Turnamen | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
| |||||||
Tanggal | 14 Agustus 2020 | ||||||
Stadion | Estádio da Luz, Lisboa | ||||||
Pemain Terbaik | Thomas Müller (Bayern München)[1] | ||||||
Wasit | Damir Skomina (Slovenia)[2] | ||||||
Penonton | 0[3][cat. 1] | ||||||
Cuaca | Malam cerah 24 °C (75 °F) 54% kelembapan[2] |
Pertandingan Ikonik babak perempat final Liga Champions UEFA 2019–2020 antara Barcelona dan Bayern München berlangsung pada 14 Agustus 2020 di Estádio da Luz, Lisboa, Portugal. Bayern München, yang kelak menjadi juara, memenangkan pertandingan ini dengan skor 8–2 yang membuat Barcelona untuk pertama kalinya kebobolan delapan gol dalam satu pertandingan sejak 1946 ketika kalah 8–1 oleh Sevilla di Piala Generalísimo 1946.
Karena pandemi Covid-19 di Eropa, pertandingan ini dimainkan tanpa penonton.[4]
Dalam babak grup Liga Champions UEFA 1998–1999, Bayern München mengalahkan Barcelona di seluruh pertemuan, 1–0 di kandang[5] dan 2–1 saat tandang,[6] dalam perjalanannya memuncaki Grup D, sementara Barcelona finis di posisi tiga dan gagal lolos ke babak gugur.[7]
Bayern München dan Barcelona bertemu dalam empat pertandingan babak gugur sejak musim 2008–2009 yang menghasilkan 26 gol sebelum pertandingan ini. Setiap pemenang pertandingan di babak gugur antara Bayern München dan Barcelona tidak hanya memenangi Liga Champions UEFA, tetapi juga meraih gelar treble benua; terjadi pada 2009, 2013, dan 2015.[8]
Barcelona menang dengan skor agregat 5–1 di babak perempat final musim 2008–2009. Kemenangan 4–0 Barcelona di Camp Nou di pertandingan pertama yang seluruh golnya dicetak pada babak pertama membuat presiden Bayern München, Franz Beckenbauer, mengeluarkan pernyataan: "Apa yang saya lihat pada babak pertama, tanpa ragu, adalah sepak bola terburuk dalam sejarah Bayern". Manajer Barcelona Pep Guardiola diberi kartu merah di pertandingan pertama karena memprotes kartu kuning yang diberikan kepada Lionel Messi dan hanya menjadi penonton di pertandingan kedua.[9][10][11] Kekalahan tersebut dan juga kekalahan 0–1 di kandang dalam pertandingan Bundesliga melawan Schalke 04 menyebabkan pemecatan manajer Bayern München, Jürgen Klinsmann.[12]
Babak semifinal musim 2012–2013 menampilkan Arjen Robben dan Thomas Müller membawa Bayern München meraih kemenangan agregat 7–0 dan menjadi kemenangan agregat terbesar di babak semifinal,[13] diantaranya kemenangan 3–0 di Camp Nou[14][15] yang menjadi kekalahan kandang terakhir Barcelona di kompetisi Eropa, hingga digantikan kekalahan 3–0 pada 8 Desember 2020 oleh Juventus.
Babak semifinal Liga Champions UEFA 2014–2015 menampilkan Lionel Messi dan Neymar sebagai pemain kunci dalam kemenangan agregat 5–3 atas Bayern München, menang 3–0 di Camp Nou dan kemudian kalah 3–2 di Allianz Arena.[16][17] Manajer Bayern München saat itu adalah Pep Guardiola yang sebelumnya pernah melatih Barcelona dari tahun 2008 hingga 2012.
