Papeda | |
---|---|
Sajian | Menu utama |
Tempat asal | Indonesia |
Daerah | Maluku, pesisir Papua |
Suhu penyajian | Panas |
Bahan utama | Sagu |
Variasi | Papeda Ikan Kuah Kuning, Papeda Daun Melinjo & Bunga Pepaya |
Dalam 100 gram sagu, terkandung energi sebesar 209 kkal kkal | |
Sunting kotak info • L • B | |
Papeda adalah makanan berupa bubur sagu yang berasal dari Maluku dan pesisir Papua. Hidangan ini biasanya disajikan dengan ikan tongkol atau bubara yang dibumbui dengan kunyit.[1] Papeda berwarna putih dan bertekstur lengket menyerupai lem dengan rasa yang tawar.[1] Papeda merupakan makanan yang kaya serat, rendah kolesterol, dan cukup bergizi.[2]
Di berbagai wilayah pesisir dan dataran rendah di Papua, sagu merupakan bahan dasar dalam berbagai makanan.[3] Sagu bakar, sagu lempeng, dan sagu bola menjadi sajian yang paling banyak dikenal di berbagai pelosok Papua, khususnya dalam tradisi kuliner masyarakat adat di Kabupaten Mappi, Asmat, hingga Mimika.[3] Papeda merupakan salah satu sajian khas sagu yang jarang ditemukan.[3] Antropolog sekaligus Ketua Lembaga Riset Papua, Johszua Robert Mansoben, menyatakan bahwa papeda dikenal lebih luas dalam tradisi masyarakat adat Sentani di Danau Sentani, Taikat di Arso, serta Manokwari.[3]
Pada umumnya, papeda dikonsumsi bersama dengan ikan tongkol.[4] Namun, papeda dapat juga dikombinasikan dengan ikan kakap merah, bubara.[4] Selain ikan kuah kuning,[5] papeda juga dapat dinikmati dengan sayur ganemo yang diolah dari daun melinjo muda yang ditumis dengan bunga pepaya muda dan cabai merah.[4]
Dalam 100 gram sagu, terkandung energi sebesar 209 kkal, protein 0,3 gram, karbohidrat 51,6 gram, lemak 0,2 gram, kalsium 27 miligram, fosfor 13 miligram, dan zat besi 0,6 miligram.[6] Selain itu di dalam tepung sagu juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,01 miligram, dan vitamin C 0 miligram.[6] Berdasarkan kandungan-kandungan tersebut, sagu bermanfaat sebagai sumber utama karbohidrat atau makanan pokok, mengatasi pengerasan pada pembuluh darah, mengatasi sakit pada ulu hati, dan perut kembung.[7] Selain itu, kandungan indeks glikemik yang rendah pada sagu membuatnya aman untuk dikonsumsi oleh penderita diabetes melitus.[7] Tingginya kadar serat dalam sagu berperan sebagai pre-biotik, menjaga mikroflora usus, meningkatkan kekebalan tubuh, mengurangi risiko terjadinya kanker usus, mengurangi risiko terjadinya kanker paru-paru, mengurangi risiko kegemukan atau obesitas serta memperlancar buang air besar.[7] Mengonsumsi papeda secara rutin dipercaya mampu menghilangkan penyakit batu ginjal karena sifat papeda yang dapat berperan sebagai pembersih organ-organ di dalam tubuh manusia.[8] Bagi yang sering merokok, dianjurkan juga mengonsumsi makanan khas Papua yang satu ini karena dapat secara perlahan membersihkan paru-paru.[8]
Papeda menjadi desain spesial Google pada Jumat, 20 Oktober 2023.
Desain tersebut dibuat untuk merayakan 8 tahun terpilihnya papeda sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia dari United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada 20 Oktober 2015.
“Ini merupakan aksi kampanye untuk menyelamatkan hutan sagu di tengah-tengah ancaman investasi dan pemekaran di Tanah Papua,” ujar Berto Yekwan, anak muda adat Abun di Kabupaten Tambrauw, Papua Barat Daya.[9]
Papeda merupakan makanan yang eksotis dan unik sehingga mulai dicari oleh petualang kuliner.[10] Kini, papeda dapat ditemukan di beberapa restoran di Jakarta.[10] Salah satu restoran yang menyediakan papeda sebagai menunya adalah Restoran Yougwa di kawasan Kelapa Gading yang merupakan cabang dari Restoran Yougwa cabang Danau Sentani, Jayapura.[10]