Detasemen Jalamangkara (Korps Marinir) | |
---|---|
Dibentuk | 4 November 1982 |
Negara | Indonesia |
Cabang | TNI Angkatan Laut |
Tipe unit | Pasukan Antiteror |
Peran | - Anti-bajak kapal laut - Anti-bajak pesawat udara - segala bentuk teror aspek laut/darat/udara - perang kota/hutan/pantai/laut sabotase - intelijen & kontra-intelijen |
Jumlah personel | Dirahasiakan |
Bagian dari | TNI Angkatan Laut |
Markas | Korps Marinir, Cilandak, Jakarta Selatan |
Julukan | Denjaka |
Moto | Satya Wira Dharma |
Warna seragam | Hitam Baret ungu |
Persenjataan | Dirahasiakan |
Tokoh | |
Komandan | Kolonel Mar Rino Rianto, M.M., M.Tr.Hanla. |
Wakil Komandan | Letkol Mar - |
Tokoh berjasa | 1.Letnan Kolonel Mar (Anumerta) Arthur Solang 2. Mayjen TNI (Mar) Gafur Chalik 3. Mayjen TNI (Mar) Djoko Pramono 4. Letjen TNI (Mar) Nono Sampono 5. Letjen TNI (Mar) M. Alfan Baharudin 6. Letjen TNI (Mar) R.M. Trusono 7. Letjen TNI (Mar) Suhartono |
Detasemen Jalamangkara (Denjaka) adalah sebuah detasemen penanggulangan teror aspek laut TNI Angkatan Laut. Denjaka adalah satuan gabungan antara personel Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan Batalyon Intai Amfibi (YonTaifib) Marinir TNI-AL.[1]
Anggota Denjaka dididik di Bumi Marinir Cilandak, Jakarta Selatan dan harus menyelesaikan suatu pendidikan yang disebut PTAL (Penanggulangan Teror Aspek Laut). Lama pendidikan ini adalah 6 bulan. Denjaka dikhususkan untuk satuan anti teror walaupun mereka juga bisa dioperasikan di mana saja terutama anti teror aspek laut.
Denjaka dibentuk berdasarkan instruksi Panglima TNI kepada Komandan Korps Marinir No Isn.01/P/IV/1984 tanggal 13 November 1984. Detasemen Jalamangkara selain sebagai Komando Pelaksana Korps Marinir yang berkedudukan langsung di bawah Dankormar, juga sebagai pelaksana utama Panglima TNI.
Sebagai Komando Pelaksana Korps Marinir, Denjaka mempunyai tugas pokok dalam membina kekuatan dan kemampuan satuan Detasemen Jalamangkara.
Sedangkan sebagai pelaksana utama Panglima TNI, dalam hal ini Kabais TNI selaku penyelenggaraan pembinaan kemampuan khusus, meliputi: operasi anti-teror, anti-sabotase dan operasi klandestin yang beraspek laut maupun operasi-operasi khusus lainnya.
Pada 4 November 1982, KSAL membentuk organisasi tugas dengan nama Pasukan Khusus AL (Pasusla).
Keberadaan Pasusla didesak oleh kebutuhan akan adanya pasukan khusus TNI AL guna menanggulangi segala bentuk ancaman aspek laut. Seperti terorisme, sabotase, dan ancaman lainnya.[2]
Pada tahap pertama, direkrut 70 personel dari YonTaifib dan Kopaska. Komando dan pengendalian pembinaan berada di bawah Panglima Armada Barat dengan asistensi Komandan Korps Marinir. Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) bertindak selaku pengendali operasional. Markas ditetapkan di Mako Armabar.[2]
Melihat perkembangan dan kebutuhan satuan khusus ini, Kasal menyurati Panglima TNI yang isinya berkisar keinginan membentuk Detasemen Jala Mangkara. Panglima ABRI menyetujui dan sejak itu (13 November 1984), Denjaka menjadi satuan Antiteror Aspek Laut.
Merunut keputusan Kasal, Denjaka adalah komando pelaksana Korps Marinir yang mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan kemampuan dan kekuatan dalam rangka melaksanakan operasi antiteror, antisabotase, dan klandestin aspek laut atas perintah Panglima TNI.[2]
Berdasarkan peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/77/X/2010 tentang persetujuan dan pengesahan peningkatan kepangkatan dalam jabatan di lingkungan Korps Marinir diputuskan Komandan Detasemen Jalamangkara berpangkat Kolonel”.[3]
Pola rekrutmen Denjaka dimulai sejak pendidikan para dan komando. Selangkah sebelum masuk ke Denjaka, prajurit terpilih mesti sudah berkualifikasi Intai Amfibi dan Kopaska. Dalam menjalankan aksinya, satuan khusus ini dapat digerakkan menuju sasaran baik lewat permukaan/bawah laut maupun lewat udara.