Kedua tim lolos ke babak gugur dengan menjadi juara grup masing-masing. Kedua tim juga mengganti pelatih saat musim berlangsung. Bayern München mengganti Niko Kovač dengan Hansi Flick pada November 2019,[18] sementara Barcelona mengganti Ernesto Valverde dengan Quique Setién pada Januari 2020.[19] Barcelona tergabung bersama Borussia Dortmund, Inter Milan, dan Slavia Praha; sedangkan Bayern München tergabung bersama Tottenham Hotspur, Olympiakos, dan Crvena Zvezda. Bayern München memenangi seluruh pertandingan babak grup, diantaranya kemenangan telak 7–2 di Stadion Tottenham Hotspur,[20] mencetak 24 gol dan hanya kebobolan lima gol. Barcelona menghadapi Napoli di babak 16 besar dan menang 4–2 secara agregat; sementara Bayern München mengalahkan Chelsea dengan skor 7–1 secara agregat, dengan pertandingan kedua seluruh tim dimainkan tanpa penonton akibat dampak pandemi Covid-19.[4]
Pertandingan ini dimainkan pada 14 Agustus 2020 di Estádio da Luz, Lisboa, Portugal dalam format pertandingan tunggal, berdasarkan keputusan UEFA untuk menyelesaikan musim Liga Champions UEFA 2019–2020 dan Liga Eropa UEFA 2019–2020 yang dihentikan sejak Maret akibat pandemi Covid-19 di tempat netral.[21][22] Pada 10 menit awal, Thomas Müller membawa Bayern München unggul setelah menyelesaikan umpan satu-dua dengan Robert Lewandowski. Tak lama kemudian, David Alaba memotong umpan silang Jordi Alba yang membuat bola mengarah ke jala sendiri – dengan upaya penyelamatan yang gagal oleh Manuel Neuer – sehingga kedudukan menjadi sama. Barcelona sendiri gagal memanfaatkan dua peluang: upaya Luis Suárez digagalkan Neuer dan tendangan silang melengkung Lionel Messi membentur mistar. Menit-menit pertandingan berikutnya menjadi berat untuk Barcelona, ketika sepakan keras berbelok Ivan Perišić pada menit ke-21 menambah keunggulan untuk Bayern München setelah menerima umpan dari Serge Gnabry akibat kesalahan umpan Sergi Roberto . Gnabry sendiri mencetak gol dengan tendangan setengah voli lurus setelah menerima umpan terobosan cungkil dari Leon Goretzka pada menit ke-27. Empat menit kemudian, Müller menambah gol keempat setelah memanfaatkan umpan silang dari Joshua Kimmich.
Pada menit ke-57, gocekan indah dan penyelesaian di tengah kotak penalti menuju ke sudut kanan bawah oleh Suárez membawa secercah harapan untuk wakil Spanyol, tetapi hal itu hanya sementara karena sepakan Kimmich pada menit ke-63 memanfaatkan umpan Alphonso Davies yang melewati Nélson Semedo di tepi kotak penalti membuat papan skor berubah menjadi 5–2 untuk wakil Jerman. Bayern München mencetak tiga gol pada 10 menit terakhir pertandingan ketika penyerang haus gol, Lewandowski, yang kebanyakan senyap pada babak kedua, mencetak golnya yang ke-14 di Liga Champions musim ini melalui tandukan dengan memanfaatkan umpan silang jarak dekat Philippe Coutinho pada menit ke-82. Kemudian gol dari Coutinho sendiri yang merupakan pemain pinjaman Bayern München dari Barcelona membuat papan skor berubah menjadi 8–2 pada saat-saat terakhir pertandingan. Gol pertama Coutinho tercipta setelah menyelesaikan umpan dari Müller pada menit ke-85 dengan tendangan kaki kanan dari tengah kotak penalti menuju ke sudut kiri bawah, kemudian gol kedua lahir dari sontekan kaki kiri menuju ke sudut kiri bawah setelah menerima umpan tandukan dari pemain pengganti Lucas Hernández pada menit ke-89.[23][24][25]
Barcelona[2]
|
Bayern München[2]
|
Pemain Terbaik:
Asisten wasit:[2]
|
Peraturan pertandingan[28]
|
Statistik | Babak pertama[29] | Babak kedua[29] | Keseluruhan[29] | |||
---|---|---|---|---|---|---|
Barcelona | Bayern München | Barcelona | Bayern München | Barcelona | Bayern München | |
Gol | 1 | 4 | 1 | 4 | 2 | 8 |
Total tembakan | 4 | 14 | 3 | 12 | 7 | 26 |
Tembakan tepat sasaran | 3 | 7 | 2 | 6 | 5 | 13 |
Penyelamatan | 3 | 3 | 2 | 1 | 5 | 4 |
Penguasaan bola | 52% | 48% | 47% | 53% | 49% | 51% |
Tendangan sudut | 4 | 6 | 2 | 3 | 6 | 9 |
Pelanggaran | 3 | 12 | 10 | 10 | 13 | 22 |
Offside | 2 | 1 | 2 | 1 | 4 | 2 |
Kartu kuning | 0 | 1 | 3 | 2 | 3 | 3 |
Kartu merah | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 |
Barcelona menderita kekalahan terbesar sejak 69 tahun terakhir; ini merupakan pertama kalinya mereka kebobolan lebih dari lima gol di pertandingan Liga Champions UEFA dan kebobolan terparah sejak kekalahan 8–1 oleh Sevilla di babak 16 besar Piala Generalísimo 1946.[25] Di sisi lain, Bayern München melanjutkan kemenangan beruntun seluruh pertandingan Liga Champions UEFA yang mereka mainkan dan berakhir dengan mengangkat trofi pada musim ini.[30] Delapan gol Bayern München menjadi gol terbanyak yang dicetak oleh sebuah tim di babak gugur Piala Champions Eropa/Liga Champions UEFA sejak Real Madrid mengalahkan FC Swarovski Tirol 9–1 di babak 16 besar pada 1990.
Penyerang Bayern München, Robert Lewandowski, menjadi pemain pertama yang mencetak gol berturut-turut di delapan atau lebih pertandingan Liga Champions UEFA sejak Cristiano Ronaldo pada April 2018 (11 pertandingan). Manajer Bayern München, Hansi Flick, menjadi manajer ketiga dalam sejarah Liga Champions yang memenangkan enam pertandingan pertama sejak menjabat, setelah Fabio Capello pada musim 1992–1993 dan Luis Fernández pada musim 1994–1995.[31][32] Pertandingan ini juga dibanding-bandingkan dengan pertandingan babak semifinal Piala Dunia FIFA 2014 antara Brasil dan Jerman ketika Thomas Müller membuka skor dalam kemenangan 7–1 atas Brasil, di mana Jérôme Boateng dan Manuel Neuer juga bermain dalam pertandingan tersebut. Manajer Hansi Flick juga terlibat dengan menjadi asisten pelatih tim nasional Jerman kala itu.[33]
Bek Barcelona, Gerard Piqué, menyatakan bahwa klub membutuhkan perubahan struktural pada seluruh tingkat,[34] sementara presiden klub Josep Maria Bartomeu menggambarkan pertandingan ini sebagai "bencana".[35] Tiga hari setelah pertandingan, Barcelona memecat manajer Quique Setién.[36] Keesokan harinya pemecatan juga dilakukan kepada direktur olahraga klub, Eric Abidal.[37] Setién digantikan pada 19 Agustus oleh Ronald Koeman yang pernah menjadi pemain Barcelona pada 1989 hingga 1995 dan pernah menjadi asisten manajer klub dibawah Louis van Gaal pada 1998 hingga 2000.[38]
Kapten Barcelona, Lionel Messi, menuntut ingin meninggalkan Barcelona dengan menjelaskan keputusannya yaitu sebagian karena kekalahan besar ini dan kegagalan klub bersaing untuk merebut gelar Liga Champions setelah tiga "bencana" sebelumnya dalam kompetisi ini (0–3 oleh Juventus di babak perempat final musim 2016–2017, 0–3 oleh Roma di babak perempat final musim 2017–2018, dan 0–4 oleh Liverpool di babak semifinal musim 2018–2019). Ia mengatakan: "Saya lalu menjelaskan keinginan berkompetisi di level tertinggi, memenangkan gelar juara, bersaing di Liga Champions. Urusan menang atau tidak adalah perkara lain, karena untuk menjadi juara sangat sulit tetapi kita harus tetap bersaing. Setidaknya mampu bersaing dan tidak hancur berantakan di Roma, Liverpool atau Lisbon. Semua itu membuat saya mengarah pada satu keputusan untuk pergi.".[39] Meski Messi akhirnya bertahan pada musim panas ini, kekalahan ini menjadi penampilan terakhir bagi Ivan Rakitić, Nélson Semedo, Luis Suárez, dan Arturo Vidal bersama klub karena keempat pemain tersebut meninggalkan Barcelona ketika jendela transfer berikutnya.[40]
Bayern München melaju dan meraih gelar keenam dalam kompetisi ini yang melampaui jumlah gelar Barcelona, setelah meraih kemenangan 3–0 atas Lyon di babak semifinal dan kemenangan 1–0 atas Paris Saint-Germain di final. Kemenangan ini juga mengamankan gelar treble benua kedua Bayern München, sehingga menjadi klub Eropa kedua – setelah Barcelona sendiri – yang mencapai prestasi ini dalam beberapa kesempatan.[41]
Kedua tim kemudian bertemu lagi dua kali, pertama sebagai bagian dari babak grup Liga Champions UEFA 2021–2022, Bayern München kembali meraih kemenangan dengan mencetak skor 3–0 di seluruh pertemuan. Kemenangan Bayern München di pertandingan kedua yang akhirnya membuat Barcelona turun ke Liga Eropa UEFA untuk pertama kali dalam 17 tahun memperburuk persepsi soal krisis yang terjadi di dalam tim itu.[42] Marca menyoroti penurunan Barcelona ke Liga Eropa merupakan puncak dari "siklus kejayaan yang akan berakhir" setelah tim tersebut mengalami sepuluh kekalahan setidaknya dengan selisih tiga gol sejak 2017 dan menyebut kekalahan 2–8 oleh Bayern München "yang terburuk".[43] Kedua tim bertemu lagi di babak grup untuk musim kedua secara beruntun dan hanya membuat penderitaan Barcelona berlanjut ketika melawan Bayern München karena mengalami kekalahan tandang 2–0 dan kekalahan kandang 3–0 yang juga membuat mereka tersingkir dari Liga Champions untuk kedua kali secara beruntun.[44][45] Ini merupakan pertama kalinya Barcelona tersingkir dari babak grup dua musim beruntun dalam 24 tahun terakhir (pada musim 1997–1998 dan musim 1998–1999).