Pertarungan Monyet dan Kepiting

Pertarungan Monyet dan Kepiting (さるかに合戦, Saru Kani Gassen) atau Karma untuk si Monyet[1] adalah cerita rakyat Jepang tentang seekor monyet licik yang menipu seekor kepiting dan membunuhnya. Anak-anak kepiting lalu membalas dendam kematian induknya. Karma merupakan tema utama cerita ini.

Terjemahan bahasa Inggris untuk cerita ini diberi judul The Battle of the Monkey and the Crab oleh Pdt. David Thomson, dan diterbitkan dalam volume ke-3 Japanese Fairy Tale Series oleh Hasegawa Takejirō pada tahun 1885. Dalam The Crimson Fairy Book (1903), Andrew Lang memasukkan versi yang menghapus bagian yang dianggapnya tidak cocok untuk anak-anak.[2] Yei Theodora Ozaki memasukkannya dalam kumpulan dongeng Japanese Fairy Tales (1908).[3]

Kepiting sedang berjalan membawa sebuah onigiri. Seekor monyet licik meminta kepiting agar bersedia untuk menukar onigiri dengan biji kesemek yang sebelumnya dipungut oleh monyet. Pada mulanya kepiting tidak mau, tetapi akhirnya terbujuk oleh ucapan si monyet, "Dari biji kesemek ini akan tumbuh pohon kesemek yang berbuah banyak."

Kepiting pulang ke sarangnya, dan segera menanam biji kesemek itu sambil bernyanyi, "Cepatlah bertunas biji kesemek. Kalau tidak, aku akan memotongmu dengan capitku!" Pohon kesemek tumbuh dengan cepat dan berbuah dengan lebatnya. Namun kepiting tidak bisa memanjat pohon untuk mengambil buah kesemek. Datang si monyet licik yang menggantikan kepiting memanjat pohon. Kesemek dimakannya sendiri. Kepiting tidak mendapat bagian kesemek sebuah pun. "Ayo cepat ambilkan juga untukku!" begitu kata kepiting. Monyet memetik buah kesemek yang masih hijau, lantas melemparkannya ke arah kepiting. Lemparan kesemek mengenai badan kepiting hingga anak-anak kepiting yang sedang dikandungnya lahir sebelum waktunya. Kepiting terluka hingga akhirnya mati.

Anak-anak kepiting bermaksud menuntut balas kematian induknya. Mereka pergi ke rumah monyet dibantu oleh kastanye, lesung, tawon, dan kotoran sapi. Kastanye menunggu kedatangan monyet sambil bersembunyi di dalam abu perapian. Tawon bersembunyi di dalam ember kayu. Kotoran sapi bersiaga di lantai tanah, dan lesung menanti di atap rumah.

Setelah sampai di rumah, monyet licik menyalakan perapian untuk menghangatkan diri. Kastanye pecah terkena panas api, dan pecahannya mengenai monyet hingga dia menderita luka bakar. Dengan tergesa-gesa monyet berusaha mendinginkan lukanya dengan siraman air. Namun di dalam ember sudah menunggu tawon yang langsung menyengatnya. Monyet terkejut dan melarikan diri ke luar. Ia jatuh terpeleset kotoran sapi. Dari atas atap jatuh lesung yang menimpa kepalanya hingga si monyet mati. Anak-anak kepiting berhasil menuntut balas kematian induk mereka.

Dalam versi cerita yang lain, anak kepiting sewaktu membalas dendam dibantu oleh lesung, ular, tawon, konbu, dan pisau dapur.

Dalam versi yang diperhalus untuk anak-anak zaman sekarang, kepiting dan monyet digambarkan terluka dan tidak sampai mati.[1] Versi yang banyak beredar umumnya berakhir dengan perdamaian. Monyet menyesali kesalahannya dan hidup akur bersama kepiting.

Pada versi yang jauh berbeda, monyet membantu kepiting memanjat pohon untuk memetik buah kesemek. Kepiting memperdaya monyet dengan memintanya untuk menggantung keranjang berisi buah kesemek pada sebuah dahan. Keranjang itu jatuh ke tanah karena dahan pohon kesemek dikenal mudah patah. Keranjang penuh berisi buah kesemek langsung dibawa kepiting masuk ke dalam lubang. Monyet meminta bagiannya, tetapi kepiting tidak mau memberinya. Monyet marah dan mengancam akan membuang air besar di lubang sarang kepiting. Ketika monyet hendak membuang air besar, bokongnya disepit oleh kepiting. Sejak itu pula, monyet tidak berbulu pada bagian yang pernah disepit oleh capit kepiting.

Novelis Ryunosuke Akutagawa menulis sebuah cerpen berdasarkan cerita ini. Dalam cerpen Saru Kani Gassen (猿蟹合戦) yang ditulisnya, kepiting ditangkap polisi karena membunuh monyet, dan dihukum mati.[4]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Cesilia. 101 Kisah Bijak dari Jepang. Gramedia Pustaka Utama. hlm. 50–52. 
  2. ^ Andrew Lang, The Crimson Fairy Book, "The Crab and the Monkey"
  3. ^ Yei Theodora Ozaki, Japanese Fairy Tales, "The Quarrel of Tee Monkey and the Crab Diarsipkan 2010-11-29 di Wayback Machine."
  4. ^ Ryunosuke Akutagawa. "猿蟹合戦". Aozora Bunko. Diakses tanggal 2012-04-18. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]