Hayato Ata, sedangkan bagian Shoku Nihongi bertahun 709 menyebut mereka sebagai Hayato Satsuma.
Kelompok Hayato yang tinggal di utara Semenanjung Ōsumi, atau menurut teori lain di Dataran Kimotsuki. Mereka disebutkan dalam bagian Nihon Shoki bertahun 682.
Kelompok Hayato yang tinggal di Provinsi Tane. Pada tahun 702, Kekaisaran Jepang mengirim pasukan dan menaklukkan wilayah tersebut.
Kelompok Hayato yang tinggal di Kepulauan Koshikijima. Mereka disebutkan di bagian Shoku Nihongi bertahun 769.
Kelompok Hayato yang tinggal di Provinsi Hyūga. Shoku Nihongi mencatat bahwa pada tahun 710, pemimpin mereka, Sonokimi no Hosomaro (曾君細麻呂 ) dipanggil ke istana dan dianugerahi pangkat (外) ju go-i no ge (従五位下 ). Sejarah Kuil Usa mencatat bahwa pada tahun 719, orang-orang Hayato dari Ōsumi dan Hyūga menyerang Jepang, mungkin merupakan awal dari pemberontakan 720.
Penelitian antropologis tentang kerangka manusia dari zaman Kofun di selatan Kyūshū telah menunjukkan bahwa kerangka laki-laki yang ditemukan di pedalaman berbeda dengan kerangka di dataran Miyazaki. Kerangka pedalaman mirip dengan orang-orang Jōmon dan Yayoi di barat laut Kyūshū,[13] dan kerangka-kerangka dari Miyazaki juga menyerupai kerangka orang Yayoi di utara Kyūshū.[14] Sebagai tambahan, kerangka lain dari zaman Yayoi di Tanegashima berukuran lebih kecil daripada yang ditemukan di Kyūshū, dan menunjukkan tanda-tanda deformasi tengkorak buatan.