Maulana Amin Ahsan Islahi | |
---|---|
أمين أحسن إصلاحي | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Azamgarh, Uttar Pradesh, India |
Meninggal | 15 Desember 1997 | (umur 92–93)
Agama | Islam |
Kebangsaan | Pakistan |
Orang tua |
|
Denominasi | Sunni |
Karya terkenal | Tadabbur-i-Qur'an |
Almamater | Madrasah al-Islah |
Dikenal sebagai | ulama |
Pemimpin Muslim | |
Guru | Hamiduddin Farahi |
Amin Ahsan Islahi (1904 – 15 Desember 1997) adalah seorang ulama Pakistan, terkenal dengan tafsir Alquran berbahasa Urdunya Tadabbur-i-Qur'an ("Merenungkan Alquran").[1]
Amin Ahsan Islahi lahir di Bamhur, sebuah desa di Azamgarh, United Province (sekarang Uttar Pradesh), India. Ayahnya adalah Hafiz Muhammad Murtada. Setelah awalnya belajar di sekolah setempat, di kelas tiga dia diterima di Madrasah al-Islah, sekolah yang berada di Sarai-Mir, sebuah desa kecil dekat Bamhur. Di sana dia pertama kali bertemu dengan yang akan menjadi mentornya di masa depan, Hamiduddin Farahi. Pada 1922 Islahi lulus dari madrasah tersebut dan masuk ke dunia jurnalisme.[1]
Islahi belajar dengan Farahi sejak 1925, meninggalkan karir jurnalistiknya, dan berlangsung sampai Farahi meninggal pada 1930. Dia mempelajari pemahaman yang mendalam tentang Alquran beserta prinsip-prinsip untuk memahami Alquran secara langsung. Sambil belajar dari Hamiduddin Farahi, Islahi mengajar Alquran dan sastra Arab di Madrasah al-Islah.[1]
Amin Ahsan Islahi adalah anggota pendiri Partai Jamaat-i-Islami yang didirikan oleh Abul A'la Maududi pada 1941. Setelah tujuh belas tahun menjadi anggota, Islahi meninggalkan partai tersebut pada 1958 karena perbedaan pendapat mengenai konstitusi partai tersebut.[1]
Karya tulisnya yang paling terkenal, Tadabbur-i-Qur'an, sebuah tafsir lengkap Alquran, mulai dia tulis setelah meninggalkan Jamaat-i-Islami.[1] Karya tafsirnya ini selesai 22 tahun setelahnya, 12 Agustus 1980, bertepatan dengan 29 Ramadan 1400 H.[1] Melalui Tadabbur-i-Qur'an, Islahi menjelaskan Alquran sebagai satu pembicaraan yang koheren.[2] Selain itu, Islahi menyusun Alquran menjadi tujuh bagian besar dan dia memasangkan surat-surat Alquran dengan pasangannya berdasarkan hubungan temanya.[2]
Bagian | Kelompok surat | Tema |
---|---|---|
1 | al-Fatihah (1) – al-Maidah (5) | hukum Islam |
2 | al-An'am (6) – at-Taubah (9) | akibat penolakan musyrikin Mekkah terhadap Nabi Muhammad |
3 | Yunus (10) – an-Nur (24) | berita menggembirakan tentang kemenangan Nabi Muhammad di Arab |
4 | al-Furqan (25) – al-Ahzab (33) | argumentasi tentang kenabian Muhammad dan keharusan beriman kepadanya |
5 | Saba' (34) – al-Hujurat (49) | argumentasi tentang iman kepada tauhid dan keharusan meyakininya |
6 | Qaf (50) – at-Tahrim (66) | argumentasi tentang iman kepada hari akhir dan keharusan meyakininya |
7 | al-Mulk (67) – an-Nas (114) | peringatan kepada Quraisy tentang nasib mereka di dunia dan di akhirat jika mereka menolak Nabi Muhammad.[3] |
Selain mendalami Alquran, Islahi juga mempelajari dan mengajarkan hadis. Di lingkaran studinya, Halqa-i-Tadabbur-i-Qur'an, yang berlangsung selama 1961-1965, dia mengajarkan Sahih Muslim. Di Idara-i-Tadabbur-i-Qur'an-u-Hadith yang dia dirikan pada 1981, dia mendalami prinsip-prinsip hadis dan mengajarkan Muwatta' karya Imam Malik dan sebagian Sahih Bukhari.[1]
Karya tulis Islahi selain Tadabbur-i-Qur'an adalah sebagai berikut.[1]