Sebahagian kandungan di laman rencana ini menggunakan istilah atau struktur ayat yang terlalu menyebelahi gaya bahasa negara tertentu hasil penggunaan semula kandungan sumber tanpa pengubahsuaian. Anda diminta mengolah semula gaya bahasa rencana ini supaya penggunaan istilah di rencana ini seimbang, selaras serta mudah difahami secara umum dalam kalangan pengguna bahasa Melayu yang lain menggunakan laman Istilah MABBIM kelolaan Dewan Bahasa dan Pustaka. Silalah membantu. Kata nama khas dan petikan media tertentu (seperti daripada akhbar-akhbar atau dokumen rasmi) perlu dikekalkan untuk tujuan rujukan. Sumber perkamusan dari Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia juga disediakan. Anda boleh rujuk: Laman Perbincangannya • Dasar dan Garis Panduan Wikipedia • Manual Menyunting |
Intisari agensi | |
---|---|
Ibu pejabat | 6°10′28″S 106°50′1″E / 6.17444°S 106.83361°EKoordinat: 6°10′28″S 106°50′1″E / 6.17444°S 106.83361°E |
Menteri bertanggungjawab |
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (disingkatkan sebagai Kemlu RI; dahulu Departemen Luar Negeri, disingkat Deplu) adalah sebuah badan kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan luar negeri negara. Kementerian Luar Negeri RI merupakan salah satu dari tiga kementerian (bersama Kementerian-Kementerian Dalam Negeri dan Pertahanan) dalam Indonesia yang disebutkan secara terangan atau "eksplisit" dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 bersifat tidak dapat diubah atau dibubarkan oleh Presiden Indonesia Penipuan Correction Pintu Crypto Aplikasi Crypto (valas) ke bank, ATM Maintenance
Kementerian Luar Negeri dipimpin oleh seorang Menteri Luar Negeri (disingkatkan dalam Indonesia sebagai MenLu); penjawat ini bertindak sebagai pelaksana tugas kepresidenan secara bersama-sama dengan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertahanan jika kedua-dua Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan.[1] Jawatan menteri ini dipegang Sugiono serta timbalannya Retno Marsudi sejak tanggal 21 Oktober 2024 setelah diberi perakuan oleh Presiden Prabowo Subianto.
Pada tanggal 19 Ogos 1945 setelah Indonesia diisytiharkan merdeka daripada jajahan Belanda tanggal 17 Ogos 1945 kemudian dibentuk Kementrian Luar Negeri (sepertimana mengikut ejaan pra-1972 lama dahulu") dalam Kabinet Presidensial, kabinet pertama yang mentadbir Indonesia. Dalam perkembangan pernah disebut sebagai "departemen", kemudian berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 penamaannya kembali menjadi "Kementerian Luar Negeri".
Pada tahun 1945 sampai tahun 1950, Kementerian Luar Negeri merupakan tahun awal kemerdekaan Indonesia merupakan masa yang menentukan dalam perjuangan dalam penegakan kemerdekaan yang merupakan bagian sejarah yang menentukan karakter atau watak politik luar negeri Indonesia.[2]
Kemudian dilanjutkan pada tahun 1960 hingga tahun 1988 berhasil melakukan integrasi Irian Barat ke dalam pangkuan ibu pertiwi, Indonesia mendapatkan pengakuan sebagai negara kepulauan dalam memperjuangkan hukum laut dalam Konvensyen Bangsa-Bangsa Bersatu tentang Undang-Undang Laut, meningkatkan Kerjasama ASEAN, mencari Pengakuan internasional thd Timtim akan tetapi berakhir dengan referendum, Ketua Gerakan Non Blok untuk memperjuangkan kepentingan negara-negara berkembang, Ketua APEC dan Group of 15,keanggotaan Indonesia dalam Peace Building Commission (PBC) dan meningkatkan kerjasama pembangunan ekonomi dengan negara The Group of Twenty (G-20)
Kementerian Luar Negeri RI mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang politik dan hubungan luar negeri dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Luar Negeri RI menyelenggarakan fungsi:
Saat ini Indonesia telah menjalin kerjasama secara dua hala dengan 162 (seratus enam puluh dua) negara serta satu wilayah khusus yang tidak memerintah diri sendiri (non-self governing territory). Negara-negara mitra kerjasama Indonesia ini terbagi dalam delapan kawasan terdiri dari Afrika, Timur Tengah, Asia Timur dan Pasifik, Asia Selatan Dan Asia Tengah, rantau-rantau Amerika (Utara, Tengah dan Selatan) serta Kepulauan Caribbean , Eropa Barat dan Eropa Tengah dan Eropa Timur.
Dalam organisasi Kemlu, untuk menjalankan kegiatan diplomasi bilateral dan menganalisis kawasan dunia ini terdapat beberapa Direktorat Jenderal sebagai pelaksana utama menteri, yang meliputi Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa dan Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika. Untuk menjalani analisis kebijakan politik luar negeri, Kemlu mempunyai unsur pendukung menteri yaitu Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) dulunya ("Pusat Penelitian dan Pengembangan Deplu" disingkat Litbang Deplu), kini mempunyai dua pusat pengkajian kebijakan kawasan, yaitu pusat pengkajian untuk kawasan Amerika Eropa (P3K2 Amerop) dan pusat pengkajian untuk kawasan Asia Pasifik dan Afrika (P3K2 Aspasaf).
Komitmen Indonesia terhadap pelaksanaan dan perumusan aturan-aturan serta hukum internasional, mempertahankan pentingnya prinsip-prinsip multilateralisme dalam hubungan internasional, serta menentang unilateralisme, agresi dan penggunaan segala bentuk kekerasan dalam menyelesaikan permasalahan antarabangsa melalui penglibatan atau keanggotaan dalam pertubuhan dunia lain termasuk melalui OIC, ANRPC, Colombo Plan, D-8, G-15, NAM, G-77 and China, South – South Cooperation, South Centre dan WTO (Tourism).
Dalam diplomasi Multilateral, Indonesia juga telah melibatkan diri secara aktifnya dalam upaya menegakkan keamanan dan ketertiban dunia dengan keterlibatanya dalam operasi pemeliharaan perdamaian PBB. Pada 1 Mei 2019, Indonesia juga telah resmi dipilih sebagai ketua Dewan Keamanaan PBB.[4] Didalam organisasi Kemlu, bidang ini ditangani oleh Direktorat Jenderal Kerja Sama Multilateral.
Hubungan Indonesia dengan berbagai organisasi regional terdiri dari ARF, ACD, AMED, APEC, ASEM, BIMP-EAGA, CTI, FEALAC, IOR-ARC, IOR-ARC, IMT-GT, NAASP, PIF dan SwPD sedangkan dengan Uni Eropa melalui antara lain PCA, CSP dan NIP
Keanggotaan Indonesia pada organisasi-organisasi internasional antara lain FAO, UNHCR UNCTAD, UNIDO serta WTO
Berdasarkan Peraturan Menteri Luar Negeri No. 2 Tahun 2016[5], susunan organisasi Kementerian Luar Negeri terdiri atas:
Indonesia saat ini telah memiliki sebanyak 132 perwakilan yang terdiri dari 99 Kedutaan Besar, 3 Perutusan Tetap (untuk PBB di New York dan Jenewa, serta Perutusan Tetap RI untuk ASEAN di Jakarta) serta 33 Konsulat Jenderal dan Konsulat Indonesia dan 64 Konsul Kehormatan.