TNI AL masih memiliki satu pasukan khusus lagi, yaitu Komando Pasukan Katak (Kopaska). Kedua satuan pernah beberapa kali melakukan latihan gabungan dengan Navy SEAL, Amerika Serikat.[2]
Denjaka terdiri dari satu markas zedenk detasemen, satu tim markas, satu tim teknik dan tiga tim tempur.
Sebagai unsur pelaksana, prajurit Denjaka dituntut memiliki kesiapan operasional mobilitas kecepatan, kerahasiaan dan pendadakan yang tertinggi serta medan operasi yang berupa kapal-kapal, instalasi lepas pantai dan daerah pantai.
Disamping itu juga memiliki keterampilan mendekati sasaran melalui laut, bawah laut dan vertikal dari udara.
Kursus Penanggulangan Teror Aspek Laut atau (PTAL) merupakan program khusus Mabesal yang tertuang dalam perencanaan pendidikan TNI AL, dalam rangka memberikan pembekalan, melengkapi pengetahuan, kemampuan dan keterampilan bagi prajurit Intai Amfibi Marinir dan Komando Pasukan Katak sehingga dapat mencapai standar kualifikasi perorangan dasar yang dipersyaratkan sebagai personel Detasemen Jalamangkara, sebagai Pasukan Anti Teror yang beraspek Laut.[4]
Pendidikan PTAL yang berlangsung selama empat sampai lima setengah bulan ini akan melalui berbagai metode latihan, diantaranya latihan keras dalam menempuh kondisi disegala cuaca, medan dan musuh, sehingga dapat menguras waktu, tenaga dan pikiran bagi para siswa itu sendiri.
Selain ltu, siswa juga dituntut untuk menjaga keselamatan dirinya walaupun kondisi alamnya sangat beresiko dan tidak memungkinkan. Dengan pendidikan tersebut diharapkan akan membentuk prajurit individu yang lethal, mematikan serta menjadikan prajurit yang memiliki keistimewaan lebih jika dibandingkan dengan prajurit yang lainnya.
Kursus PTAL yang dilaksanakan tersebut diikuti oleh personel pilihan dari prajurit Intai Amfibi (Taifib) Korps Marinir dan Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska). Mereka yang lulus selanjutnya akan bergabung dengan Denjaka yang merupakan salah satu satuan elite TNI.
Jumplah Siswa: Lulus: -
Jumplah Siswa: Lulus: -
Jumplah Siswa: Lulus: -
Jumplah Siswa: Lulus: -
Jumplah Siswa: Lulus: -
Jumplah Siswa: Lulus: -
Jumplah Siswa: Lulus: -
Jumplah Siswa: Lulus: -
Jumplah Siswa: Lulus: -
Jumplah Siswa: 16 Lulus: 13
Jumplah Siswa: 24 Lulus: 24
Jumplah Siswa: 22 Lulus: 22
Jumplah Siswa: 21 Lulus: -
Jumplah Siswa: 22 Lulus: -
Jumplah Siswa: 23 Lulus: 20 (1 lulus bersyarat)
Jumplah Siswa: 14 Lulus: -
Jumplah Siswa: Sedang Berlangsung
Setiap prajurit Denjaka dibekali kursus penanggulangan antiteror aspek laut yang bermaterikan:
Kursus ini dilaksanakan setiap kurang lebih 5,5 bulan bertempat di Jakarta dan sekitarnya.
Dilanjutkan dengan materi pemeliharaan kecakapan dan peningkatan kemampuan kemahiran kualifikasi Taifib dan Paska, pemeliharaan dan peningkatan kemampuan menembak, lari dan berenang, peningkatan kemampuan bela diri, penguasaan taktis dan teknik penetrasi rahasia, darat, laut dan udara, penguasaan taktik dan teknik untuk merebut dan menguasai instalasi di laut, kapal, pelabuhan/pangkalan dan personel yang disandera di objek vital di laut, penguasaan taktik dan teknik operasi klandestin aspek laut, pengetahuan tentang terorisme dan sabotase, penjinakan bahan peledak, dan peningkatan kemampuan survival, pelolosan diri, pengendapan, dan ketahanan interogasi.
Untuk mendukung operasi personel Denjaka dibekali antara lain:
Beberapa perwira yang pernah memimpin Denjaka antara lain adalah Letjen TNI (Mar) Nono Sampono (AAL 1976), Mayjen TNI (Mar) Yussuf Solichien (AAL 1973) dan Letjen TNI (Mar) M. Alfan Baharudin (AAL 1981). Komandan Denjaka yang sekarang menjabat adalah Kolonel Mar Rino Rianto, M.M., M.Tr.Hanla..[5]
Berikut daftar Komandan Denjaka: